Sukses

Serapan Gabah Petani Masih Kecil, Ganjar Dorong Pemerintah Pusat Bikin Kebijakan Baru

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melakukan tinjauan ke gudang Bulog Banaran Delanggu Klaten pada hari Senin (29/3/2021).

Liputan6.com, Klaten Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melakukan tinjauan ke gudang Bulog Banaran Delanggu Klaten pada hari Senin (29/3/2021). Pengecekan dilakukan untuk mengetahui serapan gabah petani saat musim panen tiba. Dalam tinjauan tersebut Ganjar menemukan suatu masalah yakni mekanisme penyerapan Bulog yang belum mendukung.

Pemimpin Wilayah Bulog Jateng, Miftahul Ulum melaporkan bahwa Bulog Jateng hanya dapat jatah menyerap 204.000 ton gabah dari petani. Mendengar paparan tersebut, Ganjar menyebutkan kalau serapan Bulog itu masih terlalu kecil. Padahal, saat ini Jateng memasuki peeks musim panen raya. Menurut laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan, sejak Januari-Mei ini Jateng sudah surplus 1,6 juta ton.

"Teman-teman di Bulog ini sudah mulai serap, tapi kalau kita bicara produksi kita, hari ini sangat melimpah. Maka penting memastikan gabah petani dibeli dengan harga di atas HPP atau minimal sama dengan HPP," kata Ganjar.

Rendahnya penyerapan lanjut Ganjar karena fungsi Bulog yang tidak optimal. Jika dulu Bulog punya program beras miskin (raskin), sekarang program itu tidak ada.

"Ini diserap terus, tidak dikeluarkan. Paling keluar rutin dari Bulog hanya bencana atau operasi pasar (OP). Jadi mohon maaf, kalau tidak ada bencana atau harga stabil dan tidak ada operasi pasar, ya dongkrok," tegasnya.

Oleh karena itu Ganjar mengusulkan kepada pemerintah pusat membuat kebijakan baru untuk membantu Bulog menyerap gabah petani. Bulog lanjut dia, bisa diberikan tugas yang lebih banyak seperti dulu lagi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perlu Terobosan Baru

Menurutnya, fungsi Bulog agak pincang. Disatu sisi mereka diminta nyerap gabah dari petani, tapi keluarnya tidak banyak, hanya untuk stok saja. 

"Kalau sistemnya ndak dirubah, sudah pasti serapan Bulog nggak bisa bagus. Dampaknya harga petani pasti rendah karena betul-betul menggunakan mekanisme pasar dan diadu dengan pasar," tegasnya.

Butuh terobosan baru kebijakan dari pemerintah pusat terkait hal ini. Kementerian Pertanian atau Kementerian Perdagangan diharapkan membuat terobosan baru. 

"Saya juga kepikiran, kalau pusat tidak melakukan, maka Pemda harus mengambil tindakan. Sepertinya kita harus punya gudang sendiri, mungkin kita yang melakukan fungsi PSO dan mengambil stok agar petani bisa terbantu. Kalau tidak ada saluran keluarnya, ngendonnya akan lebih banyak," pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Kendala Penyerapan Gabah

Miftahul Ulum mengatakan, Bulog Jateng dijatah menyerap gabah petani sebanyak 204.000 ton tahun ini.

"Kami optimis itu tercapai, minimal di atas 75 persen dari target," katanya.

Ulum menerangkan, ada kendala Bulog dalam penyerapan gabah petani. Menurutnya, kualitas gabah petani tidak terlalu bagus. 

"Kendalanya saat musim hujan kemarin. Jadi banyak gabah yang dipanen lebih awal, karena rusak. Dalam arti terkena banjir padi roboh jadi segera dipanen," terangnya.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.