Sukses

LSPK: Perlu Ada Kesamaan Pandangan terkait Justice Collaborator 

LPSK mengimbau aparat penegak hukum untuk mengoptimalkan peran saksi pelaku dalam pengungkapan perkara tindak pidana korupsi.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Achmadi menilai, perlu ada  kesamaan pandangan dalam mekanisme penetapan, penghargaan, dan perlindungan terhadap saksi pelaku atau justice collaborator dari seluruh aparat penegak hukum dalam upaya pemberantasan korupsi.

Selain menyamakan persepsi dan pandangan, untuk menguatkan peran saksi pelaku, LPSK juga mengimbau aparat penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, dan KPK, untuk dapat mengoptimalkan peran saksi pelaku dalam pengungkapan perkara tindak pidana korupsi.

"Kami juga mengajak partisipasi individu atau semua pihak untuk mendukung agenda pemberantasan korupsi. LPSK mendorong masyarakat untuk tidak takut bersaksi dalam membongkar kejahatan korupsi yang diketahuinya," ucapnya seperti dikutip dari Antara, Senin (9/12/2019).

Dalam sudut saksi pelaku yang ingin membongkar kasus korupsi, LPSK juga memandang pentingnya peran advokat atau pengacara yang memegang idealisme tinggi untuk melakukan pendampingan hukum kepada saksi pelaku dalam sebuah perkara korupsi.

"Bila perlu dibentuk semacam Lembaga Bantuan Hukum khusus untuk mendampingi calon saksi pelaku agar dapat membongkar sebuah kasus tindak pidana korupsi yang tersebut," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

UU No 31 Jadi Peneguhan

Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu mengatakan hadirnya UU No 31 Tahun 2014 menjadi peneguhan subjek baru yakni saksi pelaku dalam ketentuan perundang-undangan di Indonesia.

Artinya, semua institusi yang terlibat dalam bekerjanya sistem peradilan pidana menjadi terikat dan wajib melaksanakan norma-norma yang diatur dalam UU tersebut.

Dengan demikian, kata dia, muatan pengaturan mengenai saksi pelaku yang ada pada aturan lain seperti dalam Surat Edaran Mahkamah Agung No 4 Tahun 2011, Peraturan Bersama Tahun 2011 dan PP No 99 Tahun 2012 yang mengatur mengenai Saksi Pelaku yang bekerja sama tidak relevan untuk diterapkan karena aturan tersebut telah diatur dalam UU No 31 Tahun 2014.

Dalam hal rumusan yang belum diatur dalam UU atau peraturan pelaksanaan maka masih bisa dirujuk sepanjang tidak bertentangan dengan UU No 31 Tahun 2014.

Terkait pemberian penghargaan kepada saksi pelaku, kata Edwin, dalam UU No 31 Tahun 2014 Pasal 10 A ayat (4) dan (5) secara tegas menyebutkan bahwa untuk memperoleh penghargaan berupa keringanan pidana, hanya LPSK yang diberikan kewenangan oleh UU untuk memberikan rekomendasi secara tertulis kepada penuntut umum untuk dimuat dalam surat tuntutan kepada hakim, dan UU meminta kepada hakim agar memperhatikan rekomendasi dari LPSK.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini