Sukses

Profil Prof Dr M Sardjito, Penerima Gelar Pahlawan Nasional

Prof Dr M Sardjito lahir pada 13 Agustus 1889 di Purwodadi, Kawedanan Magetan, Karisidenan Madiun, Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Prof Dr Sardjito mendapatkan gelar pahlawan nasional. Penganugerahan pahlawan nasional ini diberikan langsung oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Negara, Jumat (8/11/2019).

Prof Dr Sardjito merupakan rektor pertama Universitas Gadjah Mada atau UGM. Salah seorang anggota tim pengusul, Sutaryo menerangkan, tim bentukan UGM untuk mengusulkan Sardjito menjadi pahlawan nasional telah mulai bekerja sejak 2011 yang lalu.

Pada 2012 lalu tepatnya di bulan Juli, tim bentukan UGM ini sudah merampungkan surat pengusulan Prof Dr Sardjito menjadi pahlawan nasional.

"Sardjito merupakan sosok ilmuwan pejuang sekaligus pejuang ilmuwan. Sardjito fokus dan aktif waktu itu di bidang pendidikan seperti di Budi Utomo," ucap Sutaryo.

Lalu, siapakah sebenarnya Prof Dr Sardjito? Prof Dr M Sardjito lahir pada 13 Agustus 1889 di Purwodadi, Kawedanan Magetan, Karisidenan Madiun, Jawa Timur.

Sardjito wafat pada usia 80 tahun ketika masih menjabat sebagai rektor Universitas Islam Indonesia (UII) pada 5 Mei 1970.

Untuk mengenang jasanya, namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito di Yogyakarta dan sebuah nama gedung Kuliah Umum (GKU) di kampus terpadu Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cinta Pendidikan hingga Mendirikan UGM dan UII Yogyakarta

Prof Dr Sardjito adalah seorang dokter lulusan STOVIA (sekolah kedokteran di zaman kolonial Belanda) pada 1915. Sang ayah yang berprofesi sebagai guru membuatnya selalu peduli dengan dunia pendidikan.

Selain memiliki rekam jejak pendidikan yang cemerlang, Sardjito juga aktif di dalam organisasi dan perhimpunan mahasiswa. Dia pernah didaulat menjadi Ketua Budi Utomo Cabang Jakarta.

Kecintaannya pada dunia pendidikan nampak saat tahun Proklamasi 1945. Belanda dan sekutu yang masih belum menyerah, menyerbu beberapa daerah di Indonesia.

Untuk menyelamatkan aset pendidikan dari pertempuran tersebut, dia pun bertekad menyelundupkan buku-buku dari Institut Pasteur ke Klaten dan Solo. Pada 1949, Sardjito diangkat menjadi Rektor Universiteit Negeri Gadjah Mada atau yang sekarang lebih dikenal dengan Universitas Gadjah Mada.

Pada masa itu tidaklah mudah menghasilkan keuntungan berupa materi dengan menjadi seorang rektor. Selain menjadi founding father UGM, Sardjito juga mendirikan UII.

 

3 dari 3 halaman

Biskuit Sardjito

Pada masa kemerdekaan, Sardjito turut berjasa dan mengobati para pejuang kemerdekaan. Sardjito membantu menyediakan obat-obatan dan vitamin bagi prajurit. Selain itu, Sardjito juga membangun pos kesehatan untuk tentara di Yogyakarta dan sekitarnya.

Sardjito pun juga dikenal sebagai pelopor pembuat biskuit untuk tentara Indonesia di masa perang. Biskuit tersebut kemudian diberi nama Biskuit Sardjito.

Pada pasca kemerdekaan juga, Sardjito menginisiasi Colombo Plan yang merupakan program restorasi pasca-Perang Dunia II. Momentum itu penting karena memperkenalkan Indonesia sebagai negara merdeka kepada dunia internasional.

 

(Rizki Putra Aslendra)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.