Sukses

Wakil Ketua KPK: Jangan Jadi Pejabat Jika Pikirkan Harta Naik

Ia menyatakan pejabat publik harus benar-benar melayani masyarakat dan juga tidak bergaya hidup mewah.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron mengingatkan bahwa jangan menjadi pejabat publik jika memikirkan harta kekayaannya naik.

"Kalau ingin naik hartanya, jangan pilih jadi pejabat publik. Pejabat publik itu pejabat yang melayani, sadar bahwa kehadirannya dilahirkan di muka bumi bukan untuk dirinya saja," kata Ghufron saat Webinar Pembekalan Pilkada Berintegritas 2020 yang disiarkan akun Youtube Kanal KPK, Kamis (12/11/2020).

Pembekalan itu diikuti oleh calon kepala daerah dan penyelenggara pemilu dari Provinsi Bengkulu, Riau, Sulawesi Barat, dan Jawa Barat.

Ia menyatakan pejabat publik harus benar-benar melayani masyarakat dan juga tidak bergaya hidup mewah.

"Sebaik-baik kita adalah yang paling banyak kebaikannya kepada orang lain bukan hanya kemudian saya senang pakai emas banyak, mobil mewah, kalau masih begitu jangan jadi pejabat," ucap Ghufron seperti dikutip Antara.

Menurut dia, jika memang pejabat tersebut masih suka bersenang-senang dan bermewah-mewahan maka seharusnya menjadi selebriti atau pengusaha yang tidak perlu memikirkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

"Kalau masih bersenang-senang, ingin mewah-mewahan ya sudah jadi selebriti jadi pengusaha, tidak masalah. LHKPN dan lain-lain itu karena ada pejabat, kalau Anda bukan pejabat tidak perlu LHKPN. Anda kemudian mendapat sumbangan dapat macam-macam tidak masalah tidak perlu dilaporkan," tuturnya.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Potensi Terjadinya Korupsi

Ia juga mengingatkan kepada calon kepala daerah yang nantinya terpilih agar tidak memikirkan modal yang harus dikembalikan karena akan berpotensi terjadi tindak pidana korupsi.

"Pasti mau tidak mau secara naluri alami bahwa ketika duduk pasti mengembalikan modal. Kalau sudah mikirnya mikir modal ini bukan pejabat publik ini pedagang, kalau pedagang jangan duduk sebagai pejabat publik," ucap Ghufron.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.