Sukses

Usai JPO Tanpa Atap, Apa Langkah Pemprov DKI Selanjutnya?

Meski kontroversial, tak sedikit pula warga DKI yang menyambut positif dengan melakukan swafoto di JPO tanpa atap.

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghilangkan atap Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat menimbulkan pro dan kontra di kalangan warga ibu kota.

Gubernur Anies Baswedan menyatakan hal tersebut dilakukan agar masyarakat dapat melihat keindahan gedung pencakar langit di kawasan Sudirman.

"JPO itu kini berfungsi ganda sebagai anjungan melihat lanskap megahnya koridor Sudirman," ucap Gubernur DKI Jakarta, Anies baswedan, Kamis (7/11/2019). 

Meski kontroversial, tak sedikit pula warga DKI yang menyambut positif dengan melakukan swafoto di JPO. 

Nantinya, JPO Sudirman juga akan dipasangi lampu warna warni agar terlihat lebih cantik dan menarik saat malam hari.

Tak cuma di pusat kota, JPO tanpa atap rencananya juga akan ditemui di depan Universitas Atma Jaya dan Hotel Le Meridien.

Berikut 3 hal menarik lainnya mengenai JPO tanpa atap di DKI Jakarta:

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. JPO Sudirman Diberi Lampu Warna Warni

Dinas Bina Marga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak akan hanya mencopot atap jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jalan Sudirman. Kepala Dinas Bina Marga DKI Hari Nugroho mengatakan, pencopotan atap JPO bukan tidak ada polesan estetika lainnya.

Hari mengatakan, jembatan tanpa atap akan dihiasi dengan lampu-lampu hias di sisi luar jembatan. Ia menyebutnya mirip seperti Jembatan Semanggi.

"Nanti dibagusin, tenang saja. Nanti kalau menyeberang, lampunya nanti ada di bawah, bukan di atas, luarnya nanti dikasih lampu warna warni juga," kata Hari saat dihubungi, Jakarta, Rabu, 6 November 2019.

Dia mengatakan, konsep JPO terbuka akan diterapkan di beberapa jembatan, ditargetkan, jembatan penyeberangan berkonsep terbuka akan selesai akhir tahun ini.

Hari menegaskan, desain JPO akan dibentuk dengan memperhatikan konektivitas jembatan dengan halte Transjakarta.

"Kalau mau masuk halte kan dari perkantoran atau mungkin dari yang tertutup, kita tutup sampai ke halte (beratap)," ujarnya.

3 dari 4 halaman

2. JPO Tanpa Atap Hanya di Tengah Kota

Setelah mencopot atap JPO di Sudirman, Dinas Bina Marga Pemprov DKI Jakarta juga berencana mendesain JPO Universitas Atma Jaya dan Hotel Le Meridien dengan konsep terbuka, tanpa atap.

Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengatakan, pencopotan atap di JPO rencananya hanya dilakukan di tengah kota.

"Ya direncanakan hanya di tengah kota saja. Dan setiap wilayah mempunyai karakteristik sendiri-sendiri menyesuaikan kearifan lokal," kata Hari saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Kamis (7/11/2019).

Dia mengakui langkah mencopot atap JPO menimbulkan perdebatan di masyarakat. Karena itu, Dinas Bina Marga tetap melakukan evaluasi sembari memperindah JPO yang tidak terkoneksi dengan halte Transjakarta.

"Memang masih pro dan kontra, tapi tetap kita melakukan evaluasi," kata dia.

Sementara itu, pandangan kontra datang dari Pengamat Tata Kota Nirwono Joga. Menurutnya, sebagaimana fungsi jembatan penyeberangan, sedianya harus memiliki standar yang baik misalnya, konstruksi yang kokoh, ramah bagi lansia, ibu hamil, dan disabilitas, serta terkoneksi dengan trotoar.

"Terbuka atau tertutup atap JPO untuk Jakarta yang panas dan tropis tentu dibutuhkan atap sebagai peneduh JPO, tidak bisa terbuka semua," ujar Nirwono kepada merdeka.com, Jakarta, Rabu, 6 November 2019.

4 dari 4 halaman

3. JPO Tanpa Atap Tak Hanya di Sudirman

Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengatakan, jembatan penyeberangan orang (JPO) dengan atap terbuka tidak hanya di Jalan Sudirman. Pihaknya berencana mengubah wajah JPO tanpa atap di depan Universitas Atma Jaya dan Hotel Le Meridien.

"Rencananya itu yang dari mulai Atma Jaya, terus yang di Le Meridien, sudah kan terakhir kan di spot budaya dua," kata Hari, Rabu (6/11/2019).

Dia juga mengatakan, tidak seluruhnya seperti JPO atapnya terbuka. Desain JPO akan dibentuk dengan memperhatikan konektivitas jembatan dengan halte Transjakarta.

"Kalau mau masuk halte kan dari perkantoran atau mungkin dari yang tertutup, kita tutup sampai ke halte (beratap)," dia.

Dia pun engggan mengomentari lebih lanjut mengenai pertanyaan masyarakat ketika melewati jembatan di musim hujan. Tidak sedikit masyarakat beranggapan JPO yang tidak terkoneksi dengan Halte Transjakarta tanpa atap akan menyulitkan warga saat hujan tiba karena tak ada tempat berteduh.

"Jadi kalau pada saat hujan, enggak mungkin dong dari trotoar mau nyeberang, walaupun tertutup pun juga enggak mungkin. Wong hujan gede kok kamu nyeberang, karena awalnya sudah terbuka. Jadi ini konsepnya terbuka, terbuka, terbuka," kata dia.

 

 

(Reynaldi Hasan)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.