Sukses

Perjuangan Relawan Salurkan Bantuan Korban Longsor di Desa Terisolasi Bogor

Untuk mendistribusikan logistik, relawan gabungan terpaksa berjalan kaki kurang lebih 2-3 jam menuju kampung-kampung yang terisolasi.

Liputan6.com, Bogor - Tim SAR dan relawan gabungan masih menjumpai sejumlah kendala dalam mendistribusikan bantuan kepada korban longsor di beberapa desa Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Salah satunya di Desa Cileuksa. Desa tersebut terisolasi lantaran akses menuju lokasi tersebut masih tertutup material longsor. Belum lagi akses jembatan yang rusak akibat terjangan banjir bandang dan tanah longsor.

Pemerintah Kabupaten Bogor sendiri telah menyalurkan bantuan logistik berupa makanan bayi, mie instan, hingga kebutuhan pokok lainnya ke kawasan itu dengan menggunakan helikopter Super Puma Lanud Atang Sendjaja.

Namun, bantuan kebutuhan pokok, pakaian, makanan dan lainnya sampai saat ini belum tersalurkan secara maksimal. Akses menuju permukiman yang mereka tempati masih tertutup material longsoran sehingga tidak bisa dilalui semua jenis kendaraan.

"Bantuan ada dari kemarin dikirim pakai helikopter, cuma akses distribusi ke setiap kampung masih sulit," ujar M Achyar Redaya warga setempat, Sabtu (4/1/2020)

Untuk mendistribusikan logistik, tim SAR dari unsur TNI/Polri, BPBD, Tagana, relawan dan masyarakat terpaksa harus berjalan kaki kurang lebih selama 2-3 jam menuju kampung-kampung yang terisolasi.

"Sampai sekarang pengiriman logistik belum maksimal. Kita lakukan dengan cara dipikul dan jalan kaki," kata Redaya yang juga turut menjadi relawan bencana.

Selain itu, tim juga harus menyusuri hutan dan melewati bukit yang longsor. Bahkan untuk bisa mencapai beberapa kampung, petugas harus melintasi jembatan darurat yang dibuat oleh warga, setelah jembatan utama di wilayah itu hanyut terbawa arus Sungai Cikeusal.

Selain untuk mendistribusikan bantuan, jembatan yang terbuat dari batang kayu keras yang melintang di atas Sungai Cikeusal itu kini menjadi akses satu-satunya warga Kampung Pasir Eurih, Rancanangka, Cipugur, dan Kampung Cihaur.

"Sebelumnya di situ ada jembatan dan akses utama, tapi hanyut. Semenjak itu dibuat jembatan dari batang kayu untuk akses keluar masuk antar kampung," terang Redaya.

Kini, tim gabungan tengah berupaya membuka akses lain untuk memudahkan masyarakat desa melakukan aktivitas sehari-hari, di samping mempermudah penyaluran bantuan korban longsor.

"Sekarang hampir selesai sehingga nantinya juga bisa ngedrop logistik pakai kendaraan roda dua," ujar Redaya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Desa Terisolasi

Cileuksa merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor yang ikut terdampak bencana alam tanah longsor pada Rabu (1/1/2020) lalu. Bahkan daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Banten itu masuk kategori daerah terisolasi.

Hal ini karena akses transportasi menuju desa ini masih putus total karena tertutup material longsor, sehingga tidak bisa dilintasi kendaraan roda empat maupun dua, termasuk kendaraan yang akan mendistribusikan bantuan logistik.

Sedikitnya ada 824 warga Desa Cileuksa, terpaksa mengungsi ke rumah-rumah warga dan musola. Sebagian lainnya tidur di tenda-tenda pengungsian yang didirikan warga secara swadaya. Ratusan bangunan mulai dari rumah, tempat ibadah, hingga sekolah hancur diterjang longsor.

Saat ini, kondisi mereka sangat memprihatinkan, terutama di kampung-kampung yang masih sulit dijangkau akibat akses jalan tertutup longsor. Warga sangat membutuhkan lampu penerangan, selimut, alas tidur, kebutuhan makan dan minum terutama perlengkapan bayi.

"Sejak bencana longsor, desa kami gulap gulita. Tiang-tiang listrik banyak roboh," kata Redaya yang sudah menyisir ke beberapa lokasi bencana longsor di Cileuksa.

Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bogor, Dede Armansyah, mengakui penyaluran bantuan logistik terhambat akibat akses menuju lokasi bencana masih tertutup longsoran. Ia juga mengakui dari segi jumlah bantuan maupun titik penyaluran belum mampu memenuhi kebutuhan semua korban.

"Betul, namun itu upaya maksimal yang masih bisa kita lakukan saat ini. Namun bantuan itu diharapkan dapat memberikan semangat kepada para korban bahwa pemerintah memperhatikan kondisi mereka dan berupaya memberikan bantuan," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.