Sukses

Cara Tim DVI Indentifikasi Korban Sriwijaya Air SJ 182

Tim SAR Sriwijaya Air SJ 182 sudah menemukan bagian tubuh. Hal ini diserahkan oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk diidentifikasi.

Liputan6.com, Jakarta Tim SAR Sriwijaya Air SJ 182 sudah menemukan bagian tubuh. Hal ini diserahkan oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk diidentifikasi.

Sebagai gambaran data. di RS Polri ada satu bagian tubuh. Dan Basarnas baru diserahkan 5 bagian tubuh hasil pencarian Sriwijaya Air SJ 182.

Kabiddokpol Pusdokkes Polri Kombes Hery Wijatmoko menjelaskan, ada tahapan bagi tim DVI untuk mengindentifikasi bagian tubuh tersebut. Ada lima item yang dapat digunakan dan dibagi menjadi primer dan sekunder.

"Yang pertama ada premier identify, itu meliputi tiga hal yg pertama adalah sidak DNA, yang kedua sidik jari, yang ketiga adalah data gigi atau ortodologi data," katanya.

Diterangkan Hery, jika sebagian atau keseluruhan item tiga itu cocok, maka korban bakal teridentifikasi. Pencocokan jelas akan dilakukan dengan sampel dari pihak keluarga inti.

"Itu adalah primer apabila salah satu atau dua-duanya atau tiga-tiganya match, berarti dia akan teridentifikasi," jelas Hery.

Sementara untuk yang sekunder, Hery menjelaskan identifikasi bisa dilakukan dengan mengidentifikasi rekam medis dan properti korban.

"Yang kedua adalah secondary identify adalah rekam medis dan properti. Jadi syaratnya medis dan properti itu harus dua, sehingga untuk melakukan declar (identifikasi korban) itu tergantung pada ketersediaan data antemortem dan posmortem," papar Hery.

"Misalnya dari data mortem itu lengkap, mulai dari sidik jari, kemudian gigi, medis, properti dan sebagainya tetapi apabila yang ditemukan itu tidak available dengan data yang tadi, juga kita akan kesulitan melakukan identifikasi," sambungnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Sembarangan

Polisi juga menjelaskan tak sembarang keluarga bisa diambil sampel dari tubuhnya. Menurut Hery timnya bakal mengutamakan untuk mengambil sampel dari keluarga inti untuk dicocokkan dengan sampel dari korban.

Semisal seorang suami sampel yang akan diambil dari anaknya. Sementara jika istri bisa ke orang tuanya.

"Di sana ada keluarga inti dan keluarga tidak inti, artinya begini kalau yang korban itu suami berarti yang kita cari adalah istri dan anak, kalau di korban itu istri tapi dia sekeluarga mungkin kita naik ke atas ortu dari korban tersebut, kalau gak ada, nanti ada dari keluarga saudara-saudara yang sekandung," jelas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.