Sukses

Hasto PDIP: Ketimbang Pusing di Jakarta, Lebih Baik Bersama Rakyat Cirebon

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan bahwa apa yang dilakukan warga dusun tersebut sejalan dengan Pancasila sebagai jalan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah suasana politik di ibukota yang panas akibat isu politik, petinggi parpol PDIP memilih turun ke dusun di Kabupaten Cirebon. Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, memilih untuk melakukan larung sungai. Lokasinya di bawah jembatan rel kereta Desa Ciledug Lor, Pamosongan, Cirebon.

Hasto berbaur dengan ratusan warga desa setempat yang hadir. Bersamanya hadir Ketua DPD PDIP Jawa Barat Ono Surono dan para legislator dari dari partai itu. Hadir juga Bupati Cirebon Imron Rosyadi serta tokoh-tokoh adat dan masyarakat di lokasi pertemuan Sungai Jangkelok dan Cisanggarung itu, Sabtu (28/9/2019).

Sesekali, gerbong kereta milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) meluncur kencang di jembatan rel di dekat lokasi. Suara gesekan roda kereta dan rel menderu kencang bersama klakson dari sang masinis.

"Pak Jokowi saja belum tentu pernah berbicara di bawah jembatan rel kereta api seperti ini," kata Hasto yang disambut tawa masyarakat.

Menurutnya bersedia hadir di acara larung sungai karena meyakini bahwa politik itu sejatinya menyatu dengan kehidupan rakyat.

"Daripada ikut pusing di Jakarta, padahal pemilu sudah selesai, ada yang tak puas dan menyampaikan secara anarkis, kami memilih jalan yang dimulai Bung Karno dan dilanjutkan Ibu Megawati dan Pak Jokowi. Yakni selalu bersama rakyat. Karena siapa yang selalu bersama rakyat, dia akan selamat," ungkap Hasto.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Acara Larung

Acara larung itu sendiri dilakukan dengan sederhana. Dimana masing-masing membawa sebuah wadah berisi air bersih yang ditumpahkan ke arah aliran sungai yang sedang mengering itu. Sembari tentunya doa-doa dipanjatkan.

Kata Hasto, air lah yang membuat kehidupan di seluruh alam raya, sehingga harus dirawat dan dijaga. Kegiatan larung itu juga mengandung pesan untuk merawat seluruh sungai dan mata air.

"Maka di balik ritual adat ini pada dasarnya adalah hasrat sedalam-dalamnya dari kita untuk merawat mata air kehidupan kita," jelas Hasto.

Dia pun menjelaskan bahwa apa yang dilakukan warga dusun tersebut sejalan dengan Pancasila sebagai jalan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila Ketuhanan yang Maha Esa menekankan bukan hanya ketuhanan yang berbudi pekerti luhur tanpa keegoisan agama. Namun juga nilai-nilai bahwa sebagai ciptaan Tuhan kita harus menjaga dan memperindah lingkungan.

"Dalam dusun seperti ini bisa kita saksikan masyarakat hidup rukun, apa adanya, mampu bersyukur memanjatkan karunia bersama. Berbeda dengan di Jakarta. mereka menggunakan atas nama rakyat, namun kini muncul demo ditunggangi kepentingan yang ujungnya anarki," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini