Sukses

Top 3 News: Alasan Jokowi Indonesia Tidak Perlu Lockdown

Top 3 News, Jokowi menilai menjaga jarak antarmanusia adalah kebijakan yang paling pas di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Top 3 news hari ini, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkap alasan Indonesia tidak memberlakukan opsi lockdown atau karantina seperti negara lain dalam mengantisipasi penyebaran virus Corona atau Covid-19. 

Budaya serta kedisplinan setiap negara yang berbeda menjadi salah satu alasan Jokowi tidak menerapkan lockdown.

Kebijakan menjaga jarak satu sama lain dengan melakukan aktivitas seperti belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah, menurut Jokowi adalah yang hal paling tepat untuk Indonesia saat ini. 

Bertambahnya jumlah pasien positif Covid-19 di Tanah Air juga banyak disorot pembaca Liputan6.com. Hingga Selasa, 24 Maret 2020, ada penambahan 107 kasus baru pasien yang terdeteksi positif Corona. Jadi total 686 kasus positif. Hal ini diungkap Juru Bicara Pemerintah Achmad Yurianto di Kantor BNPB.

Jumlah pasien yang meninggal dunia juga terjadi penambahan. Dari 49 orang sehari sebelumnya menjadi 55 orang. Sementara, untuk jumlah pasien yang telah sembuh, belum ada penambahan. 

Upaya pemerintah menekan jumlah orang yang terpapar Covid-19 dengan melakukan rapid test juga tak kalah menyita perhatian.

Belum lama ini Pendiri dan Ekonom Indef Didik J Rachbin mengomentari rencana anggota dewan dan keluarganya yang akan mengikuti rapid test virus Corona.

Berikut deretan berita terpopuler di kanal News Liputan6.com, sepanjang Selasa, 24 Maret 2020:

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Jokowi Ungkap Alasan Indonesia Tidak Lockdown di Hadapan 34 Gubernur

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan alasan melarang melakukan lockdown atau karantina wilayah dalam mencegah penyebaran virus Corona (Covid-19). Menurut dia, setiap negara memiliki karakter dan budaya yang berbeda-beda.

Dia mengaku telah melakukan kalkulasi dan analisis yang matang terhadap negara-negara yang melakukan kebijakan lockdown. Hasilnya, Jokowi menilai menjaga jarak antarmanusia adalah kebijakan yang paling pas di Indonesia.

"Kebijakannya seperti apa semua dari Kemenlu dari Dubes yang ada terus kita pantau setiap hari. Jadi yang paling pas di negara kita physical distancing, menjaga jarak aman," jelas dia.

Sebelumnya, Jokowi menegaskan, kebijakan lockdown merupakan wewenang dari pemerintah pusat. Kebijakan tersebut tidak boleh diambil oleh pemerintah daerah.

 

Selengkapnya...

3 dari 4 halaman

2. Jumlah Pasien Covid-19 Terus Bertambah, Ini Persiapan Pemerintah

Juru bicara pemerintah untuk virus Corona Covid-19, Achmad Yurianto menyampaikan bertambahnya jumlah pasien positif Corona.

Hingga Senin, 23 Maret 2020 siang, total orang yang terinfeksi virus Corona menjadi 579 orang. Data tersebut merupakan akumulasi perhitungan hingga Senin siang.

"Ada penambahan kasus baru sebanyak 65 orang, sehingga total 579 orang," ungkap Yuri.

Sementara, jumlah pasien yang meninggal terhitung mulai Minggu, 22 Maret 2020 pukul 12.00 hingga 23 Maret pukul 12.00 WIB, total ada 49 pasien meninggal.

Yurianto menambahkan, data pasien meninggal tersebut tersebar dari sejumlah daerah yang sebelumnya telah dinyatakan terdapat warganya yang dinyatakan positif Covid-19

 

Selengkapnya...

4 dari 4 halaman

3. Pengamat: Tes Cepat Corona Anggota DPR dan Keluarga Lukai Hati Rakyat di Tengah Kondisi Kritis

Pendiri dan Ekonom Indef Didik J Rachbini menilai, DPR tengah mempertontonkan etika dan moral yang sangat rendah dan tak pantas. Hal tersebut menanggapi rencana anggota dewan dan keluarga akan mengikuti rapid test virus corona.

"Dalam keadaan rakyat panik dan kesusahan, yang luar biasa, pimpinan dan anggota DPR dan keluarganya mempertontonkan standar etika dan moral yang sangat rendah dan sangat tidak pantas," ujarnya dalam keterangannya, Selasa (24/3/2020).

Menurut Didik, komunikasi publik yang buruk telah menyakiti hati rakyat di tengah pandemi corona. Dia menyarankan DPR sebaiknya diam dan tidak mempertontonkan kepada publik.

Lebih baik, kata Didik, DPR merekrut humas profesional dibanding mempekerjakan pegawai sekretariat yang tak bermutu.

 

Selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.