Sukses

HEADLINE: Serangkaian Penangkapan Terduga Teroris, Jamaah Islamiyah Kembali Eksis?

Lama tenggelam, kelompok Jamaah Islamiyah kembali muncul setelah Densus menangkap terduga teroris di sejumlah daerah. Sel-sel JI hidup kembali?

Liputan6.com, Jakarta - Densus 88 Antiteror Polri membekuk terduga teroris yang berafiliasi dengan kelompok Jamaah Islamiyah di Palembang Sumatera Selatan pada Senin malam, 30 November 2020. Terduga teroris berinisial AD (41) itu ditangkap di Komplek Perumnas Talang Kelapa Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang.

Penangkapan sel-sel dari kelompok yang biasa disebut JI ini, terus dilakukan Densus 88 di sejumlah daerah. Bahkan dalam kurun Oktober-November 2020, tercatat ada 24 orang yang sudah dicokok, yang mana sebagiannya adalah petinggi Jamaah Islamiyah.

Mantan kombatan Jamaah Islamiyah, Ali Fauzi angkat bicara soal munculnya kembali Jemaah Islamiyah ke permukaan. Menurut dia, keberadan kelompok JI di Indonesia sebenarnya sudah lama tenggelam, terlebih setelah pesohornya, dr Azhari dan Nurdin M Top digulung tim Densus 88 antiteror Polri. Namun begitu, di balik aksi tiarapnya, bukan berarti kelompok JI sudah tidak lagi eksis di Indonesia.

"Jadi sudah lama memang kelompok JI tenggelam. Pasca-meninggalnya Dr Azhari dan Noordin M Top, JI seperti ditelan bumi. Baru kemudian 2019 muncul lagi JI, sementara kasus terorisme diambil kelompok lain, ada JAD (Jemaah Anshorud Daulah), ada istilah baru, MIB (Mujahidin Indonesia Barat), ada MIT (Mujahidin Indonesia Timur) yang diteruskan oleh Ali Kalora," kata Ali Fauzi kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (1/12/2020).

Pada Juni 2019, grup JI ini muncul kembali dengan ditangkapnya DPO lama yaitu Parawijayanto. Orang ini disinyalir menjadi amir JI. Dari penyergapan itu, terang dia, melebar kemana-mana hingga ada penangkapan di Magetan, Jakarta, Sumatera, Lampung, juga Palembang.

"Itu pengembangan dari penangkapan sebelumnya, ini memberikan indikasi kepada kita bahwa JI masih ada," kata dia.

Hal yang sama diutarakan Pengamat intelijen dan terorisme dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya. Dia menilai Jamaah Islamiyah sebenarnya masih bercokol di Indonesia namun tidak memiliki aktivitas yang menjurus kepada tindakan terorisme.

"Mereka kan underground ya, ya pasti ada, sebenarnya cuman kan tidak ada aktivitas-aktivitas yang dalam beberapa tahun ini kan enggak ada aktivitas yang bisa dikategorikan sebagai aktivitas terorisme. Mereka tidak melakukan amaliyah. Mereka bisa dibilang semacam mati suri gitu, mereka ada tapi tidak tampak," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (1/12/2020).

Harits mengungkapkan, Jamaah Islamiyah kini tidak mempunyai orientasi untuk mengeluarkan aksi-aksi teror karena sejauh ini mereka meninggalkan model-model amaliyah yang dilakukan oleh ISIS. Mereka pun kini lebih fokus kepada gerakan kaderisasi.

"Mereka fokus di penggemukan badan, membesarkan jemaah. Ini kan gerakannya underground, jadi enggak bisa secara terbuka terlihat agenda-agendanya bahwa itu adalah ada rekrutmen melalui aktivitas terbuka itu nggak. Jadi lebih banyak pada komunikasi personal," ucap dia.

Dalam menggaet sasaran calon anggota, Jamaah Islamiyah melakukannya secara pelan-pelan. Ada tawar menawar gagasan terkait ideologi yang disampaikan oleh kelompok tersebut. "Kalau seorang itu bisa menerima ya kan bisa pelan-pelan diajak lebih jauh untuk mengikuti apa yang jadi gagasan mereka," terang Harits.

Untuk menjalankan roda organisasinya, Jamaah Islamiyah mengandalkan sumber pendanaan dari kalangan mereka sendiri. Selain itu, ada pula dari hasil usaha yang dikelola secara bersama.

"Biasanya swamandiri ya. Mereka memberikan donasi dari hasil usaha mereka, atau kemungkinan mereka mengelola usaha bersama-sama gitu. Dari internal, yang banyak itu biasanya dari internal. Jadi donasi itu dikumpulkan dari anggota-anggota JI," ucap dia.

Terkait dari sisi militansi personel, JI disebutnya hanya memiliki laskar yang disiapkan untuk turun dalam aksi-aksi kemanusiaan. Namun juga laskar-laskar tersebut tidak tertutup kemungkinan dapat diterjunkan dalam medan perang tertentu.

"Ya seperti kasus gerakan dulu di Ambon, kan banyak orang-orang terlibat perang di Ambon itu orang-orang JI," kata dia.

"Jadi macam kelaskaran, tapi kalau dikatakan kekuatan militer ya terlalu berlebihan. Wong senjata juga enggak punya gudang senjata, mobil juga enggak punya. Senjata ya paling personal-personel satu dua orang," kata dia.

Harits menilai kelompok JI ini tidak mengandalkan perkembangan teknologi untuk menyebarkan ideologi kepada sasaran targetnya. Teknologi hanya menjadi wasilah atau alat memudahkan mereka untuk melakukan komunikasi sesamanya saja.

"Tapi kalau mereka punya pengalaman ya biasanya mereka hal-hal yang urgen menyangkut internal, mereka akan menghindari teknologi karena itu rawan untuk intersepsi. Ya mereka gunakan cara-cara yang konvensional," terang Harits.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

JI Latihan Militer di Suriah, untuk Apa?

Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Sidney Jones mengungkapkan sejak tahun 2007, organisasi Jamaah Islamiyah di Indonesia masih tetap ada kendati tidak memakai cara-cara kekerasan. Ia menekankan bahwa JI merupakan organisasi yang memang ekstrem namun melawan ISIS.

"Jadi JI itu tidak pro-ISIS sama sekali, melawan organisasi di Indoensia yang mendukung ISIS," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (1/12/2020).

Saat ini, kata Sidney, kegiatan JI lebih fokus kepada dakwah dan pendidikan dengan jaringan pesantren-pesantren yang ada. Namun di sisi lain, mereka juga masih mau menginginkan negara Islam di Indonesia sebagai bagian khilafah secara global.

"Dalam rangka itu, mereka sudah kirim orang ke Suriah untuk latihan, sebagian besar dikirim ke milisi yang anti ISIS, tetapi untuk jangka pendek misalnya 3 bulan supaya mereka bisa dapat keterampilan sebagai pasukan negara Islam di Indonesia," ujar dia.

Namun sampai sekarang, tidak ada peranan untuk mereka di Indonesia. Mereka hanya pergi ke Suriah yang kemudian pulang ke rumah. Tidak berfungsi sebagai pasukan sebenarnya kendati mereka telah mendapat latihan sebagai pasukan.

"Mereka dikirim untuk menjadi pasukan di masa depan seandainya ada negara Islam Indonesia, tapi selama tidak ada negara Islam, mereka tidak akan melakukan apa-apa," kata dia.

Penangkapan sel-sel Jamaah Islamiyah oleh Densus 88, kata dia, lantaran adanya niatan dari mereka untuk menegakkan syariat Islam secara formil. Selain itu, juga ada keinginan untuk mengubah dan melawan pemerintah.

"Mereka mulai ditangkap tahun lalu. Sebetulnya mulai ditangkap tahun 2014 tapi baru bulan Juli 2019, pemimpin Parawijayanto ditangkap, disapu bersih banyak orang JI yang ditangkap," jelas Sidney Jones.

Saat ini, menurut dia, JI sudah tidak kehilangan sosok yang bisa menjadi penggerak. Imbasnya, kegiatan Jamaah Islamiyah ini disebutnya akan mengalami kevakuman dalam waktu setahun ke depan.

"Terkait tokoh-tokoh JI, ada beberapa nama yang muncul. Mungkin satu tahun ke depan, JI akan membekukan kegiatannya. Jadi saya tidak tahu, apakah mereka akan memilih orang baru atau tetap hidup dengan orang-orang yang ada," kata wanita yang meneliti soal terorisme dan radikalisme di Indonesia ini.

Sidney Jones meyakini, Jamaah Islamiyah ini merupakan organisasi ekstrem yang paling strategis. Mereka sudah memiliki strategi hingga 25 tahun ke depan. Hal ini lah yang membedakannya dengan organisasi apa pun di Indoensia.

"Mereka juga punya program rekrutmen yang sangat rapi dan terperinci melalui pesantren-pesantren JI. Jadi saya kira tepat kalau polisi masih khawatir tentang apa tujuan JI jangka panjang, dan apa yang bisa mencegahkan program rekrutmen tersebut. Tapi saya kira tidak perlu khawatir bahwa JI akan melakukan operasi jihad di Indonesia sekarang ini," kata dia.

Dalam penangkapan di Lampung, Densus 88 Polri mencokok Taufik Bulaga (TB) alias Upik Lawanga. Polri menyebut Upik Lawanga merupakan sosok penerus Dr Azhari yang ahli merakit bom. Jamaah Islamiyah pun membuatkannya bunker yang digunakan sebagai tempat penyimpanan persenjataan maupun bahan peledak.

Namun menurut Sidney Jones, sosok Upik Lawanga ini tidak memiliki peranan apa pun dalam organisasi tersebut. Dia hanya menyembunyikan diri selama 14 tahun, setelah menjadi buronan kepolisian.

"Dia dulu aktif pada waktu Dr Azhari hidup 2004-2005, tetapi selama 14 tahun belakangan ini, dia hanya menyembunyikan diri sendiri, tidak aktif sama sekali, tanpa adanya peranan apa pun," ujar dia.

"Setelah jadi DPO, dia dilindungi oleh JI, pasti dengan syarat dia tidak melakukan apa-apa. Jangan melihat dia sebagai tokoh apa pun sekarang," imbuh Sidney Jones.

Anggapan berbeda disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Awi Setiyono. Menurutnya, Upik Lawanga merupakan aset berharga bagi jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI).

"Profil yang bersangkutan 14 tahun buron sehingga wajahnya sudah mulai berubah. UL ini merupakan aset berharga Jamaah Islamiyah karena dia penerus Dokter Azhari sehingga yang bersangkutan sengaja disembunyikan oleh kelompok JI dan berpindah-pindah tempat," kata Awi di Jakarta, Senin 30 November 2020.

Upik Lawanga diamankan oleh kelompok internal Jamaah Islamiyah yang berfungsi untuk mengamankan aset berharga jaringan teroris tersebut.

"Di JI sendiri ada namanya bidang Tholiah. Tholiah ini mengamankan aset dan orang-orang JI yang dilindungi," sebut Awi.

Kata Awi, Upik Lawanga melarikan diri dari Poso pada tahun 2007 melalui jalur Makassar-Surabaya-Solo sampai dengan menetap di Lampung. Densus 88 Antiteror telah menyelidiki anggota JI yang lain yang sengaja menyembunyikan Upik Lawanga.

"Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan Densus 88 Antiteror, Upik Lawanga ini melakukan tindakan terorisnya jaringan JI di Sulawesi Tengah terungkap antara lain pasca konflik Poso tahun 2001. Kelompok JI turun ke Poso untuk melakukan pelatihan militer kepada pemuda-pemuda muslim Poso," jelas Awi.

Dari temuan di Lampung, kata Awi, dapat dilihat bahwa JI sampai saat ini masih tetap hidup dan memiliki kekuatan secara militer.

"Walaupun dalam putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Tahun 2008, Putusan Hakim telah menetapkan bahwa Al Jamaah Al Islamiyah adalah koorporasi (organisasi) terlarang," katanya.

3 dari 3 halaman

Sebulan Tangkap 24 Terduga Teroris

Detasemen khusus 88 menangkap seorang laki-laki terduga teroris berinisial AD (41) di Komplek Perumnas Talang Kelapa Kecamatan Alang-Alang Lebar Kota Palembang, Senin malam, 30 November 2020. Polisi menduga teroris tersebut adalah jaringan Jamaah Islamiyah.

"Ya betul seorang laki-laki, Polda Sumsel hanya back up saja, sudah dibawa Densus 88 ke Jakarta," kata Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Hendri saat dikonfirmasi, Selasa (1/12/2020).

Terkait afiliasi jaringan, menurutnya kemungkinan terduga teroris itu masuk jaringan Jamaah Islamiyah (JI) meskipun belum dapat dipastikan keterkaitanya dengan JI di Lampung karena masih dalam pengembangan.

Penangkapan terduga teroris itu dilakukan dalam dua kali penggeledahan, pertama pada pukul 16.00 WIB dan disusul pada malam hari.

Salah seorang tetangga terduga, Abdurohman, mengatakan penggeledahan pertama disangka hanya masalah telepon genggam karena petugas yang datang tidak terlalu banyak.

"Karena rumahnya (terduga) memang ada counter hp," ujar Abdurohman.

Namun pada malam hari penggeledahan dilakukan petugas berseragam dan bersenjata serta warga tidak diizinkan mendekati TKP, ia melihat petugas membawa seseorang dan beberapa bungkusan.

Ia mengaku rumah yang digeledah itu ditempati keluarga yang dikenal baik dan tidak memiliki gelagat mencurigakan, sementara anak dan istri terduga tidak ikut dibawa oleh petugas.

"Dia (terduga) sudah lama tinggal di sini dan setahu kami orangnya ramah," kata Abdurohman menambahkan.

Penangkapan terduga teroris juga terjadi di Lampung pada 6-7 November 2020. Mereka merupakan anggota Jemaah Islamiyah dari kelompok Imarruddin asal Banten di bawah kepemimpinan Wijayanto.

"Penindakan dari Tim Densus 88/Anti Teror sebagai upaya preventif strike pada tanggal 6 dan 7 November 2020 telah menangkap beberapa kelompok teroris," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi, Awi Setiyono di Jakarta, Minggu 8 November 2020.

Mereka yang ditangkap di Lampung berinisial SA, S, I, dan RK. SA ditangkap pada Jumat 6 November 2020 dengan penemuan total 11 barang bukti. Dia diduga terlibat kelompok Jamaah Islamiah di bidang Kosin.

"Merupakan anggota kelompok Jamaah Islamiah di bidang Kosin, yang tergabung dalam kelompok Imarruddin (Banten) di bawah kepemimpinan Parawijayanto yang diduga sebagai Kosin Wilayah Lampung," ucap Awi.

Sedangkan S, I, dan RK ditangkap pada Sabtu 7 November 2020 di dua tempat berbeda di Lampung, karena diduga terlibat dengan kelompok Adira Lampung. S sendiri diduga sebagai Bendahara dalam Adira Lampung, dan RK sebagai sekretaris.

Dalam penangkapan S, I, dan RK, tim total menyita 66 barang bukti dari lokasi penangkapan berbeda. Mereka merupakan jaringan dari Jamaah Islamiyah (JI).

"Empat orang itu, satu orang ditangkap di Metro, satu orang di Panjang, dan dua orang di Pringsewu," katanya.

Para terduga teroris itu diketahui merupakan jaringan dari POK IMAR Banten yang sudah tertangkap lebih dulu beberapa bulan yang lalu di Jawa Barat, dan berencana akan melakukan amaliyah di beberapa kota di Pulau Jawa.

Tak sampai di situ. Densus 88 juga menangkap seorang terduga teroris berinisial TB alias Upik Lawanga di Lampung. Penangkapan Upik dilakukan dalam operasi yang digelar pada 23 dan 25 November 2020 lalu.  

Dari rangkaian penangkapan itu, tercatat ada 24 orang yang diamankan Densus 88 dalam kurun waktu Oktober-November 2020. Mereka yang ditangkap sebagiannya petinggi Jamaah Islamiyah.

“Densus 88 menangkap 24 orang tokoh penting dan anggota JI yang aktif melakukan pengendalian dan pendanaan organisasi JI,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Awi Setiyono melalui konferensi pers daring pada Senin 30 November 2020.

Awi menguraikan penangkapan dilakukan di Jawa Tengah ada 4 orang, Jawa Barat 2 orang, Banten 1 orang, Jabodetabek 8 orang, Daerah Istimewa Yogyakarta 1 orang, dan Lampung 8 orang. 

Dia mengungkapkan, TB alias UL disebut memiliki kemampuan membuat bom berdaya ledak tinggi atau high explosive. Sementara, petinggi JI lain yang ditangkap seperti BY membidangi bagian aset dan SDM JI serta FS selaku pengurus yayasan penyokong dana JI.

“Saudara E pimpinan qodimah wilayah barat. Kemudian AS, penasehat ketua lahnaz panitia pemilihan Amir. Terakhir, A, anggota bidang sosial dan kesejahteraan anggota JI,” kata Awi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.