Sukses

Bapeten Pastikan Air dan Tanah di Batan Indah Tangsel Tak Terkontaminasi Radioaktif

Bapeten dan Batan akan melakukan pengecekan whole body counting (WBC) terhadap sampel 9 warga setempat terkait paparan radioaktif.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) memastikan, air dan tanah di sekitar wilayah terpapar radiasi di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, tidak terkontaminasi radioaktif.

"Terkait dengan air tanah, sudah dilakukan pengukuran dan dipastikan air tanah di sekitar wilayah terpapar radiasi dalam kondisi tidak terkontaminasi," ujar Sekretaris Utama Bapeten, Hendiyanto seperti dikutip dari Antara, Minggu (16/2/2020).

Hendiyanto menambahkan, pihaknya sudah bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan akan mempercepat proses pembersihan. Proses pembersihan paparan radioaktif di perumahan itu juga telah dilakukan pada Sabtu 15 Februari 2020 kemarin.

"Kami menemukan lima titik yang radiasi di atas ambang. Sumber tersebut saat ini sudah ditemukan dan sedang diteliti di laboratorium Batan," katanya.

Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama Batan, Heru Umbara memastikan, bahwa zat radioaktif yang ditemukan Bapeten bukan berasal dari reaktor nuklir yang dimilikinya. Dia mengatakan, pihaknya akan melakukan whole body counting (WBC) terhadap sampel sembilan warga setempat.

"Hasil WBC ini diharapkan dapat diketahui setelah dua hari ke depan. Hasil dari WBC ini untuk mengetahui dampak radiasi," kata Heru.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Serpihan Radioaktif Diangkat

Sebelumnya, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) menyatakan, serpihan radioaktif Cesium 137 yang ditemukan di lima spot area tanah kosong samping lapangan voli blok J, Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan telah diangkat.

"Ada serpihan berbentuk butiran gula pasir dan gumpalan tanah," kata Kepala Bagian Komunikasi Publik Bapeten Abdul Qohhar Teguh kepada Antara di Jakarta, Sabtu (15/2/2020).

Abdul menuturkan, mayoritas serpihan radioaktif tersebut bercampur dengan tanah dan berbentuk gumpalan tanah.

Pada 30 Januari sampai 31 Januari 2020, dilakukan penandaan spot yang merupakan sumber kenaikan paparan radiasi. Lalu pada 6 Februari sampai 7 Februari 2020 dilakukan pencarian sumber paparan radiasi.

"Kita lakukan pencarian, metodenya ambil tanah kita pilah-pilah terus diukur sampai ketemu beberapa serpihan," tuturnya.

Setelah ditemukan, serpihan radioaktif yang sebagian besar bercampur dengan tanah dimasukkan ke dalam plastik dan diamankan ke dalam kontainer.

Serpihan radioaktif itu akan dititipkan ke Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) untuk proses investigasi lebih lanjut. Pada akhirnya, serpihan akan disimpan di fasilitas penyimpanan limbah di Batan.

"Setelah itu selesai proses identifikasi selesai itu nanti rencananya dilimbahkan," tuturnya.

Bapeten dan Batan telah mengeruk tanah yang terkontaminasi radioaktif hingga ketebalan 10 cm. Paparan radiasi di lokasi dipastikan sudah menurun meski masih di atas ambang batas normal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.