Sukses

Deretan Cerita Warga Tuban Mendadak Jadi Crazy Rich, Ramai-Ramai Borong Mobil

Sejumlah warga Tuban mendadak jadi 'crazy rich' setelah mendapatkan uang ganti rugi lahan untuk proyek kilang minyak.

Liputan6.com, Jakarta Julukan crazy rich, kini tak hanya dimiliki Helena Lim, sosialita yang sempat menjadi buah bibir saat dirinya antre vaksin Covid-19. Sejumlah warga Tuban pun kini memiliki julukan yang sama. 

Cerita berawal saat sebuah video memperlihatkan deretan mobil mewah diangkut truk towing sambil dikawal mobil polisi masuk Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Diketahui, mobil-mobil tersebut adalah milik sejumlah warga yang membelinya dalam waktu bersamaan.

Video itu sontak viral usai diunggah oleh akun bernama Berkelana ke grup Facebook Jaringan Informasi Tuban (Jitu). Belakangan video tersebut dibenarkan oleh kepala desa setempat.

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5 

"Pembeliannya berkelompok. Kemarin (Minggu, 14 Februari) ada 17 mobil yang dibeli dan semuanya baru," kata Gihanto, Kepala Desa (Kades) Sumurgeneng, Jenu, Tuban saat dikonfirmasi Liputan6.com, Selasa, 16 Februari 2021. 

Ganti rugi lahan untuk sebuah proyek kilang minyak-lah yang membuat kehidupan warga Desa Sumurgeneng, Tuban berubah drastis. Bahkan satu warga dilaporkan bisa membeli dua hingga tiga mobil mewah.

Berikut sederet cerita mereka, yang mendadak jadi crazy rich di Tuban: 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

Berawal dari Postingan di Medsos

Video berdurasi kurang dari satu menit itu dibanjiri komentar warganet usai diunggah akun bernama Berkelana ke grup Facebook Jaringan Informasi Tuban (Jitu) dengan diberikan keterangan "Barokallah dan tiga emoticon tangan menadah".

Sontak postingan tersebut banjir komentar warganet yang merasa kaget atau terkejut hingga saat ini, Selasa, (16/2/2021).

Menurut penuturan kepala desa setempat, mobil tersebut dibeli dari Surabaya oleh warga setelah mendapatkan uang ganti rugi lahan untuk proyek pembangunan Kilang Tuban atau New Grass Root Refinery (NGRR) di wilayah Kecamatan Jenu. 

Uang ganti rugi lahan diambil melalui proses penetapan Konsinyasi di Pengadilan Negeri (PN) Tuban.

"Warga telah mengambil uang ganti rugi lahan melalui Konsinyasi dan sebagian uangnya digunakan untuk membeli mobil," jelas Gihanto.

3 dari 8 halaman

Ada 176 Mobil Baru Dibeli warga

Gihanto menjelaskan, di Desa Sumurgeneng tercatat ada 176 mobil baru yang dibeli warga sejak mereka menerima uang ganti rugi lahan kilang minyak hingga sampai saat ini.

Dari jumlah tersebut, satu orang bahkan ada yang membeli dua sampai tiga mobil dengan menggunakan uang tersebut.

"Ada sekitar 176 mobil baru yang dibeli warga, itu belum yang mobil bekas. Warga membeli dengan menggunakan uang dari pembebasan lahan proyek kilang. Satu orang ada yang beli dua sampai tiga mobil," katanya.

4 dari 8 halaman

280 Warga Setuju Jual Lahan

Ada sekitar 280 warga atau pemilik lahan yang terdampak proyek pembangunan kilang minyak. Semua warga telah setuju lahannya dijual untuk pembangunan proyek nasional tersebut.

"Semua warga Sumurgeneng telah setuju lahannya dijual untuk pembangunan kilang minyak," kata Gihanto, yang juga baru saja ikut membeli mobil Avanza putih.

Harga ganti rugi lahan milik warga dibanderol dengan rata-rata berkisar Rp 680 ribu per meter persegi.

Penentuan nilai harga lahan milik warga itu telah diputuskan oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) setelah melakukan penghitungan harga melalui appraisal.

"Harga ganti rugi lahan di sini sekitar Rp 600 ribu dan tertinggi Rp 800 ribu per meter persegi," ungkap Kades Sumurgeneng.

5 dari 8 halaman

Uang Ganti Rugi hingga Rp 28 Miliar

Terkait uang ganti rugi lahan, rata-rata warga Desa Sumurgeneng Tuban mendapatkan Rp 8 miliar. Selain itu, ganti rugi yang diterima warga paling sedikit di desa sini ada sekitar Rp 35 juta dan paling banyak Rp 28 miliar.

"Paling banyak sekitar Rp 28 miliar, itu orang Surabaya yang sudah lama memiliki lahan di sini," katanya.

Lantas mengapa mereka memilih untuk membeli mobil daripada membuat usaha?

Gihanto menjelaskan, sekitar 90 persen warga yang mendapatkan uang ganti rugi lahan untuk proyek kilang minyak digunakan untuk membeli mobil. Kemudian, 75 persen dibelikan tanah lagi dan 50 persen warga menggunakannya untuk renovasi rumah. 

"Kalau untuk usaha sangat kecil atau minim. Rata-rata mereka ingin menikmati dulu," jelasnya.

Sementara itu, Mulyadi salah satu warga mengaku, teman-teman telah mengambil atau menerima uang ganti rugi lahan untuk proyek kilang minyak. Dimana, sebagian uang tersebut digunakan untuk membeli mobil baru maupun bekas. 

6 dari 8 halaman

Bangun TPA, Beli Mobil hingga Berangkatkan Haji Orangtua

Siti Nur Hidayati, salah satu warga yang mungkin beruntung itu. Dia bahkan mengatakan, uang miliaran rupiah yang ada di tangannya bisa merealisasikan cita-cita mulianya, yakni membangun taman pendidikan Al-Qur'an (TPA) di desanya.

"Dengan adanya kilang minyak ini, alhamdulillah (nasib) agak membaik" katanya.

Uang kaget itu juga akan digunakan Siti untuk memberangkatkan orangtuanya ibadah haji ke tanah suci Makkah Al Mukarromah.

"Ahamdulillah juga, bisa ndaftarkan ibu ke rumah Allah, ini (niat) yang pertama," katanya.

Siti Nur Hidayati mengaku akan mempergunakan uang ganti rugi kilang minyak itu sebaik mungkin, mulai dari membuat usaha, investasi, dan lain sebagainya. Selain juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Saya beli 2 mobil untuk penumpang, dan 2 mobil untuk kerja, yaitu L300 sama Grand Max," kata Siti, yang sekaligus membeli 4 mobil usai menerima uang ganti rugi.

7 dari 8 halaman

Selain Uang, Bakal Terima Rumah Baru

Selain uang, PT Pertamina (Persero) bahkan menyiapkan lahan seluas 20 hektare untuk relokasi rumah warga, yang terdampak proyek pembangunan kilang minyak New Grass Root Refinery (NGRR) di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jatim.

Lahan tersebut berada di tanah milik Perhutani di tepi jalur Pantura, tepatnya di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban.

Lahan tersebut nantinya diperuntukan bagi 151 Kartu Keluarga (KK) terdampak. Selain rumah, di lahan tersebut juga akan dibangun fasilitas umum lainnya.

"Lahannya milik Perhutani dan telah siap 20 hektare beserta fasum-fasum lainnya," ungkap Kadek Ambara Jaya, Presiden Direktur PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia, Rabu, (17/2/2021).

Kadek juga mengatakan, mereka yang direlokasi merupakan warga Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Tuban. Selanjutnya, akan dipindahkan setelah pemukiman baru selesai dibangun dan siap huni.

"Selama belum dibangun, mereka tetap tinggal di rumahnya masing-masing," katanya.

Ia menjelaskan, masih ada warga yang tidak mau keluar dari Desa Wadung. Sehingga ada istilah relokasi mandiri. Dimana, warga bersepakat untuk membeli tanah sendiri di Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Tuban.

Ada juga sejumlah warga yang telah siap untuk direlokasi ke lahan yang telah disiapkan Pertamina. Alasannya, karena lokasinya lebih prospektif lantaran dekat dengan jalur Pantura.

8 dari 8 halaman

Proyek Kilang Minyak Berada di 3 Desa

Untuk diketahui, proyek pembangunan kilang minyak yang berada di Kecamatan Jenu itu menelan dana USD 15 miliar hingga USD 16 miliar atau sekitar Rp 225 triliun (asumsi kurs Rp 14.084).

Proyek ini menempati area seluas kurang lebih 900 hektare.

Dari luas lahan tersebut, jumlah lahan warga terdampak untuk proyek kilang minyak ini ada 529 bidang berada di tiga desa di Kecamatan Jenu, Tuban. Tiga Desa itu adalah Wadung, Kaliuntu, dan Sumurgeneng.

Lalu, Kilang Tuban ini juga merupakan salah satu kilang tercanggih di dunia yang memiliki kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.