Sukses

Kisah Para Kartini Sediakan Air Bersih dan Sanitasi untuk Warga di Pedesaan

Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) sudah dimulai sejak tahun 2008 dan memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan maupun laki-laki untuk pengelolaaannya.

Liputan6.com, Jakarta - Emansipasi perempuan yang digagas RA Kartini di masa lalu menjadi inspirasi bagi kaum perempuan saat ini. Apa yang selama ini dianggap sebagai pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh kaum pria, namun kini juga mampu dikelola dan dilakukan oleh kaum perempuan.

Salah satunya yaitu dalam Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Program yang sudah dimulai sejak tahun 2008 ini memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan maupun laki-laki untuk pengelolaaannya.

Direktur Air Minum Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Yudha Mediawan mengatakan, salah satu prinsip dalam pelaksanaan program Pamsimas adalah kesetaran gender, yaitu memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan maupun laki-laki, untuk mengambil keputusan, berpartisipasi dalam kegiatan dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan sarana air minum dan sanitasi.

"Perempuan memiliki kesempatan berpartisipasi pada program Pamsimas artinya memiliki peluang atau kesempatan untuk terlibat dalam setiap kegiatan termasuk kesempatan untuk mengeluarkan pendapat, menjadi pengurus pada kelembagaan program tanpa membedakan jenis kelamin dan latar belakang sosial,” ujar Yudha dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/4/2021). 

Beberapa di antara perempuan yang turut berpartisipasi di antaranya Yuyun Yuningsih, perempuan yang menjabat Sekretaris  Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi - KPSPAMS ‘Banjar Wijaya’ di Desa Putat, Kab. Cirebon, Jawa Barat ini turut membantu warga di desanya  agar bisa mendapatkan pelayanan air minum dengan mudah. 

Dia pun berusaha untuk mengajak masyarakat di sana untuk menjalankan program Pamsimas. "Saya mencoba mendekati kaum perempuan di desa dengan sering hadir dalam pengajian, kegiatan Posyandu, dan kegiatan-kegiatan ibu PKK lainnya," ucap Yuyun.   

Kesabaran, kegigihan, dan keinginan kuat Yuyun dan para pengurus KPSPAMS untuk mengubah paradigma masyarakat terhadap program Pamsimas pun membuahkan hasil. 

Masyarakat akhirnya mau berpastisipasi dalam seluruh tahapan kegiatan Pamsimas, termasuk membayar iuran. Saat ini, warga masyarakat sudah dapat menikmati air minum di rumah masing-masing dengan cukup memutar kran.  

Hal serupa juga ditunjukkan masyarakat perempuan di Desa Yagabur, Kec.Kelila, Kab. Mamberamo Tengah, Papua. Desa ini merupakan penerima dana Hibah Insentif Desa (HID) tahun anggaran 2020. Para perempuan di desa ini begitu antusias terlibat dalam pembangunan sarana air minum dan sanitasi. 

Kontribusi perempuan ditunjukkan dengan menyumbangkan tenaga mereka untuk mengumpulkan dan mengangkut material lokal berupa pasir dan batu kali.  

Untuk mengumpulkan material lokal tersebut, para perempuan Desa Yagabur harus berjalan sejauh satu kilo meter ke sungai di balik lembah. Perjalanan yang ditempuh cukup curam dan terjal, mereka harus melewati hutan, dan jalan yang berliku. 

Namun, para perempuan di desa ini sudah terlatih menempuh jalan terjal tersebut dengan membawa karung plastik serta ‘noken.’ 

Satuan pelaksana (satlak) Pamsimas mengatur kelompok perempuan terkait penyediaan material lokal tersebut.  Setiap perempuan di desa mengumpulkan pasir dan batu kali kemudian mengisinya di dalam karung plastik dan mengangkut material tersebut dengan Noken. Hal ini adalah bukti kekuatan dan semangat para perempuan Desa Yagabur dalam membangun sarana air minum dan sanitasi di desa mereka. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berjuang Tanpa Pamrih

Partisipasi kaum perempuan dalam membangun fasilitas air minum juga terlihat di Desa Huta Dame Kecamatan Palipi, Samosir, Sumatera Utara. Kaum perempuan di desa ini bergotong-royong mengangkut bahan material sebagai bentuk swadaya. 

Kini sarana air minum telah terbangun di desa mereka. Masyarakat sudah tidak kesusahan lagi untuk memenuhi kebutuhan air minum  untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Keterlibatan kaum perempuan di desa ini berawal dari pelaksanaan Sosialisasi Kabupaten (Soskab) dan Sosialisasi Desa (Sosdes) tentang Program Pamsimas III yang dihadiri oleh aparat desa.

Setiap tahapan kegiatan dan pertemuan untuk mewujudkan sistem penyediaan air minum pedesaan melalui Pamsimas di Desa Huta Dame, selalu diikuti dengan penuh antusias oleh segenap warga desa, termasuk kaum perempuan.

KKM ‘Kartini’ yang dipimpin oleh Arbainah sebagai Koordiantor Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM), dibantu Salasiah, Asura, Sapriyah, dan Nurul Basirah sebagai Anggota, juga berhasil menjadi motor pengerak Program Pamsimas di Desa Gambah Luar Muka pada 2017 lalu. 

Kelima sosok perempuan ini berjuang untuk membantu orang-orang desa dengan tanpa pamrih. Mereka yakin bahwa setiap kebaikan dan kemurahan hati yang mereka tabur, pasti akan membuahkan hasil. Hal itu pun terbukti ketika diberi kesempatan dan akses yang sama untuk berpartisipasi dalam pembangunan khususnya pada program Pamsimas. 

Saat itu, mereka dipercaya untuk mengelola dana pengembangan SPAMS pedesaan melalui program Pamsimas sebesar Rp 250 juta.  Dana itu mereka manfaatkan untuk melakukan pengeboran medium 1 unit perpipaan 300 m, membangun menara air setinggi 5 meter dengan kapasitas 11 m3, kegiatan PHBS, dan kegiatan penguatan kapasitas masyarakat serta biaya operasional KKM.

Mereka pun berhasil mewujudkan sarana air minum serta sanitasi dan menanamkan perilaku hidup bersih di kalangan masyarakat desa. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.