Sukses

Jokowi: Kematian Akibat Covid-19 Turun, Tapi Masih Tinggi dari Rata-Rata Dunia

Jokowi mengatakan, rata-rata kesembuhan Covid-19 di Tanah Air, berada di angka 80,51 persen. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari rata-rata kesembuhan dunia yakni, 73,60 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut, kasus kematian Covid-19 di Indonesia menurun dibandingkan bulan lalu, dari angka 3,83 persen menjadi 3,41 persen. Namun, dia mengakui angka ini masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata dunia.

"Dibandingkan bulan lalu, rata-rata kematian di Indonesia menurun dari 3,83 persen menjadi 3,41 persen. Meski, ini masih sedikit lebih tinggi dari rata-rata kematian dunia yang mencapai 2,68 persen," ujar Jokowi saat memimpin rapat terbatas, Senin (26/8/2020).

Selain itu, dia mengatakan rata-rata kesembuhan Covid-19 di Tanah Air, berada di angka 80,51 persen. Menurut Jokowi, jumlah ini jauh lebih tinggi dari rata-rata kesembuhan dunia yakni, 73,60 persen.

Sementara, kata dia, kasus aktif Covid-19 di Indonesia per 25 Oktober 2020 berada di angka 16,08 persen. Dia menuturkan angka tersebut lebih rendah dari rata-rata kasus aktif dunia yang mencapai 23,72 persen.

"Ini penting sekali disampaikan ke publik. Tiga hal ini saya kira perlu diketahui oleh kita semua sehingga kerja keras yang dilakukan kita semua betul-betul menghasilkan angka-angka yang saya sampaikan," jelas Jokowi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jokowi minta pastikan keamanan vaksin

Adapun saat ini pemerintah tengah mempersiapkan beberapa jenis vaksin Covid-19. Lima di antaranya adalah Sinovac, Sinopharm, CanSino, Genexine, dan AstraZeneca.

Jokowi meminta menterinya memastikan keamanan vaksin Corona dengan memperhatikan data-data science dan kesehatan. Pasalnya, hal ini menyangkut kepercayaan masyarakat terhadap upaya pemerintah melakukan vaksinasi.

"Keamanan itu artinya kalau disuntik itu betul-betul memang sudah melalui sebuah tahapan-tahapan uji klinis yang benar. Karena kalau tidak, ada satu saja yang masalah, nanti bisa menjadikan ketikdakpercayaan masyarakat akan upaya vaksinasi ini," tutur dia.

Adapun kandidat vaksin tersebut masih menjalankan uji klinis tahap III, sebelum diproduksi secara besar-besaran. Pemerintah awalnya berencana mulai menyuntikkan vaksin pada November 2020. Namun, kemungkinan rencana tersebut gagal.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kemungkinan vaksin ini tidak bisa masuk ke Indonesia. Hal ini disebabkan belum mendapatkan izin penggunaan darurat yang dikeluarkan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.