Sukses

Buka Peparpenas 2019, Menpora: Ajang Ini Bentuk Nyata Pemerintah Tidak Membedakan Disabilitas

Menpora Zainuddin Amali didampingi Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Raden Isnanta membuka Pekan Paralympic Pelajar Nasional (Peparpenas) IX Tahun 2019 di GOR Pulogadung, Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (8/11) sore.

Liputan6.com, Jakarta Menpora Zainuddin Amali didampingi Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Raden Isnanta membuka Pekan Paralympic Pelajar Nasional (Peparpenas) IX Tahun 2019 di GOR Pulogadung, Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (8/11) sore. Peparpenas 2019 yang berlangsung dari tanggal 6-13 November 2019 mempertandingkan 6 cabang olahraga antara lain atletik, renang, bulutangkis, tenis meja, catur dan boccia yang diikuti 486 atlet dari 33 provinsi.

Pembukaan ditandai dengan penekanan tombol oleh Menpora bersama para pejabat. Acara kemudian dilanjutkan dengan perkenalan devile kontingen masing-masing provinsi yang secara teratur berjalan menuju tempat yang sudah disediakan sambil melambaikan tangan kepada Menpora.

Dalam sambutannya, Menpora menyampaikan bahwa Peparpenas kali ini adalah Peparpenas yang ke-9 di tahun 2019. Ini berarti perjalanan olahraga paralympic untuk pelajar sudah berlangsung yang ke-9 kalinya.

"Untuk penyelenggaraan kali ini, sebenarnya digelar di Papua tapi karena kondisi tidak memungkinkan maka dipindahkan ke DKI Jakarta," ujarnya.

"Karenanya, atas nama Kementerian Pemuda dan Olahraga kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Gubernur dan seluruh jajaran pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dalam waktu singkat ditunjuk sebagai tuan rumah. Dan alhamdulilah Provinsi DKI Jakarta bersedia menyiapkan segala sesuatunya, termasuk sumber daya manusia yang membantu penyelenggaraan Peparpenas ke-9 ini," tambahnya.

Ia melanjutkan, kegiatan ini adalah kegiatan rutin yang dilakukan setiap 2 tahun sekali, dan ini membuktikan bahwa pemerintah tidak membeda-bedakan antara penyandang disabilitas maupun tidak.

"Event olahraga ini adalah bentuk nyata bahwa pemerintah memperlakukan secara sama baik yang disabilitas maupun tidak, dan prestasinya juga tetap kita harapkan. Karena dari, even ini diharapkan akan menjadi potensi untuk menjadi juara baik di tingkat nasional atau Internasional," jelasnya.

Menurutnya, berapa waktu lalu, Indonesia pernah menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018. Sebagai penyelenggara, Indonesia sudah bisa membuktikan bahwa Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik.

"Namun demikian untuk prestasinya kita masih harus bersaing dengan negara-negara lain di Asia. Kita berharap pemerintah daerah memberikan perhatian yang serius terhadap pembinaan olahraga di kalangan disabilitas sehingga kegiatan-kegiatan paralympic seperti ini akan diikuti oleh seluruh provinsi dan semakin banyak cabang olahraga yang dipertandingkan," tutupnya.

Sementara, Isnanta, mengatakan bahwa penyandang disabilitas bukan manusia yang perlu kita kasihani, tapi perlu kita sejajaran dengan teman-teman yang lain. Karena kita tahu para atlet disabilitas menunjukkan prestasinya di kancah Asia Tenggara bahkan Olimpiade.

"Karenanya, untuk tahun ini kita siapkan kader-kader muda lewat pelajar. Dari pelajar-pelajar ini nantinya yang akan mengisi Indonesia pada event-event resmi seperti Paralympic dan Asian Para Games," ucapnya. 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini