Sukses

Top 3 News: Geger Sosok Diduga Kuntilanak Bonceng Sepeda Motor di Jembatan Biru Depok

Penampakan kuntilanak bonceng sepeda motor di jembatan biru yang berada di Kampung Utan, Pondok Jaya, Kecamatan Cipayung menjadi berita terpopuler di Top 3 News, Kamis, 17 Desember 2020.

Liputan6.com, Jakarta Penampakan sosok diduga kuntilanak bikin geger warga Kelurahan Pondok Jaya, Cipayung, Kota Depok. Dalam rekaman CCTV yang viral di media sosial, sosok tersebut terlihat membonceng sepeda motor. Berita ini terpopuler pertama di Top 3 News, Kamis, 17 Desember 2020. 

Mengetahui viralnya video penampakan diduga kuntilanak tersebut, Kasi Pemerintahan dan Trantib Kelurahan Pondok Jaya, Wendy Noor memberikan tanggapan. Dia meyakini sosok tersebut adalah manusia.

Berita terpopuler lainnya terkait jam operasional kendaraan umum di wilayah DKI Jakarta, yang mulai hari ini, Jumat (18/12/2020) akan dibatasi. 

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut, untuk transportasi umum seperti MRT, LRT, dan Transjakarta akan berhenti beroperasi pada pukul 20.00 WIB.

Aturan itu tertuang dalam Instruksi Gubernur (Ingub) DKI Jakarta nomor 64 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pengendalian Kegiatan Masyarakat Dalam Pencegahan COVID-19 di Masa Libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021.

Lantas, bagaimana dengan Commuter Line?

Sementara itu, sejarah hari ini yang mengupas sosok Soe Hok Gie juga tak kalah menyita perhatian pembaca Liputan6.com. Tak hanya dikenal sebagai aktivis berdarah Tionghoa yang dikenal kritis pada saat Soeharto berkuasa, Gie, begitu karib ia disapa juga dikenal sebagai sosok pencinta alam.

Semeru adalah salah satu gunung yang pernah didakinya. Pendakian kali ini sangat spesial bagi Gie, karena dia akan merayakan ulang tahunnya ke-27 pada 17 Desember.

Namun, di saat mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah itu ingin membagi kebahagiaan itu bersama teman-temannya, Soe Hok Gie meninggal dunia di puncak Semeru.  

Berikut deretan berita terpopuler di kanal News Liputan6.com sepanjang Kamis, 17 Desember 2020:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Viral Penampakan Kuntilanak Bonceng Sepeda Motor di Depok

Sebuah video rekaman CCTV viral di media sosial (medsos) lantaran memperlihatkan sosok diduga kuntilanak membonceng sepeda motor. Penampakan sosok diduga kuntilanak itu terjadi di jembatan biru Kampung Utan, Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok. 

Salah seorang warga Kelurahan Pondok Jaya, Fathur (35) mengaku sudah melihat video diduga penampakan kuntilanak tersebut. Menurut dia, hal itu bisa saja terjadi kepada pemotor yang melintas di jembatan biru saat malam hari.

"Sudah lihat videonya, bisa saja karena tempat tersebut kalau malam seram, karena melintas Kali Ciliwung dan terdapat pohon bambu," ujar Fathur, Kamis (17/12/2020).

Pihak Kelurahan Pondok Jaya pun merespons viralnya penampakan kuntilanak yang terjadi di wilayahnya tersebut. Kasi Pemerintahan dan Trantib Kelurahan Pondok Jaya, Wendy Noor mengaku baru mengetahui viralnya video CCTV penampakan kuntilanak di jembatan biru.  

Berdasarkan video yang viral, Wendy menganalisa, bahwa sosok pembonceng motor memiliki tubuh padat layaknya manusia.

 

 

Selengkapnya...

3 dari 4 halaman

2. Mulai 18 Desember 2020, Transportasi Umum di DKI Beroperasi hingga Pukul 20.00 WIB

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebutkan mulai Jumat, 18 Desember 2020 operasional kendaraan umum atau transportasi umum seperti MRT Jakarta, TransJakarta dan LRT Jakarta, dibatasi jam operasionalnya hingga pukul 20.00 WIB.

"Ya semua moda transportasi umum dibatasi. Semua diatur, dari KRL juga kita tunggu. Itu yang dari pusat kan," ujar Ahmad Riza Patria di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (17/12/2020), seperti dikutip dari Antara.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebutkan mulai Jumat, 18 Desember 2020 operasional kendaraan umum atau transportasi umum seperti MRT Jakarta, TransJakarta dan LRT Jakarta, dibatasi jam operasionalnya hingga pukul 20.00 WIB.

"Ya semua moda transportasi umum dibatasi. Semua diatur, dari KRL juga kita tunggu. Itu yang dari pusat kan," ujar Ahmad Riza Patria di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (17/12/2020), seperti dikutip dari Antara.

Selain diminta membatasi jam operasional moda transportasi umum, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo juga diminta untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat mengecek jumlah pengunjung yang masuk ke wilayah Ibu Kota Jakarta.

 

Selengkapnya...

4 dari 4 halaman

3. Akhir Hayat Soe Hok Gie di Gunung Semeru

Soe Hok Gie kesal kepada temannya sesama anggota Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Indonesia (UI), Aristides Katoppo yang mengigau sepanjang malam dan membuatnya tak bisa tidur. Apalagi, udara lereng Gunung Semeru pada 14 September 1969, membuat tubuh Soe Hok Gie kedinginan.

"Lu sangat gelisah. Gue enggak mau lagi tidur di sebelah lu," kata Aristides menirukan ucapan Soe Hok Gie, dalam Seri Buku Tempo: Gie dan Surat-surat Tersembunyi.

Kegelisahan Aristides itu berasal dari sebuah mimpi kecelakaan di gunung dimana terdapat tiga mayat. Aristides yang kala itu menjabat redaktur pelaksana Sinar Harapan, mengaku tak melihat jelas wajah ketiga jenazah dalam mimpinya tersebut.

Adegan dalam mimpi berikutnya, dia mengevakuasi jenazah dengan ambulans. Aristides tak pernah menyangka bahwa mimpi yang disimapannya rapat-rapat dari rekannya, Soe Hok Gie itu merupakan firasat yang berujung kenyataan.

Rombongan Soe Hok Gie berangkat menuju Gunung Semeru pada 12 Desember 1969, dari Statiun Gambir pukul 07.00 WIB. Gie pergi bersama tim pendaki gunung tertinggi itu yang terdiri dari, Aristides, Herman Onesimus Lantang, Abdurrachman alias Maman, Anton Wijana alias Wiwiek, Rudy Badil, dan dua anak didik Herman yakni, Idhan Dhanvantari Lubis serta Freddy Lodewijk Lasut.

Setibanya di Pasar Tumpang, Gie dan rekan pendakiannya masih harus berjalan kaki sekitar 11 kilometer ke Gubuk Klakah yang merupakan desa terakhir di lereng Semeru. Usai bermalam, tim lalu mulai mendaki dengan berbekal buku terbitan Belanda tahun 1930 tentang Panduan Naik Semeru.

Rute yang mereka pilih bukanlah yang umum digunakan. Penduduk setempat biasanya menggunakan rute Desa Ranupande karena jalanan lebih landai. 

 

Selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.