Sukses

Politikus Gerindra: Jokowi Harus Hati-Hati Ambil Kebijakan Lockdown

Kamrussamad juga mengingatkan dampak gejolak sosial jika kebijakan lockdown diterapkan.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia telah positif menjadi negara yang terkena Pandemi COVID-19. Berdasarkan data sampai hari Selasa (17/2/2020) pemerintah telah mengumumkan 172 kasus positif corona di Indonesia. Pro dan kontra terjadi di masyarakat tentang kebijakan lockdown.

Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad mengingatkan Presiden Jokowi sebelum mengambil keputusan lockdown dan tentunya kebijakan itu akan mempengaruhi perilaku masyarakat Indonesia, terutama di Jakarta.

"Sejumlah wacana terus berkembang, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengusulkan pemerintah untuk segera lockdown. Pak Jokowi harus hati-hati mengambil kebijakan lockdown di Jakarta. Karena Itu bisa saja menjadi jebakan betmen sejumlah orang tanpa memperhitungkan secara mendalam dampaknya. Misalnya ribuan buruh harian yang bekerja di pelabuhan, terminal, pasar, bandara, mereka kerja hari ini untuk biaya hidup makan dan minum hari ini dan maksimal besok," ujar Kamrussamad selaku Anggota DPR RI Dapil DKI Jakarta 3 (Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu), Kamis (18/3/2020).

Kebijakan lockdown dinilai Kamrussamad akan membuat kelaparan masyarakat di daerah pemilihannya. "Jika mereka dilarang kerja selama 15 hari maka bisa dipastikan hari ketiga mereka sudah hutang di warung untuk kebutuhan makan. Dan jika warung tidak sanggup lagi maka mereka akan kelaparan," tegas Kamrussamad yang juga politikus Partai Gerindra tersebut.

Kamrussamad juga mengingatkan dampak gejolak sosial jika kebijakan lockdown diterapkan. "Ingat potensi gejolak sosial bisa muncul, karena bagi rakyat kecil mati kelaparan adalah hal konyol di negeri yang kaya ini. Jika meninggal karena sakit mungkin mereka bisa menerima karena takdir. Tapi kelaparan dan kemudian mati karena lockdown, rakyat tidak akan bisa terima," ucap Kamrussamad.

Ia turut menjelaskan alasan pemerintah perlu mempertimbangkan menolak atau melaksanakan lockdown. Dimana saat ini dinilai Kamrussamad Pemerintah DKI Jakarta tidak memiliki standart operation prosedure (SOP) dalam mendistribusi kebutuhan makan dan minum dengan sistem door to door sebanyak 3 kali setiap hari.

"Jika Selama 14 hari atau 2 minggu masa lockdown. Apakah Gubernur DKI Jakarta sanggup melayani 230 ribu penduduk di kelurahan Kapuk Kecamatan Cengkareng. Apa sanggup melayani 85 ribuan warga di Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cilincing? Dan apa sanggup melayani penduduk 50 ribuan Kelurahan Tanjung Priok yang mayoritas pekerja harian dan pelaku sektor informal," jelas Kamrussamad.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dominan Sektor Informal

Dia mengkritisi kebijakan Anies terkait pembatasan MRT dan LRT serta Trans Jakarta. Hal ini dinilainya membuat penyebaran corona kian riskan karena penumpukan manusia di stasiun dan terminal.

Ia menjelaskan bahwa kondisi warga DKI Jakarta masih dominan di sektor informal, apalagi warga Jakarta yang bekerja di sektor informal sangat besar.

"Kami melihat Warga DKI bekerja sektor informal jauh lebih besar, PDB Nasional dikontribusikan 27,7 persen dari DKI Jakarta. Dimana perputaran uang secara nasional masih di atas 60 persen berada di DKI Jakarta. Jika Jakarta lockdown pengaruhnya secara otomatis seluruh nusantara," imbuhnya.

Kamrussamad tegaskan lockdown di Jakarta sama dengan harakiri Presiden Jokowi. Ia pun ingatkan Presiden Jokowi bahwa banyak pihak sedang mendayun menuju pulau impian di tengah Keringnya air danau di atas penderitaan rakyat akibat corona.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.