Sukses

Profil Raden Mattaher, Panglima Perang Jambi Penerima Gelar Pahlawan dari Jokowi

Ketika melawan penjajah Belanda, Raden Mattaher memiliki posisi sebagai panglima perang. Membentuk barisan pertahanan serta perlawanan merupakan keahliannya.

Liputan6.com, Jakarta Raden Mattaher Bin Pangeran Kusin Bin Adi menjadi salah satu sosok yang dipilih Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November 2020. 

Raden Mattaher akan menjadi tokoh kedua dari Provinsi Jambi yang nantinya akan bergelar sebagai pahlawan nasional setelah sebelumnya ada Sultan Thaha Syaifuddin. 

"Calon penerima gelar pahlawan nasional akan disampaikan langsung oleh Bapak Presiden di Istana Negara pada tanggal 10 November, setelah acara upacara ziarah nasional," ujar Menteri Sosial Juliari Batubara dalam konferensi pers di YouTube Kemensos, Jumat, 6 November 2020. 

Bagi masyarakat Jambi, momen ini telah lama dinantikan. Mengingat semasa hidupnya, ia telah berjuang menyelamatkan masyarakat Jambi dari Belanda.

Bahkan oleh masyarakat Jambi seperti dikutip dari Kemendikbud.go.id, Raden Mattaher dikenal sebagai Singo Kumpeh. Tak hanya dinilai pandai dalam mengatur strategi, namun juga karena keberaniannya saat menumpas penjajahan Belanda.  

Berikut profil Raden Mattaher Bin Pangeran Kusin Bin Adi yang akan mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Presiden Jokowi: 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Panglima Perang Jambi

Raden Mattaher adalah seorang panglima perang Jambi yang sangat terkenal dan ditakuti Belanda.

Setelah wafatnya Sultan Thaha Saifuddin pada tahun 1904, komando perlawanan terhadap Belanda di Jambi dilanjutkan oleh Raden Mattaher. 

Saat melawan penjajahan Belanda, ia telah memperlihatkan sebagai seorang ksatria, berani, cerdas, dan pandai mengatur strategi. Kantong-kantong perlawanan yang ia bentuk, bergerak di teritorial dari Muaro Tembesi hingga ke Muaro Kumpeh. 

"Pola serangan yang difokuskan Raden Mattaher adalah dengan menyerang kapal-kapal perang Belanda yang masuk ke Jambi lewat jalur sungai. Kapal-kapal perang Belanda itu membawa personel, obat medis dan amunisinya," kata Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jambi, Irhas Fansuri, kepada Liputan6.com, Kamis, 7 November 2019. 

Berkat kecerdasannya itu, Raden Mattaher menjadi panglima perang yang paling ditakuti Belanda pada masa itu.

Pada tahun 1858 Sultan Thaha dan Raden Mattaher berhasil menenggelamkan kapal perang Belanda di perairan Sungai Kumpeh Muaro Jambi.

3 dari 4 halaman

Silsilah Keluarga

Sementara itu, Indonesiana sebuah platform kebudayaan milik Kemendikbud menulis, Raden Mattaher bin Raden Kusin dilahirkan di Dusun Sekamis, Kasau Melintang Pauh, Air Hitam, Batin VI, Jambi, pada tahun 1871.

Ayahnya adalah Raden Kusin bergelar Pangeran Jayoningrat bin Pangeran Adi bin Sultan Mochammad Fachruddin. Sementara, ibunya adalah Ratumas Esa (Tija).

Ibu Raden Mattaher merupakan kelahiran Mentawak, Air Hitam Pauh yang dahulunya adalah daerah tempat berkuasanya Temenggung Merah Mato.

Raden Mattaher merupakan cucu Sultan Taha Syaifuddin, pahlawan nasional dari Jambi. Hubungannya adalah ayah Raden Mattaher bernama Pangeran Kusin adalah anak Pangeran Adi, saudara kandung Sultan Taha Syaifudin.

4 dari 4 halaman

Makam Kelingking Raden Mattaher

Dalam literatur lisan secara turun temurun di masyarakat, Irhas menyebut, perjuangan Raden Mattaher berakhir pada 10 September 1907. Ia ditembak mati di rumahnya sendiri dalam sebuah operasi militer Belanda.

Rumah panggung milik Raden Mattaher yang terbuat dari papan dan menjadi tempat gugurnya sang pahlawan, kini masih kokoh berdiri. Tepatnya di Desa Muaro Jambi, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi.

Tak jauh dari rumahnya, jejak dari sang pejuang juga ditemukan di sebuah desa di Muaro Jambi. Jari kelingking Raden Mahatter dimakamkan di sana. 

Menurut cerita sejarah yang berkembang di masyarakat saat itu, jari Mahatter putus dalam sebuah pertempuran hebat melawan Belanda di desa tersebut sekitar tahun 1907.

Masyarakat dapat mengidentifikasi jari itu adalah milik Singo Kumpeh karena di jarinya terdapat tanda inai atau semacam pemerah kuku.

"Masyarakat bisa mengenali itu jari kelingking Raden Mattaher karena sebelum terjadi perang, ia sempat dipakaikan inai pada jarinya," kata Irhas.

Sementara, jasad Raden Mattaher dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Jambi di tepi Danau Sipin Kota Jambi.

 

(Fifiyanti Abdurahman)

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.