Sukses

48 Ribu Warga Bogor Krisis Air Bersih Akibat Kemarau

Tercatat, 20.756 keluarga yang tersebar di 10 kecamatan terdampak kekeringan.

Liputan6.com, Jakarta - Musim kemarau panjang yang berdampak pada krisis air bersih yang dialami sebagian warga di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tercatat, 20.756 keluarga atau 48.120 jiwa yang tersebar di 10 kecamatan terdampak kekeringan.

Hampir seluruh sumur milik warga di wilayah ini kering sejak beberapa bulan lalu. Warga pun mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih.

Daerah paling parah mengalami krisis air bersih yakni di Kecamatan Jonggol dan Jasinga. Karena minimnya sumber air, warga hanya mengandalkan bantuan dari berbagai pihak termasuk dari Palang Merah Indonesia dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bogor Yani Hasan mengatakan, krisis air bersih melanda 30 desa yang tersebar di 10 kecamatan. Sejak dilanda kekeringan, pihak BPBD bekerjasama dengan PDAM dan Palang Merah Indonesia telah mendistribusikan air bersih sekitar 270 ribu liter.

"Kami menyalurkan air tiap hari sesuai permintaan warga," kata Yani Hasan, Kamis (3/9/2020).

Berdasarkan data dari Pusdatin BPBD Kabupaten Bogor, tercatat 20.756 KK atau 48.120 jiwa terdampak krisis air bersih akibat musim kemarau.

10 kecamatan yang mengalami kekeringan adalah Kecamatan Jonggol, Cariu, Gunungputri, Klapanunggal, Citeureup, Ciampea, Jasinga, Tenjo, Cigudeg, dan Leuwiliang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Daerah Paling Parah

Daerah mengalami dampak paling parah, yaitu Kecamatan Jasinga dan Jonggol. Hampir seluruh desa di wilayah kecamatan tersebut mengalami kekeringan.

"Di Kecamatan Jasinga ada 10 desa terdampak dan 9 desa di Kecamatan Jonggol," ujar Pengelola Pusat Pusat Data Informasi BPBD Kabupaten Bogor, Endang Kusdiyarti.

Namun demikian, untuk kekeringan tahun ini belum separah tahun 2019 lalu. Pada periode Juni-Agustus tahun 2019 tercatat ada 22 kecamatan yang mengalami kekeringan akibat musim kemarau.

"Untuk tahun ini diperiode yang sama tercatat hanya 10 kecamatan," kata dia.

Akan tetapi, jika puncak kemarau diprediksi akan terjadi sekitar akhir bulan September maka tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan sejumlah wilayah lainnya ikut mengalami kekeringan dan krisis air bersih.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.