Sukses

IDI: Jenazah Pasien Covid-19 Diangkut Truk Alternatif Terakhir, daripada Menunggu

IDI beranggapan bila jumlah pasien terus menanjak dan jenazah pasien Covid-19 dipaksakan harus diangkut menggunakan ambulans, maka akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

Liputan6.com, Jakarta Jenazah pasien Covid-19 di wilayah DKI Jakarta terpaksa diangkut menggunakan truk menuju lokasi permakaman. Ini dilakukan karena jumlah ambulans yang digunakan untuk mengangkut jenazah pasien Covid-19 terbatas.  

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Slamet Budiarto, menilai kondisi tersebut sangat dilematis. Sebab, jika jenazah pasien Covid-19 harus diangkut menggunakan ambulans akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

"Kalau menggunakan ambulans antrenya terlalu banyak, ambulansnya enggak cukup. Ya itu jalan terakhir, daripada menunggu," katanya saat dihubungi merdeka.com, Kamis (24/6).

Sementara itu, Pakar Kesehatan Masyarakat, Hasbullah Thabrany, prihatin jenazah pasien Covid-19 terpaksa diangkut menggunakan truk. Dia menyebut, kondisi serupa pernah terjadi di sejumlah negara dunia. Misalnya, India dan Brasil.

"Di India, Brasil, misalnya pernah juga terjadi (jenazah pasien Covid-19 diangkut menggunakan truk) karena tidak ada angkutan lain. Karena dalam keadaan darurat apa boleh buat," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Disiplin Protokoler Kesehatan

Hasbullah mengimbau masyarakat terus disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk menekan laju penularan Covid-19. Hasbullah mengingatkan, jika penularan Covid-19 tak bisa dicegah, rumah sakit rujukan Covid-19 akan semakin kolaps.

Jumlah kematian juga akan terus meningkat karena rumah sakit rujukan Covid-19 tidak bisa menangani seluruh pasien Covid-19.

"Semua masyarakat tolong-lah pahami bahwa kalau kita tidak disiplin, korbannya kita sendiri. Kalau tidak patuh pada protokol kesehatan, kita sendiri yang jadi korban," pesannya. 

 

Reporter: Titin Supriatin 

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.