Sukses

Polisi Tangkap Penjual Senjata Airgun ke Pelaku Teror Mabes Polri

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Argo Yuwono membenarkan penjual senjata Airgun ditangkap.

Liputan6.com, Jakarta Tim Detasemen Khusus atau Densus 88 Antiteror Polri dikabarkan menangkap penjual pistol Airgun yang digunakan oleh pelaku teror Mabes Polri pada 31 Maret 2021.

Adapun yang bersangkutan ditangkap di Syiah Kuala, Banda Aceh pada Kamis 1 April 2021.

Terkait kabar ini, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Argo Yuwono membenarkannya.

"Iya (penjual pistol Airgun ditangkap)," kata Argo dalam keterangannya, Sabtu (3/4/2021).

Namun, dia tak merinci penangkapkan terhadap penjual senjata terhadap pelaku teror Mabes Polri tersebut.

Sebelumnya, Argo memastikan pelaku penyerangan Mabes Polri berinisial ZA menggunakan senjata jenis Airgun berkaliber 4,5 MM.

Hal ini dipastikan setelah melakukan pendalaman dan pengecekan dari uji laboratorium forensik atas sejumlah barang bukti yang ditemukan dari jasad wanita berusia 25 tahun itu.

"Dari hasil pengamatan gambar, senjata yang dipergunakan pelaku jenis pistol Airgun BB bullet call 4,5mm," kata Argo. 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kerap Disasar Jadi Pelaku Teror

ZA seorang perempuan kelahiran 1995 melakukan teror di Mabes Polri, Jakarta, Rabu 31 Maret 2021 sore. Aksinya ini mengagetkan banyak pihak.

Selain dilakukan perempuan, pelaku teror itu juga tergolong dalam kelompok milenial yang identik dengan keterbukaan dalam memandang sesuatu.

Tak disangka, perempuan muda itu menerobos penjagaan Mabes Polri dan menodongkan senjata api ke arah petugas jaga di pos yang berada di gedung utama, lokasi kantor Kapolri.

Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala menilai, ada kecenderungan kelompok teroris merekrut perempuan untuk menjadi pengebom alias pengantin atau aktor yang melaksanakan penyerangan ke target-target tertentu.

Menurut dia, hal ini lantaran seorang perempuan lebih tidak dicurigai daripada pria.

"Mengapa? Karena ada semacam anggapan umum bahwa wanita itu tidak mungkin berbuat kekerasan, bahwa wanita itu baik ya, sehingga kemudian itu pengawasan atau kecurigaan orang terhadap wanita itu tidak setinggi pria. Itu menjadikan wanita berada pada posisi selangkah lebih baik dalam rangka mendekati targetnya dibandingkan dengan pria," papar Adrianus kepada Liputan6.com, Kamis 1 Maret 2021 malam.

Kondisi ini dianggap menguntungkan bagi kelompok teroris. Sehingga kata Adrianus, banyak perempuan yang disasar oleh mereka untuk diindoktrinasi.

"Dan itu juga mulai menggejala di Indonesia," kata Adrianus terkait teror di Mabes Polri.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.