Sukses

Tensi Darah Tinggi, Kajati DKI Jakarta Belum Bisa Divaksin Covid-19

DKI Jakarta mulai melakukan vaksinasi Covid-19 tahap pertama kepada tenaga kesahatan, pejabat publik, dan tokoh masyarakat pada Jumat 15 Januari 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 19 orang perwakilan dari tenaga kesehatan, pejabat publik, dan tokoh masyarakat mengikuti vaksinasi Covid-19 di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (15/1/2021). Namun, Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) DKI Jakarta, Asri Agung Putra belum mendapat vaksinasi karena tensi darahnya tinggi.

"Tadi juga Pak Kajati tidak memenuhi syarat karena ada tensi yang tinggi, jadi sementara juga tidak dilakukan vaksinasi," ucap Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Supardi usai menjalani vaksinasi Covid-19 di Balai Kota, Jumat (15/1).

Supardi menceritakan, tidak ada kondisi apapun yang ia rasakan setelah mendapat suntikan vaksin Sinovac. Jika beberapa orang mengaku merasakan pegal dan mengantuk, namun Supardi mengatakan tidak ada pengalaman tersebut yang ia rasakan.

Oleh karena itu, ia mengingatkan masyarakat agar tidak perlu menolak vaksin untuk menekan penularan Covid-19 di DKI Jakarta yang cukup tinggi.

"Katanya ada pegal, ini saya sampai sekarang juga belum ada rasa pegal apapun. Jadi untuk itu, kepada seluruh elemen masyarakat nanti yang mendapat kesempatan dan memang pada saatnya nanti akan dapat kesempatan tidak perlu ragu untuk melakukan vaksinasi," imbaunya.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, 3 unsur yang terdiri dari tenaga kesehatan, pejabat publik, dan tokoh masyarakat terpilih sebagai penerima vaksinasi Covid-19 tahap pertama berdasarkan hasil survei yang dilakukan Pemprov DKI.

"Karena itulah, pada hari ini yang berada di tempat ini adalah tiga unsur yang paling dipercaya oleh masyarakat," ucap Anies.

Anies menambahkan, kepada tiga unsur tersebut nantinya menjadi pihak pertama yang nanti akan menjadi rujukan masyarakat tentang pentingnya vaksinasi untuk menekan penularan Covid-19.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menuturkan, vaksinasi menjadi penting agar warga tidak terpapar dengan virus yang telah menelan korban jiwa cukup tinggi di Jakarta. Namun, ia juga mengingatkan agar tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan kendati telah mendapat vaksin.

"Pesan penting dalam program vaksinasi ini adalah alhamdulillah kita bisa terlindungi, sekarang jadi tanggung jawab kita melindungi yang lain agar yang lain tidak terpapar, itu sebabnya untuk masyarakat luas juga meskipun sudah mendapat vaksin maka kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan," ujar Anies.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Skrining Calon Penerima Vaksinasi Covid-19

 

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti menjelaskan, proses vaksinasi akan ada penapisan atau skrining untuk mengetahui riwayat penyakit penyerta. Sebab, tidak semua warga yang memiliki penyakit penyerta atau disebut dengan komorbid, tidak dapat menerima vaksin Covid.

Ia mencontohkan, seseorang dengan riwayat diabetes melitus tetap bisa mendapat vaksin dengan catatan kadar gulanya tetap terkontrol. Begitu pula dengan penderita hipertensi, jika tekanan darahnya tetap stabil vaksin tetap akan bisa disuntikkan.

"Tetap akan ada penapisan apakah memang bisa disuntik atau tidak. Jika ada riwayat hipertensi selama tekanan darahnya terkontrol tentunya bisa mendapat vaksinasi begitu juga diabetes melitus terkontrol bisa diberikan," ujarnya.

Widya menambahkan, jumlah masyarakat yang akan menerima vaksinasi Covid-19 di ibu kota mencapai 7,9 juta orang. Menurut Widya, data tersebut berdasarkan batas usia antara 18-59 tahun. Selain itu, jumlah tersebut vaksinasi terbanyak yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta.

"Ini merupakan sasaran vaksinasi terbanyak, karena kami pernah melakukan vaksinasi secara program massal gini paling banyak sekitar 2 juta," kata Widyastuti.

Dengan jumlah tersebut, dosis vaksin yang dibutuhkan yakni sekitar 15-16 juta. Menurut Widyastuti hal tersebut guna mencapai kekebalan komunitas atau herd immunity.

 

Reporter: Yunita Amalia/Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.