Sukses

Saiful Mujani: Ironi, Demokrat Justru Direbut Pejabat Negara di Era Demokrasi

Mujani menyebut KLB Demokrat kali ini memecahkan rekor sebab merupakan KLB yang melibatkan orang luar partai.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat politk SMRC Saiful Mujani menyebut kejadian Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Deli Serdang, Sumatera Utara mirip dengan kejadian kisruh PDI pada tahun 1996.

Saat itu, Ketua umum terpilih sama-sama digusur. Namun, katanya, tahun 1996 adalah zaman orde baru (Orba) di mana pemerintah sangat otoriter.

"Ingat KLB Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di zaman Orba ketika Megawati digusur Orba sebagai ketua PDI waktu itu. Tapi saya percaya sekarang bukan orba," katanya setelah dikonfirmasi, Sabtu (6/3/2021).

Mujani menyebut KLB Demokrat kali ini memecahkan rekor sebab merupakan KLB yang melibatkan orang luar partai. Hal itu masih ditambah orang luar itu berasal dari pemerintahan.

"Kejadian pertama, partai dibajak orang luar partai," ucapnya.

Dia lantas membandingkan era Orba di mana kudeta dilakukan kader partai sendiri. Namun kini di era demokrasi, kudeta justru dilakukan pejabat negara.

"Zaman Orba saja yang otoriter pengambilalihan kekuasaan lewat KLB oleh kader partai sendiri. Kasus PDI misalnya. Di era demokrasi sekarang demokrat justru diambil alih oleh pejabat negara yang mestinya melindungi semua partai. Ironi luar biasa," tandasnya.

  

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Presiden Masih Bisa Hentikan KLB

Mujani menyebut, masih belum terlambat bagi Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk menghentikan KLB yang merupakan pelemahan demokrasi oleh pejabat negara tersebut.

"Pelemahan demokrasi ini bisa dihentikan dengan mencegah negara ikut campur internal partai sebagai pilar utama demokrasi. Presiden punya wewenang lebih dari cukup untuk menghentikan kemerosotan demokrasi ini," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.