Sukses

Pemprov DKI Lanjutkan Bangun Waduk dalam Kota untuk Antisipasi Banjir

Jakarta idealnya memiliki sekitar 118 waduk, di samping penataan sungai, yakni normalisasi ataupun naturalisasi.

Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan waduk di dalam kota oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus dilanjutkan untuk mengantisipasi banjir dari luapan sungai.

Kepala Dinas Sumber Daya Alam (SDA) DKI Jakarta, Juaini Yusuf mengatakan, Jakarta idealnya memiliki sekitar 118 waduk, di samping penataan sungai, yakni normalisasi ataupun naturalisasi.

"Sebenarnya kan dua-duanya perlu. Ya, sungai untuk memperlancar arus, waduk kan untuk menambah daya tampung. Dua-duanya penting," ujar Juaini.

Pembangunan waduk dalam kota itu, kata Juaini, demi melengkapi upaya pengendalian banjir dari pemerintah pusat lewat proyek Bendungan Ciawi dan Sukamahi.

"Kalau dua waduk itu selesai 2020 itu sangat membantu. Kami sangat berterima kasih juga ke Bapak Presiden. Karena akan sangat membantu genangan yang selama ini ada," katanya.

Selain itu, kalau semua waduk di Jakarta beroperasi akan sangat membantu. Tapi semua sungai juga harus berfungsi.

"Sekarang masih ada yang pembebasannya, masih separuh jalan," ujarnya seperti dikutip Antara.

Pada tahun 2020, Pemprov DKI Jakarta akan fokus pada pembangunan Waduk Brigif (aliran Kali Krukut), Waduk Pondok Ranggon (aliran Kali Sunter) dan Waduk Cimanggis (aliran Kali Cipinang).

Pada 2020, proyek antisipasi banjir lainnya yang akan berjalan selain pembangunan waduk adalah proyek Sodetan Kampung Walang Ancol (aliran Kali Ciliwung Lama) serta Tanggul Pengaman Pantai Kali Kamal.

Pembangunan waduk/situ/embung pada tahun 2020 itu dalam dokumen APBD tercatat terbagi menjadi tiga sistem aliran, yakni aliran timur, tengah dan barat.

Juaini menjelaskan, Pemprov DKI memiliki kendala terbesar ada pada pembebasan lahan. Pemprov DKI Jakarta mengambil langkah yang sangat berhati-hati terhadap administrasi dan proses negosiasi ke masyarakat karena terkait ahli waris tanah berganda atau ketidaksesuaian data luasan lahan dengan sertifikat.

"Kalau kami beli tanah nih, kan suratnya harus jelas. Masyarakat sendiri kadang-kadang sudah jelas suratnya, tapi setelah melalui peta bidang oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), ada masyarakat yang tidak mau, 'kok tanah gue segini'," katanya.

Akhirnya diukur ulang dan dicocokkan. "Itu kadang membuat lambat," tuturnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Upaya Jangka Pendek

Upaya pada 2019 seperti membangun 1.000 titik sumur resapan, pengerukan 250 saluran penghubung (PHB), 20 sungai dan lima waduk (Pluit, Melati, Teluk Gong, BPP Poncol dan Embung Cendrawasih) serta pembangunan polder untuk pompa di dua lokasi.

Sementara upaya jangka pendek menghadapi puncak musim hujan 2020 yang diprediksi berlangsung hingga Maret, Juaini menyebutkan bahwa Pemprov DKI masih akan mengandalkan pompa mobile untuk memecah debit air.

"Pompa-pompa yang ada juga kami cek lagi, kalau kira-kira bermasalah kami tangani secepatnya. Kemarin kami temui PHB yang ke sungai memang ada yang terhambat, sementara sungainya sudah meluap," katanya.

"Jadi kemarin kita memang sangat mengandalkan pompa mobile. Itulah yang kita keluarkan lagi di semua titik di lima wilayah Jakarta," kata Juaini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.