Sukses

Menristek Bambang: Tidak Boleh Ada Eegoisme Keilmuan

Menteri Bambang menambahkan, semua disiplin ilmu harus saling mengisi untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro menekankan perlunya menghilangkan egoisme keilmuan di tengah para ilmuwan. Hal itu guna menciptakan berbagai hasil riset dan inovasi yang menjawab beragam tantangan kekinian.

“Tidak boleh ada namanya egoisme keilmuan. Semua ilmu menurut saya harus diupayakan untuk bisa saling mengerti ilmu lainnya,” pesan Menristek Bambang dalam sambutan pada acara Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jumat (28/8/2020)

Menteri Bambang menambahkan, semua disiplin ilmu harus saling mengisi untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa. Kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak khususnya peneliti ataupun Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) di bawah keluarga besar Kemenristek/BRIN harus menjadi semakin kuat.

"Saya harapkan di situasi pandemi ini sinergi kolaborasi antarlembaga semakin kuat, tidak boleh ada hambatan yang membuat egoisme bidang ilmu apalagi egoisme institusi muncul. Saat ini adalah waktu yang terbaik untuk menunjukkan bahwa semua ilmuwan, semua orang yang mempunyai kemampuan untuk bekerja bersama," tambah Menristek Bambang.

Sebagai informasi acara Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX merupakan tradisi keilmuan yang menjadi puncak rangkaian acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-53 LIPI. Pada kesempatan tersebut diberikan kehormatan kepada Prof. dr. Herawati Supolo-Sudoyo, Ph.D., dari Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman untuk memberikan orasi ilmiah.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belajar dari Flu Spanyol

Dalam orasi berjudul “Peran Riset COVID-19 untuk Indonesia Maju” Herawati menyampaikan bahwa untuk memahami pandemi baru Covid-19, harus belajar dari kejadian yang sama yang pernah terjadi sebelumnya, yaitu pandemi influenza pada 1918.

“Kita harus mencari tahu, memahami, dan menganalisis. Itu akan memperkuat pendalaman kita mengenai situasi saat ini dan cara penanganannya,” ujar Herawati

Herawati Supolo-Sudoyo pada saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala bidang Penelitian Fundamental LBM Eijkman dan juga merupakan Ketua Komisi Ilmu Kedokteran dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.