Sukses

Gemar Membatik, Nyeninya Jubir Covid-19 Achmad Yurianto

Usut punya usut, ternyata kemeja ataupun masker batik yang dikenakan Jubir Covid-19 Achmad Yurianto terkadang ada yang memang hasil karya sendiri.

Liputan6.com, Jakarta Menyampaikan update terkini perkembangan kasus virus Corona di Tanah Air. Itulah yang selalu dilakukan Achmad Yurianto, Juru Bicara Pemerintah untuk Percepatan Penanganan Covid-19. 

Dan pada Kamis, 18 Juni 2020 kemarin, adalah tepat 110 hari dirinya menjadi jubir. Di sela kesibukannya, pria kelahiran Malang, 11 Maret 1962 itu sempat berbagi cerita kepada Antara terkait sejumlah hobinya. 

Satu yang menarik dari hobi pria yang kerap disapa Yuri ini yaitu membatik. Seperti diketahui, setiap tampil di layar kaca memberikan info terkini terkait perkembangan Covid-19, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan itu hampir tidak pernah absen mengenakan batik.

Masker yang digunakan pun bermotif batik. Menurut Yuri, batik yang berstatus Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Tak Benda oleh UNESCO itu mudah dibeli, dan harganya relatif murah. 

"Saya tidak mau berpikir rumit, yang penting saya tampil dengan sopan dan bisa diterima. Saya berpikirnya yang paling gampang itu batik. Seminggu dipakai lagi kan juga pada nnggak tahu. Kelihatannya saja berbeda padahal yang minggu lalu dipakai," kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.

Usut punya usut, ternyata kemeja ataupun masker batik yang dikenakan suami dari Dwi Retno Yuliarti itu terkadang ada yang memang hasil karya sendiri.

Yuri mengaku terkadang dia sendiri yang membuat sketsanya, mendesain modelnya hingga membatiknya sendiri. Termasuk masker-masker batik yang didesain dan dibuatnya sendiri maupun karya sang istri.

Perlu diketahui, Jubir Covid-19 ini juga ternyata penggemar kucing. Kepada Antara, dia memperlihatkan lima kucing peliharaannya yang mengenakan batik hasil rancangannya bak foto model.

"Enggak lah, saya tidak punya bisnis di bidang batik. Cuma saya akhir-akhir ini mencoba membatik sendiri. Mulai dari konsep, sketsanya, canting mewarnainya, tapi tidak dalam skala besar. Bikinnya di rumah," kata penerima penghargaan Public Relation of The Year dalam acara Indonesia Corporate Branding PR Award 2020 tersebut.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Nyeni yang Paling Gampang Itu Membatik

Menurut Yuri, nyeni yang paling mudah itu adalah membatik. Kalau dulu membatik menggunakan kompor kayu, sekarang bisa memakai kompor listrik untuk mencairkan lilinnya.

"Nyeni yang paling gampang itu batik. Batik itu kan enggak pernah jelek. Dari pada tenun kan lebih sulit," kata Yuri saat ditanya alasan mengapa memilih batik.

Bagi Yuri, membatik menjadi alat manajemen stres. Sambil duduk di depan televisi sepulang kerja, entah menyimak berita atau mengikuti acara lainnya, dia terkadang menyempatkan membatik sampai rasa kantuk tiba.

Selain membatik yang kini menjadi hobi barunya, fotografi juga salah satu hobi yang telah ditekuni Yuri sejak lama saat di bangku kuliah. 

"Ketika itu masih menggunakan kamera analog," kata Yuri yang pernah menjadi Komandan Resimen Mahasiswa Universitas Airlangga itu.

Sebelum akhirnya bertugas di Kementerian Kesehatan, Yuri menuturkan dirinya pernah menjadi dokter militer dan sempat ditugaskan di 10 provinsi dan 14 kota di Indonesia selama 29 tahun. 

Dia pun sempat menjadi dokter Batalyon Infanteri 745/Sampada Yudha Bakti Dili, Timor Timur pada 1991.

Sempat pula menjadi Wakil Kepala Rumah Sakit tingkat II Dustira Kesdam III/Siliwangi di 2006. Nama rumah sakit militer yang dibangun pada 1887 itu lah yang kini menjadi nama salah satu kucing kesayangannya, sekaligus nama galeri seni yang didirikan istrinya, Dusty Handmade Craft.

Yuri menjadi dokter militer setelah lulus kuliah di 1986. Dirinya bersyukur atas tantangan dan peluang yang diberikan padanya selama 29 tahun memegang amanah sebagai dokter militer.

"Artinya saya ada di banyak tempat. Kemudian saya lebih banyak di lapangan sehingga seperti saat terakhir, saya pada level harus mengatur kegiatan di lapangan, khususnya karena terkait tugas TNI. Lalu diperintahkan Panglima TNI saat itu untuk bergabung dengan Kementerian Kesehatan," ujar Yuri.

Dia mengaku tidak merasa canggung, karena saat menjadi tentara pekerjaannya juga merespons bencana.

Sama halnya ketika Presiden Joko Widodo pada 3 Maret 2020 menunjuknya menjadi juru bicara pemerintah penanganan COVID-19. Amanah yang menjadi sebuah kehormatan baginya.

Bagi Yuri, pilihan hidup itu hanya ada dua, yakni indah dan indah sekali. Dirinya meyakini, esok pun akan lebih baik dibanding hari sebelumnya, dan itu pun berlaku untuk kondisi Indonesia saat ini. 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.