Sukses

4 Kisah Bocah Bikin Geleng Kepala, Racik Narkoba hingga Bergelar Insinyur

Ada saja kelakuan bocah yang bisa membuat kita terheran-heran, misalnya saja bocah SD di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Liputan6.com, Jakarta - Ada saja kelakuan bocah yang bisa membuat kita terheran-heran. Misalnya saja bocah SD di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Meskipun masih duduk di bangku SD, bocah kelas VI yang dirahasiakan identitasnya itu berhasil menemukan narkoba jenis baru yang diracik dari kotoran sapi.

Badan Narkotika Nasional atau BNN Kota Kendari berhasil mengetahui hal ini dari informasi masyarakat yang melaporkan penemuan tak biasa itu pada Rabu, 13 Desember 2017 lalu.

Selain itu, dengan kecerdasannya, ada pula bocah jenius yang segera meraih gelar insinyur dari Eindhovern University of Technology (TUE), Belanda.

Laurent Simons, bocah berusia 9 tahun asal Belgia yang mengambil bidang teknik elektro itu meraih peringkat ketiga terbaik di Belanda.

Berikut 4 bocah unik dan hebat yang bisa membuat kita geleng-geleng kepala, dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Racik Narkoba

Keahlian bocah satu ini tidak patut untuk ditiru. Di usianya yang masih belia, bocah di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara justru berhasil menemukan narkoba jenis baru.

Siswa kelas VI yang disembunyikan identitasnya itu berhasil menemukan narkoba jenis baru yang diracik dari kotoran sapi.

BNN Kota Kendari berhasil mengetahui hal ini dari informasi masyarakat yang melaporkan penemuan tak biasa itu pada Rabu, 13 Desember 2017 silam.

BNN Kota Kendari langsung turun ke lapangan dan berhasil mengindentifikasi narkoba yang sudah dipakai di kalangan pelajar SD itu.

Kepala BNN Kota Kendari Murniati mengatakan, pihaknya membenarkan sudah mengidentifikasi pelajar yang menemukan narkoba jenis baru itu.

"Kita sudah tangani, sudah ditemui anaknya,' ujar Murniati, Kamis, 14 Desember 2017.

Dari hasil investigasi BNN, jamur pada kotoran sapi menjadi salah satu jamur setara sabu atau daun kecubung. Jamur ini dihasilkan dari kotoran sapi segar yang langsung ditutupi sejak baru keluar dari tubuh sapi.

"Kita masih teliti efeknya, sejauh ini kita kaget juga kenapa bisa anak SD bisa membuat narkoba jenis ini," ujar Murniati.

Dari pengakuan salah seorang anak SD yang membuat narkoba dari kotoran sapi di Kota Kendari, terungkap jika tidak sulit membuat zat yang bikin pemakainya happy. Dalam setengah hari, jamur dari kotoran sapi sudah tumbuh dan bisa dikonsumsi.

Seorang bocah SD pengguna narkoba jenis ini mengaku efek memakai jamur itu dirinya bisa merasa bahagia. Senang dan tertawa tanpa kendali menjadi gejala umum yang terlihat bagi pengguna narkoba jenis ini setelah beberapa menit mengonsumsi jamur ini.

"Tidak susah kita buat, kita hanya contoh senior yang sudah pernah bikin," ujar bocah SD itu.

Setelah dikonsumsi lima menit, menurut bocah itu, perasaannya langsung berubah. "Kalau mau konsumsi pas pulang sekolah, kita bisa lupa pekerjaan rumah (PR) dari guru," pungkas dia sambil tertawa.

 

3 dari 5 halaman

Dekorasi Restoran

Tak hanya di Indonesia, seorang bocah berusia sembilan tahun terus mendapatkan masalah karena menggambar selama jam pelajaran. Bocah bernama Joe Whale ini selalu menggambar di buku sekolahnya.

Akibat kebiasaan menggambar itu, orangtua Joe memutuskan untuk mendorong kreativitasnya dengan mengirim putranya ke kelas seni setelah sekolah. Gurunya mengetahui bakat terpendam Joe dan mengunggah karyanya yang indah di Instagram.

Mengetahui kemampuan Joe, sebuah restoran di Shrewsbury menghubungi sang guru dan bertanya apakah bocah sembilan tahun itu bisa datang ke restorannya untuk mendekorasi ruang makannya.

Setiap hari sepulang sekolah, ayah Joe mengantarnya ke restoran agar ia dapat mencoret-coret idenya secara langsung di dinding. Setelah ia selesai mendekor, pekerjaan Joe akan tetap di sana secara permanen.

"Joe adalah anak laki-laki yang benar-benar berbakat, ia unggul di sekolah, ia pemain bola dan pemain kriket yang hebat, tapi menggambar jelas merupakan hal yang paling ia sukai," ujar sang ayah, Greg, seperti dilansir dari Metro, Rabu, 30 Oktober 2019.

Greg mengungkapkan, Joe merasa frustrasi di sekolah karena minim seni yang bisa ia lakukan di kelasnya. Ia biasa menggambar di papan tulis, meja, kelas, dan mendapat masalah karena mencoret-coret.

"Saya dan istri memutuskan untuk membawanya ke kelas seni di luar sekolah yang disebut Bloom. Ia suka di sana selama sekitar enam minggu," lanjut Greg.

Di kelas seninya, gurunya tembok untuk dicoret-coret yang dilakukannya setiap minggu. Beberapa minggu di kelasnya, gurunya bertanya apakah ia bisa mengunggah karyanya di Instagram agar dilihat semua orang dan beberapa saat kemudian gurunya mendapat telepon lagi dari restoran yang pernah melihat karya Joe.

Mereka ingin menyelesaikan karya seni di dinding restoran mereka. Mulai dari ruang makan utama. Joe merasa senang untuk kesempatan itu dan pulang sekolah ia pergi ke sana. Selama beberapa jam semalam ia meletakkan kreativitasnya di dinding restoran.

"Joe suka mencoret-coret dan kami sangat bangga dengan semua yang ia capai, fakta bahwa bisnis yang sepenuhnya independen telah meminta putra kami yang berusia sembilan tahun untuk melakukan pekerjaan profesional untuk mereka sungguh luar biasa," ujar sang ayah.

Greg memposting karya Joe di LinkedIn, di mana ia dengan cepat menghasilkan lebih dari 1,5 juta komentar.

 

 

4 dari 5 halaman

Bocah Bawa Pistol

Seorang pria melaporkan telah kehilangan senjata apinya. Ternyata senjatanya itu berada di ransel sang cucu.

Bocah berusia 6 tahun yang sekolah kelas 1 di Kids Care Elementary di Columbus, Ohio, ini membawa senapan semi otomatis di tas punggungnya pada Rabu 6 November, menurut polisi.

Sekolah menemukan pistol ketika anak lelaki itu memberi tahu siswa lain tentang senjata. Siswa itu pun melaporkannya ke seorang guru. Setelah mendapatkan senjata, pihak sekolah langsung menghubungi polisi.

Dave Bucky, yang bekerja dengan unit kejahatan senjata mengatakan, alasan mengapa pistol itu dibawa ke sekolah tidak ketahui siapa pun.

"Saya pikir itu adalah keingintahuan (anak) sampai batas tertentu," ujarnya pada konferensi pers, seperti mengutip dari CNN, Kamis, 7 November 2019.

Anak itu tidak dituntut dalam kasus ini karena usia, kata Bucy. Insiden ini masih dalam penyelidikan.

Namun, menurut kepolisian hari itu bisa menjadi lebih buruk. Meski demikian, menurut Bucky, episode itu bisa dengan mudah memiliki hasil lain.

"Saya pikir itu sangat jelas bahwa ini bisa menjadi hari terburuk yang bisa dialami sekolah," katanya.

Pernyataan ini menyangkut dengan penelitian yang telah menunjukkan bahwa lebih banyak anak sekolah meninggal karena senjata daripada polisi yang bertugas di AS.

Banyak dari kasus seperti ini tidak disengaja. Studi lain mencatat, berdasarkan data dari 2012 hingga 2014, dari ribuan anak yang menerima perawatan medis untuk cedera senjata, sebanyak 21% tidak disengaja.

Bucy juga memperingatkan pemilik senjata api tentang menjaga keamanan senjata di rumah mereka atau pada orang yang tinggal bersama disana.

"Menjauhkan senjata api dari remaja adalah suatu keharusan dan bukan permintaan," katanya.

 

5 dari 5 halaman

Raih Gelar Insinyur

Kecil-kecil cabai rawit. Peribahasa itu tepat menggambarkan prestasi yang diraih Laurent Simons, bocah 9 tahun asal Belgia yang segera meraih gelar insinyur dari Eindhovern University of Technology (TUE).

Ia mengambil bidang teknik kampus elektro diberperingkat ketiga terbaik di Belanda tersebut. Pelajaran yang diambilnya bahkan terbilang sulit untuk rata-rata mahasiswa berusia jauh di atas Laurent.

Dilansir dari laman CNN, Senin, 18 November 2019, Laurent sedang mengambil kelas untuk memastikan gelar insinyurnya pada Desember 2019.

Setelah itu, ia berencana mengambil program doktoral di bidang yang sama sembari belajar sebagai mahasiswa kedokteran.

Informasi itu disampaikan oleh sang ayah, Alexander Simons. Kedua orangtua Laurent tidak pernah menyadari keistimewaan sang anak meski kakek dan neneknya meyakini hal berbeda.

Mereka baru benar-benar mengakui kepintaran Laurent setelah gurunya memastikan hal itu. "Mereka (guru-guru Laurent) menyadari sesuatu yang sangat spesial tentang Laurent," ujar Lydia.

Laurent kemudian menjalani serangkaian tes untuk mengetahui sejauh mana bakat yang dimiliki bocah tersebut. "Mereka mengatakan padaku dia ibarat spons," kata Alexander.

Dokter keluarga sempat dimintai penjelasan soal bagaimana Laurent bisa belajar begitu cepat. Namun, mereka tak juga mendapat jawabannya. Sang ibu kemudian memiliki teori sendiri. "Saya makan banyak ikan selama hamil," ujarnya bercanda.

Pihak kampus TUE mengizinkan Laurent menyelesaikan kuliahnya jauh lebih cepat dari mahasiswa lain. "Ini hal yang tak biasa," kata Sjoerd Hulshof, Direktur Pendidikan Sarjana Teknik Mesin TUE, dalam kesempatan berbeda.

Hulshof menggambarkan Laurent sebagai pribadi sederhana yang mengagumkan. Ia memuji Laurent sebagai mahasiswa tercepat yang pernah dimiliki kampus. "Tidak hanya sangat pintar, tetapi dia juga sangat peduli pada orang lain," ujarnya.

Keistimewaannya menarik perhatian beragam kampus bergengsi di seluruh dunia. Meski begitu, keluarga Laurent belum akan mengumumkan kampus yang akan dipilih si bocah untuk melanjutkan program doktoral.

"Saya pikir fokusnya nanti akan lebih pada riset dan menerapkan ilmu untuk menemukan hal-hal baru," kata Alexander.

Meski demikian, kedua orangtua bocah itu tak mau sang anak melewatkan masa-masa menyenangkan sebagai anak. "Kami tak mau ia jadi terlalu serius. Ia bisa lakukan apapun yang disenangi," kata Alexander sembari menambahkan keduanya berusaha menyeimbangkan kebutuhan dan bakat buah hatinya.

Laurent mengatakan, ia senang bermain dengan anjingnya, Joe, dan bermain ponsel seperti anak-anak kebanyakan. Meski begitu, bocah sembilan tahun itu sudah memiliki impian dalam hidupnya, yakni membuat organ buatan.

Dalam waktu ini, Laurent akan menyelesaikan pendidikan sembari memilih kampus berikutnya yang menawarkan beasiswa terbaik. Sebelum itu, ia berencana berlibur ke Jepang untuk bersenang-senang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.