Sukses

Zulhas: Hadapi Pilkada, PAN Perlu Teman

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan atau Zulhas menegaskan, partainya tak bisa sendiri dalam menghadapi Pilkada 2020 mendatang.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan atau Zulhas menegaskan, partainya tak bisa sendiri dalam menghadapi Pilkada 2020 mendatang. PAN, kata dia, membutuhkan teman.

"Kita akan menghadapi pilkada, kita perlu teman saudara-saudara. Kita PAN partai nomor 8 kita patut syukuri karena kerja keras. Kita tidak bisa sendiri di daerah kita perlu teman," ujar Zulhas dalam Rakernas PAN V di Hotel Millenium Jakarta, Sabtu (7/12/2019).

Dia mencontohkan kejadian di Provinsi Riau. PAN di sana masih 'kaku'. Oleh karena itu, mereka ditinggalkan teman dari partai lain.

"Kita punya delapan kursi (di Riau) tapi tidak AKD (alat kelengkapan dewan) satupun," ucapnya.

Hal itu berbanding terbalik dengan PAN di Sulawesi Utara yang hanya mempunyai satu anggota DPRD provinsi tapi mendapatkan pimpinan AKD.

"Itu yang saya sebut rasional. Tidak emosional lagi dan perlu kerja sama," tegas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Publik Tidak Percaya Slogan Kosong

Zulhas memandang partainya harus berpikir pragmatis. Menurut dia, sudah saatnya PAN berhenti untuk jualan surga dan neraka dalam politik.

"Berdasarkan diskusi yang panjang publik sekarang perlu pragmatis dalam artian yang positif. Jualan surga dan neraka gak diterima lagi. Ini yang perlu kita diskusikan panjang," ucap Zulhas dalam sambutannya di Pembukaan Rakernas PAN, Jakarta, Sabtu (7/12/2019).

Hal itu, kata dia, dibuktikan dengan posisi PAN dalam pemilu lalu yang hanya mendapatkan posisi kedelapan. Padahal partai lain yang dituding sebagai partai penista agama justru mendapat suara yang moncer.

Pasalnya, lanjut dia, partai tersebut melakukan sesuatu yang berdampak langsung terhadap masyarakat. Terlebih masyrakat berbasis NU dengan menelurkan UU Pesantren.

"Ada teman kita partai satu sahabat kita yang kadang disebut juga penista agama. Tapi karena berbuat sesuatu misalnya yang kita tentang saat itu ada beberapa poin misalnya UU pesantren (akhirnya) suaranya naik," kata Zulhas.

Menurut dia, publik menginginkan kebijakan membumi. Artinya, bisa dirasa oleh masyarakat luas. Bukan jargon kosong belaka.

"Tapi bukti nyata yang bisa diambil manfaat bagi mereka tentu itu yang akan dipilih," ucapnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.