Sukses

Waspada Corona Covid-19, Ganjar Tegaskan Perantau-Pemudik Jangan Masuk Jateng

Ganjar meminta masyarakat belajar dari kasus temuan pertama Jawa Tengah di Kota Solo. Pasien positif corona Covid-19 itu mengikuti seminar di Bogor dan tertular virus di sana.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta para perantau tidak dulu pulang ke kampung halaman di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 yang semakin mengkhawatirkan. Termasuk juga untuk masyarakat luar daerah agar tidak mudik.

"Jika panjenengan nekat pulang, saya tegaskan sama saja anda membahayakan anak, istri, atau suami, serta mengancam seluruh hidup orang yang kami sayangi, yang kita sayangi, termasuk orang tua panjenengan yang sudah sepuh," tutur Ganjar dalam video yang diunggah di akun Instagramnya @ganjar_pranowo, Sabtu (28/3/2020).

Ganjar mengingatkan peran serta terbaik masyarakat yang dilakukan dalam memerangi corona Covid-19 saat ini adalah memutus peryebaran virus dari kota ke desa. Khususnya Jakarta yang telah ditetapkan sebagai zona merah.

"Kita tidak tahu siapa yang sudah terpapar. Mungkin saya, anda, teman, atau keluarga kita. Artinya bapak ibu mungkin saja sudah tertular, sudah positif corona, tapi tidak mengetahuinya. Sebab sebagian penderita memang tidak merasakan gejala," jelas dia.

Ganjar meminta masyarakat belajar dari kasus temuan pertama Jawa Tengah di Kota Solo. Pasien positif Covid-19 itu mengikuti seminar di Bogor dan tertular virus di sana. Pada akhirnya dia tutup usia dengan meninggalkan istri dan teman-temannya yang tertular Covid-19.

Kemudian di Purbalingga, ada empat pasien positif Covid-19 dan semuanya merupakan warga yang baru pulang dari Jakarta.

"Jika anda sudah mengidap corona lalu anda nekat pulang, anda bisa menulari teman seperjalanan di bus, di kereta, atau pun angkutan lainnya. Orang-orang yang ada di jalan juga bisa tertular, keluarga juga bisa tertular, bahkan satu desa bisa kena semuanya. Pasien positif corona pertama yang dirawat di Solo bisa jadi peringatan buat kita semua," Ganjar menandaskan

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

MUI Minta Masyarakat Utamakan Keselamatan Ketimbang Mudik

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat muslim untuk memprioritaskan terlebih dahulu keselamatan nyawa dan masyarakat ketimbang mudik ke kampung halaman. Sebab saat ini Indonesia tengah dilanda wabah Corona atau Covid-19.

"Di sini penting bagi kita semua memiliki kesadaran kolektif untuk memrioritaskan keselamatan jiwa, baik diri kita maupun orang lain ketimbang aktivitas-aktivitas lain yang bukan prioritas. Saya kira itu kuncinya," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh kepada Antara di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (28/3/2020).

Dia mengatakan bahwa dalam konteks perlindungan jiwa, yang seharusnya wajib dilaksanakan saja akhirnya memperoleh dispensasi untuk dilakukan penyesuaian. Terlebih lagi untuk hal-hal yang tidak terkait dengan kebutuhan dan juga kewajiban.

"Pada prinsipnya perlindungan jiwa harus diutamakan dan juga didahulukan daripada memperoleh upaya untuk kesempurnaan ibadah," katanya usai konferensi pers.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

3 dari 4 halaman

Menag: Kalau Sayang Orangtua di Kampung, Jangan Mudik

Menteri Agama Fachrul Razi mengimbau agar masyarakat tidak mudik di tengah wabah Corona ini. Dia mengatakan, mudik sama saja dengan membawa penyakit untuk keluarga di kampung halaman.

"Kalau kita mudik ke kampung, kita sama saja dengan membawa penyakit untuk ibu bapak dan saudara-saudara kita yang ada di sana," ujar Menteri Agama dalam sebuah video, Jakarta, Sabtu (28/3/2020).

Menurut dia, mudik di tengah wabah Corona justru akan memberikan mudarat. Apalagi jika orang yang mudik berasal dari daerah dengan sebaran Covid-19 yang banyak.

"Oleh karena itu, saya kembangkan sebuah tagline. Kalau sayang orangtua, sayang saudara di kampung, jangan mudik," kata Menteri Agama.

Dia mengatakan, seluruh agama bukan hanya mengajarkan iman dan takwa, tapi juga cara menggunakan akal sehat. Terutama di tengah wabah Corona.

"Akal sehatnya begini, kita berada di sebuah kota katakanlah Jakarta yang sudah banyak terpapar oleh Covid-19. Mungkin kita tidak kena karena punya kekebalan tubuh lebih baik atau kondisi badan kita lagi sehat. Tapi kalau kita pulang mudik ke kampung, maka benih-benih virus yang ada di kita. Kita bawa ke kampung. Di kampung menularkan ke mungkin ibu kita, ayah kita, saudara kita," tutur Menteri Agama.

4 dari 4 halaman

Pemerintah Siapkan Aturan Larangan Mudik Lebaran

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengatur rincian larangan mudik dan piknik lebaran tahun 2020, baik dalam maupun ke luar negeri. Hal ini dimaksudkan agar membatasi Virus Corona atau Covid-19.

"Menurut UUD orang pulang dan pergi itu adalah hak konstitusional oleh sebab itu tidak bisa sembarang dilarang. Tetapi di dalam hukum itu ada dalil keselamatan rakyat lah yang menjadi hukum tertinggi sehingga pemerintah sekarang sedang menyiapkan juga satu rencana kebijakan agar tidak mudik dulu," katanya di Jakarta, Jumat (27/3/2020).

Mahfud mengatakan, kondisi tahun ini jauh berbeda dibandingkan 2019. Oleh sebab itu, pemerintah akan mengatur pergerakan masyarakat dengan baik supaya kesehatan dan keselamatan terjaga dari virus Corona.

"Kali ini situasi bencana sehingga sedang dipertimbangan juga satu kebijakan untuk larangan mudik menjelang lebaran, piknik dan berkumpul misalnya untuk pembagian zakat. Kalau ada anggaran untuk itu mudik bareng diberikan untuk benda yang berkualitas dan bisa dimanfaatkan," katanya.

Mengenai masyarakat yang telah kembali ke kampung halaman masing-masing sebelum adanya ketentuan, Mahfud menegaskan, pemerintah akan meminta seluruhnya dikarantina.

"Tentu pemerintah mengambil langkah-langkah lokal misalnya ada pengkarantinaan dulu kalau luar negeri atau di mana apakah pantas menjadi ODP atau tidak itu nanti akan terus dilakukan," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.