Sukses

Panglima TNI: Jangan Bangga dengan Keberhasilan Masa Lalu

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengingatkan pentingnya mengikuti kemajuan era modern. Di sela-sela itu, dia mengangkat lagu dari Scorpions berjudul Wind of Chance.

Liputan6.com, Jakarta - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengingatkan pentingnya mengikuti kemajuan era modern. Di sela-sela itu, dia mengangkat lagu dari "Scorpions berjudul Wind of Chance".

"Kita lihat peristiwa besar 1989 (akhir perang dingin). Dengan intro Wind of Change. Diulangi dari awal biar nyanyi bersama, karena ini bagian dari bentuk sinergitas," tutur Hadi di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (28/1/2020).

Hadi menyampaikan, Scorpions memberikan inspirasi lewat lagu tersebut dan mengajak untuk melakukan perubahan. Di Indonesia, penyanyi daerah pun sempat heboh dan membawa perubahan dan menjadi pemersatu generasi.

"Ada wer ewer ewer ambyar. Ini yang menginspirasi Didi Kempot menjadi sahabat ambyar," jelas dia.

Menurut Hadi Tjahjanto, dari masa ke masa sejak zaman peperangan di masa lalu, generasi perubahan selalu terbentuk. Mulai dari perang dunia pertama dan kedua, perang dingin hingga pascaperang dingin.

"Pada perang dingin lahirnya generasi X dan pascaperang dingin, lahir generasi milenial. Di Indonesia sendiri sudah terjadi peristiwa besar setelah perang perbedaan 98 melahirkan generasi baru dan memiliki ciri sendiri. Artinya perubahan akan terus berlanjut," ujarnya.

Hadi juga mengangkat bagaimana Roald Amundsen asal Norwegia melakulan perubahan saat melakukan ekspedisi ke Antartika. Berbeda dengan Robert Falcon Scott asal Inggris yang mempertahankan gaya terdahulu.

"Inggris kita ketahui bahwa Inggris memegang sesuatu yang konservatif, selalu menggunakan militer," kata Hadi.

Dalam perjalanan itu, lanjutnya, Amundsen melihat harusnya melakukan perubahan gaya penjelajahan dalam ekspedisi itu. Dia kemudian menyiapkan kereta ski yang ditarik oleh anjing huski hingga akhirnya berhasil mencapai Antartika dan menancapkan bendera Norwergia.

"Sementara Robert datang dengan kuda poni dan ski mesin. Yang terjadi, kuda poni yang membawa malah tidak bisa melewati es. Sekitar 106 tahun kemudian ditemukan Robert, ketemu mayatnya termasuk pasukan dan makanannya. Ini kita harus belajar dan tidak terjebak dengan masa lalu. Hari ini tidak bisa dibandingkan dengan masa lalu," ucapnya.

Meski begitu, Hadi menekankan perlunya menangkap arti dari setiap perubahan yang terjadi dalam setiap fenomena dan pergantian zaman.

"Kita tidak boleh hanya bangga dengan keberhasilan masa lalu sehingga terjebak. Sehingga sifat konservatif dipertahankan dan tidak menerima era perubahan," Hadi menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.