Sukses

Megawati Ungkap Resep Penawar Jika Merasa Jatuh

Megawati mengatakan, pernah dalam posisi terendah saat memimpin PDI. Dia menyadari berada di posisi berseberangan dengan pemerintahan Soeharto.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menceritakan perjuangannya meniti karier politik. Dia menyebut, perjalanannya membangun PDIP yang kini berusia 47 tahun tidaklah mudah.

Mulai saat mendirikan partai bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di bawah rezim Soeharto sampai kepemimpinan Joko Widodo atau Jokowi, hari ini.

"Kegembiraan, kepedihan, kemajuan, harapan, kekecewaan, rasa pahit, rasa getir, manis, cemas, letih, babak belur, semua sudah kami alami," kata Megawati dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional I PDIP di JIEXpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (10/1/2020).

"Setelah PDIP berturut-turut menang, dalam dua kali Pemilu, 2014 dan 2019, pertanyaan yang selalu menghentak dalam dada saya, inikah makna sesungguhnya sebuah kemenangan politik? Jika sudah menang pemilu, lalu mau apa?" imbuh dia.

Megawati pun sempat berpikir mengenai kemenangan partainya yang sudah dua kali berturut-turut. Yakni 2014 dan 2019.

"Apakah menang pemilu berupa kemenangan elektoral? Jadi tujuan akhir bagi partai? Kegelisahan-kegelisahan tersebut selalu melingkari diri saya. Beberapa hari ini saya merenung, saya mencoba menggali kembali lembar-lembar kehidupan politik yang saya lewati. Perenungan spritual itu mengingatkan saya kepada kotak pandora ingatan, kotak yang berisi cita-cita dan gagasan politik laki-laki yang saya panggil bapak," jelas Megawati.

Bapak yang dimaksud Megawati adalah ayahnya, Sukarno, presiden pertama RI. Sang ayah, kata dia, selalu mendidiknya untuk hidup di jalan pengabdian kepada tanah air dan bangsa.

"Bapak mengatakan, saya memohon kepada Allah SWT, tetapkanlah kecintaannya pada tanah air dan bangsa, selalu menyala-menyala di dalam saya punya keadaan sampai terbawa masuk ke dalam kubur saat Allah memanggil," tutur Megawati.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pernah di Titik Terendah

Megawati mengatakan, pernah dalam posisi terendah saat memimpin PDI. Dia menyadari berada di posisi berseberangan dengan pemerintahan Soeharto. Hingga pada 27  Juli 1996, kantor partainya mendapat serangan.

"Saya sangat merasa prihatin. Karena saya merasa bukan diri saya yang terobek. Tetapi hukum di Indonesia terobek. Karena bagaimana mungkin sebuah partai yang telah sah ditandatangani oleh republik ini lalu tiba-tiba diserang dan dengan korban yang sampai sekarang ini belum diketahui berapa jumlah yang sebenarnya," kata dia.

Meski kerap merasa terjatuh, Megawati selalu berpegangan kepada pesan sang bapak. Dia juga  berpegangan pada keyakinan ideologi Pancasila yang memiliki gagasan membumi.

Menurut dia, keyakinan itu menjadi penyulut semangat bahwa Pancasila harus diperjuangkan agar terwujud kemerdekaan yang penuh, makmur, adil, sejahtera bagi seluruh rakyat Indonesia. 

"Itulah doa bapak saya, yang dipanggil oleh rakyat Indonesia dengan sebutan Bung Karno. Doa bapak selalu menuntun saya di saat merasa gamang atau hampir kehilangan asa dalam pertarungan politik," pungkas Megawati.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Dr.(H.C.) Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri adalah Presiden Indonesia ke 5 periode  23 Juli 2001 — 20 Oktober 2004.
    Dr.(H.C.) Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri adalah Presiden Indonesia ke 5 periode 23 Juli 2001 — 20 Oktober 2004.

    Megawati

  • PDIP