Sukses

Wali Kota Semarang Pilih Berlebaran dengan Pasien COVID-19

Dia berharap kehadirannya dapat sedikit mengobati rasa sepi sejumlah warga Kota Semarang yang harus menjalani lebaran di tempat karantina.

Liputan6.com, Jakarta Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menjalankan Idulfitri 1442 H bersama sejumlah pasien COVID-19 di Kota Semarang.

Dalam menjalani lebaran tahun ini dengan cara yang berbeda ini, Hendrar membawa sejumlah santapan khas Idulfitri, seperti opor yang dapat dinikmati oleh warganya yang berada di tempat karantina yang berada pada rumah jabatannya.

Ditemani sangat istri, Krisseptiana Hendrar Prihadi, wali kota tampak santai berdialog dengan sejumlah pasien COVID-19 dengan menggunakan masker serta sarung tangan.

Dia berharap kehadirannya dapat sedikit mengobati rasa sepi sejumlah warga Kota Semarang yang harus menjalani lebaran di tempat karantina. Hendi lantas juga berdoa agar seluruh pasien dapat segera sembuh dan dinyatakan negatif COVID-19, sehingga bisa segera berkumpul bersama keluarga kembali.

"Ya lebaran di tahun ini meskipun masih dalam suasana pandemi, tapi kita harus bersyukur karena semakin hari semakin baik. Masjid-masjid sudah bisa mengadakan shalat tarawih, sudah bisa mengadakan shalat Idulfitri," syukur Hendi.

"Dan Alhamdulillah hari ini kami bisa berlebaran bersama sedulur-sedulur yang sedang dikarantina di rumah dinas Wali Kota ini. Semoga ke depan suasananya bisa semakin baik terus, dan kita segera lepas dari pandemi COVID-19," harapnya.

Di sisi lain, Hendi juga meminta untuk masyarakat bisa bijak bersikap berkegiatan di Idulitri tahun ini. Pasalnya, Wali Kota Semarang tersebut mengungkapkan, meski pada saat ini angka COVID-19 mulai turun, tapi penderita di wilayah Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah justru didominasi oleh klaster keluarga. Maka dirinya mengimbau dalam kegiatan silaturahmi keluarga juga harus tertib menjalankan protokol kesehatan.

"Sebagai sebuah informasi, COVID-19 di Kota Semarang meskipun sudah mulai landai, tapi ada sebuah perubahan klaster. Hari ini yang mendominasi justru klaster keluarga. Jadi ibu terkena lalu menulari suami dan anaknya, atau anak terkena kemudian menulari ibu dan ayahnya, itu yang saat ini terjadi. Maka harapan kami ada peningkatan kedisiplinan di lingkup keluarga. Silahkan beraktifitas, tapi tetap tidak meninggalkan protokol kesehatan," tekannya.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.