Sukses

2 Lansia Meninggal Usai Vaksinasi Covid-19, Ombudsman Minta Proses Skrining Ditambah

Ombudsman memberikan sejumlah catatan kepada penyelenggara dan calon penerima vaksinasi Covid-19 agar kejadian fatal terhindarkan.

Liputan6.com, Jakarta - Dua orang lansia di Banyumas, Jawa Tengah meninggal dunia sehari setelah menerima vaksinasi Covid-19 tahap pertama. Lansia tersebut divaksinasi pada 8 Maret dan dibawa ke RSUD Banyumas pada 9 Maret karena serangan jantung.

"Setelah kita cek ternyata almarhum punya penyakit penyerta serangan jantung," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yulianto Prabowo di Semarang, Senin (15/3/2021).

Menaggapi hal ini, Ketua Ombudsman RI Mokhammad Najih menyarankan agar penyelenggara menambah proses skrining kesehatan dalam tahapan pelaksanaan vaksinasi Covid-19.

"Mungkin prosesnya perlu ditambah satu proses lagi ya sebelum disuntik vaksin, jadi bukan hanya ditensi saja agar bisa diidentifikasi lebih akurat lagi," kata Najih saat dihubungi merdeka.com, Selasa (16/3/2021).

Bukan hanya itu, dia juga menyarankan agar para calon penerima vaksin untuk membawa rekam medis kesehatannya masing-masing ke tempat pelaksanaan vaksinasi. Sehingga, calon penerima vaksin tidak bisa membohongi petugas dalam proses skrining.

Dengan begitu, kasus-kasus fatal yang terjadi pascavaksinasi bisa dihindari. "Kalau perlu, disuruh bawa medical record. Ini untuk menghindari adanya korban atau dampak vaksinasi yang tidak sesuai harapan," kata dia.

Sebenarnya, kata Najih, tahapan-tahapan skrining dalam pelaksanaan vaksinasi saat ini sudah baik. Namun dia melihat, ada banyak peserta vaksinasi di tahap kedua yang membohongi petugas terkait kondisi kesehatannya saat itu ataupun terkait riwayat penyakit yang selama ini dialami.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jujur Saat Skrining

Oleh karena itu, dia meminta agar calon penerima vaksin jujur saat ditanya oleh petugas skrining.

"Menurut saya sudah baik ya tahapannya, mulai dari meja 1-4, tapi saya melihat, ada ketidakjujuran dari orang yang divaksin. Padahal punya komorbid, tapi bilangnya tidak punya," ungkapnya.

"Kemarin itu, ada ASN yang collapse setelah divaksin. Dia tahu kalau dirinya sakit, tapi tidak jujur akhirnya dia harus masuk ke ICU kecil itu. Jadi masyarakat harus jujur," kata Najih bercerita.

Meskipun belum ditemukan hasil penelitian yang membuktikan kejadian-kejadian tersebut merupakan efek samping vaksinasi. Namun menurutnya, para petugas yang melakukan skrining harus lebih teliti lagi sebelum menentukan apakah orang tersebut bisa divaksinasi atau tidak. 

"Tentu ini jadi proses pembelajaran. Kita berharap, semakin baik lagi proses atau tahapan vaksinasinya. Sehingga tidak ada korban lagi. Lebih teliti lagi skriningnya, pastikan betul-betul sehat," kata Dosen Universitas Muhammadiyah Malang itu.

 

Reporter: Rifa Yusya Adilah/Merdeka.com

3 dari 3 halaman

Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia di Atas 60 Tahun Dimulai

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.