Sukses

Kisah Pilu Warga Bantargebang Menanti Uang Bau di Tengah Wabah Corona Covid-19

Wabah virus Corona Covid-19 memberi dampak memprihatinkan bagi perekonomian masyarakat, khususnya kalangan bawah.

Liputan6.com, Jakarta - Wabah virus Corona Covid-19 memberi dampak memprihatinkan bagi perekonomian masyarakat, khususnya kalangan bawah. Sudah tak terhitung banyaknya kerugian materil yang diderita masyarakat akibat terhalangnya mata pencaharian yang membuat penghasilan menurun drastis.

Sejak diberlakukannya imbauan di rumah saja, ditambah aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), banyak dari masyarakat yang kehilangan pendapatan. Kondisi ini lebih menyulitkan kaum marjinal, yang bahkan sebelum adanya wabah Covid-19, hidup mereka terbilang pas-pasan.

Saman misalnya, warga Kampung Sumur Batu, Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, yang membuka warung kecil-kecilan di depan rumahnya. Pria 65 tahun itu mengaku pendapatannya semakin menurun seiring meningkatnya penyebaran wabah Covid-19.

"Penghasilan menurun sekali. Pas wabah Corona warung sepi, tidak seperti biasa," kata Saman saat berbincang dengan liputan6.com, Rabu (8/4/2020).

Di tengah ekonomi yang semakin terpuruk, beban Saman semakin bertambah lantaran masih ada 4 orang anggota keluarga yang harus ia nafkahi.

"Semua ada 4. Ada 2 orang di sini (Sumur Batu), di Cikiwul ada 2 orang," ujarnya.

Untuk saat ini Saman mengaku hanya mengandalkan dana kompensasi uang bau yang rutin diberikan kepada warga terdampak TPST Bantargebang. Dana kompensasi sebesar Rp 900 ribu itu biasa diterimanya per triwulan.

Namun kesabaran Saman rupanya masih harus diuji, lantaran kompensasi uang bau di triwulan pertama tahun 2020 yang tak kunjung cair. Kenyataan pahit ini membuat pria tua itu semakin tak berdaya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

"Ya mau gimana, kita seadanya aja. Kompensasi yang diharapkan juga belum turun. Yang biasanya tidak lama, jadi lama. Dagang sepi, kompensasi juga belum dapat," keluhnya.

Saman berharap pemerintah daerah bisa secepatnya mencairkan kompensasi uang bau, terlebih di masa-masa wabah Covid-19 yang menyulitkan mata pencahariannya.

"Biar kompensasi lekas turun. Kalau hanya dagang saja, kalau sepi, ya dagangan sendiri kita makan aja," ucapnya.

Ketua RW 01 Sumur Batu, Bantargebang, Kiman Sumarwan, mengatakan kompensasi uang bau sudah seharusnya cair pada bulan Maret lalu. Namun sampai bulan April ini, warga belum juga menerima bantuan dana tersebut.

"Sebenarnya baru triwulan pertama yang belum cair. Karena harusnya bulan Maret ini sudah cair. Totalnya 18.000 KK di 3 kelurahan, Sumur Batu, Cikiwul dan Ciketing Udik. Untuk RW 01 Sumur Batu ada sekitar 1.200 KK," kata Kiman.

Menurutnya, masalah keterlambatan pencairan sudah lumrah terjadi. Namun keterlambatan kali ini dirasa lebih lama dibandingkan sebelum-sebelumnya. Ia pun meminta pemerintah daerah untuk tidak mengabaikan pencairan uang bau meski tengah memerangi pandemi Covid-19.

"Kita sih mengingatkan aja jangan sampai dengan adanya wabah ini menjadi salah satu alasan dari pihak pemerintah untuk (lamban) mencairkan dana kompensasi. Karena itu memang sudah ditunggu oleh keluarga di 3 kelurahan ini," tegasnya.

Kiman sendiri menyaksikan dengan seksama bagaimana dampak yang dihasilkan wabah Covid-19 terhadap keberlangsungan hidup warganya. Terlebih wilayah tersebut banyak ditinggali para pemulung yang sehari-hari mengandalkan hasil pungutan sampah.

"Pemulung ini sudah total tidak bisa menjual pungutan, karena lapak-lapak sudah tutup dan memang sudah tidak membeli lagi hasil dari pemulung itu. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saat ini mungkin dengan apa adanya. Itupun sudah sangat memprihatinkan sekali," paparnya.

Karena itu ia sangat berharap kompensasi uang bau bisa secepatnya dicairkan untuk warga, demi menyambung hidup di tengah pandemi Corona Covid-19 yang entah kapan akan berakhir.

"Dampaknya Corona ini sudah luar biasa sekali. Kalau itu cair kan bisa ada sedikit tambahan untuk warga," tutupnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Diminta Bersabar

Menanggapi hal tersebut, Seketaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkot Bekasi, Kustantina, mengatakan saat ini pihaknya tengah berkoodinasi dengan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) untuk mengupayakan pencairan uang bau.

"DLH sudah selesai SPJ. Dan kami membuat nota dinas ke TAPD untuk proses pencairan. Mungkin dana transfer dari DKI belum masuk. Kami juga buat nota dinas jika bisa ada dana talangan. Nunggu disposisi pak Wali," katanya dihubungi.

Menurutnya, untuk pencairan uang bau di Kelurahan Sumur Batu, akan disamakan dengan dua kelurahan lainnya, yakni Ciketing Udik dan Cikiwul.

"Masing-masing kelurahan sesuai usulan dan verifikasi dari kelurahan dan kecamatan," ujarnya.

Kustantina juga memastikan keterlambatan pencairan uang bau tidak ada kaitannya dengan wabah Covid-19 yang sedang ditangani Pemkot Bekasi. Ia pun meminta warga penerima kompensasi untuk bersabar, karena masih terus diupayakan untuk pencairan.

"Untuk DLH kami berusaha mempercepat untuk BLT. Sumbernya dari dana bantuan DKI. Kita nunggu DKI saja. Kalau masalah Covid-19 ada gugus tugas yang menangani langsung," tandasnya.

Sekedar diketahui, terdapat 11 RW di Kelurahan Sumur Batu dengan total kurang lebih 5.000 KK. Ada sekitar 18.000 KK dari 3 kelurahan, Sumur Batu, Ciketing Udik dan Cikiwul yang mendapatkan Kompensasi Bantuan Tunai Langsung (BLT) dari TPST Bantargebang.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.