Sukses

Sudah 32 Ton Garam Ditaburkan BPPT untuk Cegah Jabodetabek Hujan Ekstrem

Operasi TMC akan terus dilakukan untuk menghindari hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Jabodetabek.

Liputan6.com, Jakarta - Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh BPPT dan TNI dengan dukungan BNPB telah menurunkan intensitas hujan sedang hingga lebat yang seharusnya tiba di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek), seperti pada Senin, 6 Januari 2020 lalu.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo mengatakan, pihaknya akan terus melakukan operasi ini untuk menghindari hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Jabodetabek.

Pada Selasa, 7 Januari 2020, pesawat CN 295 dan Casa 212-200 milik TNI ini melakukan 4 sorti penyemaian awan dengan cakupan wilayah barat daya, barat, barat laut. Total bahan semai NaCl untuk penyemaian mencapai 6,4 ton.

Berdasarkan laporan BPPT, hujan berhasil diturunkan di perairan barat laut dan barat daya Jabodetabek. Laporan ini merujuk pada data satelit yang menunjukkan wilayah terjadinya hujan.

Pada sorti pertama dengan menggunakan CN295, bahan semai NaCl sebanyak 2,4 ton disebarkan pada wilayah barat hingga barat daya Jabodetabek, sorti berikutnya dengan Casa 212-200 dengan kapasitas semai 800 kg mendistribusikan bahan semai di perairan Selat Sunda.

Sorti ketiga, bahan semai ditebar di barat laut Jabodetabek, sedangkan sorti terakhir dengan CN 295 bahan semai sejumlah 2,4 ton disemai pada wilayah barat hingga barat laut Jabodetabek.

BNPB bekerja sama dengan BPPT dan TNI akan terus melakukan operasi TMC mengingat manfaat TMC untuk mengantisipasi cuaca ekstrem, khususnya curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang berpotensi jatuh di wilayah Jabodetabek.

Sejak dilakukan pada 3 Januari 2020 lalu, operasi TMC melalui pesawat fixed-wings telah melakukan 20 sorti penerbangan dengan total bahan semai NaCl mencapai 32 ton.

Penerapan TMC bertujuan untuk menurunkan hujan ke wilayah yang aman dan jauh dari permukiman penduduk atau sebelum awan memasuki kawasan padat penduduk, seperti di wilayah Selat Sunda atau Laut Jawa.

Hujan yang turun dimodifikasi dengan penggunaan Natrium Klorida (NaCl) yang ditebarkan ke bibit awan melalui pesawat Casa 212-200 dan CN-295.

Pelaksanaan operasi TMC untuk penanggulangan bencana banjir di Jabodetabek dan sekitarnya tentunya harus memperhatikan pertumbuhan awan.

Hal itu menjadi faktor penting yang harus terus dipantau secara berkesinambungan. Oleh sebab itu, guna membantu pengamatan cuaca dan kondisi awan di wilayah target, BPPT bekerja  sama dengan BMKG untuk analisis data cuaca yang tersedia dari radar Stasiun Meteorologi Cengkareng.

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hujan Tak Akan Seekstrem 1 Januari 2020

Sementara itu, Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat memang masih ada di Jakarta, terutama pada periode 9 - 12 Januari 2020. BMKG memprediksikan bahwa intensitas hujan tidak seekstrem curah hujan pada tanggal 1 Januari 2020.

Menanggapi peringatan dini cuaca atau weather alert dari Kedutaan Besar Amerika Serikat pada 12 Januari 2020 yang akan datang, masyarakat khususnya di wilayah Jabodetabek tidak perlu panik.

Senada dengan peringatan dini tersebut, masyarakat diimbau tetap waspada, siaga dan menyiapkan rencana darurat keluarga. Langkah ini juga perlu diterapkan oleh setiap keluarga di Indonesia, mengingat potensi bahaya bisa terjadi kapan pun dan di mana pun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.