Sukses

Persiapan Masjid Jakarta Sambut Era Kenormalan Baru

Dia tidak bisa memastikan apakah seluruh masjid di Jakarta serentak melakukan tatanan normal baru atau tidak.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Masjid Indonesia DKI Jakarta, Makmun Al Ayubbi mengatakan kesiapannya melaksanakan kehidupan kenormal baru atau new normal terhadap masjid di Jakarta, jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak diperpanjang. Selama menunggu keputusan, Makmun menyebut seluruh masjid di Jakarta telah bersiap menyediakan fasilitas sanitasi untuk menekan penularan Covid-19.

"Insya Allah kami sedang menyiapkan apabila memang tanggal 4 Juni PSBB tidak diperpanjang. Lalu masjid boleh dibuka kembali maka ada beberapa catatan yang harus dipenuhi oleh masjid," ujar Makmun, Senin (1/6/2020).

Ia menuturkan hampir seluruh gerbang masuk atau pintu masuk masjid di Jakarta telah menyediakan sabun cuci tangan sebelum para jamaah memasuki wilayah masjid. Untuk penyekatan, beberapa masjid masih melakukan persiapan.

Hanya saja, dia tidak bisa memastikan apakah seluruh masjid di Jakarta serentak melakukan tatanan new normal. Sebab di Jakarta masih terdapat kelurahan tertinggi kasus positif Covid-19.

Dikutip dari situs corona.jakarta.go.id kelurahan tertinggi dengan kasus positif Covid-19 terbanyak adalah Sunter Agung dengan total 151 kasus. Disusul Kelurahan Pademangan Barat 141 kasus, dan 133 kasus di Pademangan Barat.

"Kalau hal yang seperti itu kami kembalikan kepada kebijakan aparat setempat seperti wali kota, camat, dan lurah karena mereka yang punya kewenangan. Kalau DMI cuma ikut aturan PSBB," ujarnya.

"Dan juga kami belum bisa membuat edarannya karena masih nunggu keputusan Gubernur terkait PSBB," imbuh Makmun.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

2 Aspel Penerapan New Normal

Sebelumnya, juru bicara penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menyebut dua aspek utama menjadi penilaian penerapan kehidupan normal baru. Aspek tersebut adalah epidemiologi dan penggunaan tempat tidur ICU.

Pada aspek pertama, epidemiologi, Yuri menuturkan daerah yang berhasil menurunkan jumlah kasus minimal 50 persen selama tiga minggu berturut-turut, bisa dipertimbangkan menerapkan kehidupan normal baru.

"Positif ratenya rata-rata menurun dari 5 persen dari kasus yang kita periksa, di samping juga dari aspek menurunnya (persentase) kematian," ucap Yuri, Minggu (31/5).

Aspek kedua, penggunaan tempat tidur bagi pasien yang mendapat perawatan di ICU akibat infeksi virus Corona. Aspek ini menjadi bahan penilaian sebagai deskripsi tingkat fatalitas infeksi virus kepada pasien.

Yuri menambahkan, kendati dua aspek terpenuhi oleh satu daerah, penerapan kehidupan normal baru tidak dilakukan otomatis. Perlu ada sosialisasi dari pihak terkait, tokoh-tokoh masyarakat, simulasi, dan pemahaman masyarakat atas kehidupan normal baru.

"Sebagai contoh disepakati (sosialisasi kehidupan normal baru) di pasar, maka harus ada simulasi pasar yang memenuhi persyaratan protokol-protokol. Oleh karena itu semua sama-sama bergerak, tergantung epidemiologi daerah tersebut," kata Yuri.

Reporter: Yunita Amalia

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.