Sukses

Bupati Bogor Usul Seleksi Calon Penumpang KRL Berdasar Sektor Usaha Kantornya

Sebelumnya, 3 dari 325 penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) yang menjalani tes swab PCR di Stasiun Bogor terindikasi positif terpapar virus Corona.

Liputan6.com, Jakarta - Tiga dari 325 penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) yang menjalani tes swab PCR di Stasiun Bogor terindikasi positif terpapar virus Corona.

Bupati Bogor Ade Yasin pun mengusulkan agar PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memperketat lagi syarat untuk setiap calon penumpang KRL Bogor-Jakarta.

Setiap calon penumpang yang akan pergi dengan menggunakan KRL Bogor-Jakarta maupun sebaliknya harus menunjukkan kartu identitas tempat mereka bekerja.

"Kalaupun pemerintah tetap memutuskan KRL beroperasi, tentunya pembatasan penumpang harus diperketat dengan menunjukan kartu identitas tempatnya bekerja," kata Ade Yasin, Senin (4/5/2020).

Setiap penumpang KRL yang diketahui bekerja di delapan sektor usaha yang dikecualikan pemerintah, penumpang tersebut dapat melanjutkan perjalanannya. Begitu pula sebaliknya, jika tidak bisa menunjukkan kartu bekerja dan sektor usaha perusahaannya.

"Penumpangnya harus diseleksi. Jadi ketahuan mana penumpang yang bekerja di luar delapan sektor yang dikecualikan dan mana yang bukan. Kalau bukan, perjalanannya ditolak saja," kata Ade Yasin.

Sebelumnya, Ade Yasin sempat menyebut bahwa KRL transportasi massal paling rentan terhadap penyebaran Corona antarwilayah se-Jabodetabek.

Rata-rata pasien positif terinfeksi Corona asal Kabupaten Bogor diduga tertular di KRL. Berdasarkan catatan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Bogor, kasus paling banyak terinfeksi Covid-19 yaitu di Kecamatan Cibinong dan Bojonggede. Dua wilayah itu bekerja di Jakarta dan setiap hari menggunakan KRL.

"Dari data yang saya terima, rata-rata (penularan) dari penumpang kereta. Kasus positif pertama yang di Bojonggede itu dari kereta," kata Ade Yasin.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengaku sudah meminta PT KCI dan PT KAI Dalops 1 Jakarta untuk lebih konsisten menerapkan protokoler Covid-19 di setiap stasiun maupun dalam gerbong KRL.

"Direspon oleh PT KCI untuk tidak memberangkatkan KRL bila penumpang tidak sesuai protocol Covid-19," kata dia.

Dedie berharap semua pemangku kepentingan untuk melakukan evaluasi dan perbaikan sistem agar risiko penyebaran virus Corona bisa benar-benar ditekan.

"Apapun itu caranya, supaya penerapan PSBB yang sudah banyak memakan banyak anggaran dan tenaga ini tidak percuma," ujar Dedie.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Asrama untuk Karyawan

Untuk mencegah penyebaran Covid-19, Dedie juga berharap pihak perusahaan untuk menyediakan asrama bagi setiap karyawannya.

"Harusnya perusahaan menyiapkan asrama sementara di area kerja masing-masing," ucapnya.

Usai temuan tiga penumpang KRL Commuter Line yang positif terinfeksi virus Corona saat uji swab PCR di Stasiun Bogor pada 27 April 2020 lalu, PT KCI memperketat aturan pakai transportasi tersebut.

Salah satunya tidak akan memberangkatkan KRL sebelum memastikan terlaksananya protokol kesehatan Covid-19.

VP Corporate Communications PT KCI, Anne Purba menyampaikan, pihaknya berupaya mengantisipasi kepadatan KRL pada jam berangkat dan pulang kerja.

Pada jam pulang kerja terutama menjelang jam tutup operasional pengawasan lebih diperketat.

"Sebagaimana yang dilakukan pada stasiun-stasiun keberangkatan di pagi hari, pintu stasiun juga ditutup tepat pada pukul 18.00 WIB sesuai aturan PSBB untuk mencegah kepadatan pada jadwal kereta terakhir," tutur Anne.

Untuk meningkatkan kedisiplinan, mulai Senin 4 Mei 2020 ini, kereta akan menunda keberangkatan sebelum penumpang KRL turut bekerja sama menerapkan physical distancing.

"Bila masih terdapat kereta yang melebihi kapasitas, ditandai dengan pengguna duduk mau pun berdiri tidak sesuai marka yang ada, maka kereta tidak akan diberangkatkan kembali hingga para pengguna mengikuti aturan kapasitas maksimum sejumlah 60 orang per kereta," jelas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.