Sukses

Freddy Numberi: Pancasila Harus Terinternalisasi dalam Jiwa Generasi Milenial Papua

Paulus Waterpauw menyampaikan bahwa persoalan Papua saat ini menjadi buah bibir dan buah pikir pemerintah pusat, pemerintah daerah dan lintas generasi.

Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka merayakan Hari Kesaktian Pancasila, Forum Senior dan Milenial (Forsemi) yang diketuai Freddy Numberi bekerja sama dengan Pusat Studi Papua (PSP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Kristen Indonesia (UKI) mengadakan seminar dengan Tema Dialog Kebangsaan Lintas Generasi Papua.

Seminar ini dilaksanakan secara laring dan daring di Gedung Graha William Soeryadjaya UKI, Rabu (2/6/2021).

Hadir sebagai narasumber dalam Dialog Kebangsaan Lintas Generasi Papua ini antara lain Freddy Numberi selaku Ketua Umum Forsemi Papua, Yeni Wahid dari The Wahid’s Institute, Dr. Melyana Pugu selaku Ketua Pusat Studi Indo-Pasifik Uncen, dan Prof Cahyo Pamungkas dari LIPI.

Menko Polhukam Prof. Mahfud Md yang pada awalnya dijadwalkan menjadi pembicara utama berhalangan hadir sehingga digantikan oleh Komjen Pol Drs Paulus Waterpauw yang menjabat Kabaintelkam Polri.

Dalam sambutannya, Paulus Waterpauw menyampaikan bahwa persoalan Papua saat ini menjadi buah bibir dan buah pikir pemerintah pusat, pemerintah daerah dan lintas generasi.

"Sebagai generasi yang mengisi kemerdekaan, merupakan tugas kita untuk berdiskusi, membahas dan mengkaji bagian-bagian yang menjadi konsep bangsa, dibutuhkan dialog yang dilakukan berkali-kali agar mencapai suatu kesepakatan bersama," jelas putra Papua ini.

Sementara, dalam paparannya Yenny Wahid membagi isu Papua menjadi 3 isu besar yaitu isu keadilan, isu kemanusiaan dan isu identitas. Untuk menyelesaikan 3 isu besar ini membutuhkan kebijakan pusat dan daerah.

"Yang jelas, tiga isu ini harus diselesaikan," tegas Yenny Wahid.

Sedangkan Freddy Numberi sebagai Ketua Umum Forsemi menyampaikan bahwa berbagai pendekatan telah dilakukan untuk menjawab tuntutan yang berkembang. Namun, akibat dari pendekatan yang salah, memunculkan penderitaan bagi rakyat Papua.

"1 Juni 2021, sudah 76 tahun Pancasila menjadi Falsafah bangsa Indonesia, tetapi nilai dasar Pancasila tidak sepenuhnya menjadi dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi selain Pancasila terus tumbuh mengikis semangat Pancasila, termasuk ideologi Papua Merdeka yang tumbuh di Papua," ujar Freddy Numberi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Revitalisasi Semangat Nasionalisme

Karena itu, lanjut dia, muncul pertanyaan apakah Pancasila masih sakti meredam isu separatis dan terorisme di Papua? Untuk mendapatkan jawaban dari berbabagi perspektif tentang konflik Papua dan sebagai upaya untuk mempertahankan kedaulatan NKRI itulah Forsemi Papua menggelar dialog ini bersama PSP Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UKI.

"Dengan memahami dan merevitalisasi semangat nasionalisme di era milenial, diperlukan pendalaman nilai-nilai Pancasila yang hakiki. Sehingga di era digitalisasi dewasa ini, jiwa, semangat dan roh Pancasila benar-benar terinternalisasi dalam jiwa para generasi milenial Papua khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya," tegas Freddy Numberi.

"Dengan demikian, momentum hari lahirnya Pancasila 1 Juni 2021 menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya ideologi negara dalam mewaspadai perbedaan pandangan dan perbedaan nilai-nilai ideologi transnasional yang radikal diera digitalisasi dewasa ini," Freddy Numberi menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini