Sukses

Tragedi Tenggelamnya KMP Tampomas II di Laut Jawa 30 Tahun Silam

"Tolong kirimi saya air dan makanan, karena saya akan tetap berada di kapal sampai detik terakhir," kata Rivai, sang Nakhoda KMP Tampomas II dalam pesan terakhirnya.

Liputan6.com, Jakarta - "Tolong kirimi saya air dan makanan, karena saya akan tetap berada di kapal sampai detik terakhir," kata Rivai, sang Nakhoda KMP Tampomas II dalam pesan terakhirnya.

Laporan Majalah TEMPO, 7 Februari 1981, menuliskan detik-detik tenggelamnya kapal tersebut di Perairan Masalembo, Laut Jawa, 27 Januari 1981. Pesan terakhir Rivai dituturkan oleh Bakaila, seorang awak kapal Tampomas II yang selamat dalam insiden.

Bakaila mengatakan, pesan itu disampaikan Rivai kepada Agus Sumirat, Nakoda KM Sangihe, sebuah kapal penolong pertama yang datang karena salah seorang Mualimnya, J. Bilalu melihat kepulan hebat yang dikiranya bersumber dari sumur minyak lepas pantai Pertamina.

Terbakarnya KMP Tampomas II menjadi insiden tak terlupakan hingga lebih dari 30 tahun bersilam. Ratusan nyawa melayang dalam rute pelayaran Jakarta - Ujungpandang.

Bertolak pada Sabtu 24 Januari 1981, kapal ini sebenarnya sempat mengalami ganggguan pada bagian mesin sehingga keberangkatannya tertunda sehari.

Namun, kapal dinyatakan siap berlayar usai mesin diperbaiki dan dinyatakan aman. Hanya berselang sehari setelah bertolak dari Dermaga Tanjun Priok, Jakarta Utara, KMP Tampomas II kembali mengalami masalah. Kali ini soal kebocoran bahan bakar yang mengakibatkan kebakaran hebat. Puntung rokok diduga jadi penyebab.

Api yang menjalar berusaha dipadamkan dengan alat seadanya. Kebakaran tersebut membuat mesin tidak bekerja, kapal pun karam, evakuasi darurat pun dilakukan.

"Sebaiknya kita turun saja, Kep," kata Karel Simanjuntak, seorang awak kapal kepada Rivai kala kondisi kapal sudah separuh tenggelam.

"Buat apa kita turun kalau belum semua penumpang selamat?," jawab Rivai, seperti dikutip dari buku Neraka di Laut Jawa: Tampomas II yang ditulis Bondan Winarno berdasarkan reportase para jurnalis Sinar Harapan dan Mutiara.

Data manifes kapal mencatat, ada 980 penumpang dewasa, 75 anak-anak, dan 85 awak kapal. Diyakini, jumlah tersebut belum termasuk ratusan penumpang gelap, yang angkanya ditaksir mencapai 300 orang. Kapal ini juga mengangkut kendaraan bermotor, seperti 191 mobil dan 200 sepeda motor, termasuk mesin giling sakai.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Evakuasi Berantakan

Evakuasi penumpang berjalan berantakan. Arahan menuju dek atas untuk menaiki sekoci berlangsung sulit. Hanya ada satu pintu, kordinasi dilakukan ABK, mualim kapal, dan penumpang pun tak berjalan mulus. Tidak ada yang memberi tahu arah lokasi sekoci. Kapal pun hanya memiliki enam sekoci dengan kapasitas masing-masing 50 orang.

Kepanikan membuat sebagian penumpang yang nekat terjun bebas ke tengah laut, dengan berbekal pelampung seadanya. Sebagian lainnya masih berharap datangnya bantuan dari sinyal pertolongan yang ditembakkan.

Kepulan asap semakin menghitam, suara ledakan kapal terdengar. Cuaca hujan menambah rasa keputusasaan. Kapal semakin tenggelam, air sudah membanjiri badan dan seisi ruang propeller dan ruang generator, kapal pun miring hingga 45 derajat.

Perjuangan selama 30 jam akhirnya kandas. KMP Tampomas II harus tenggelam. Sebanyak 288 orang tercatat menjadi korban jiwa, termasuk Rivai sang nakhoda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.