Sukses

Pemilik Kosongkan Rumah, Eksekusi Bangunan di Puncak Bogor Ditunda

Di tempat itu, warga membuka usaha mulai warung makan minuman hingga penginapan.

Liputan6.com, Jakarta - Pembongkaran sisa bangunan ilegal di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor ditunda. Seharusnya, pembongkaran puluhan bangunan liar di Kampung Naringgul, Kecamatan Cisarua dijadwalkan hari ini.

Sebelumnya, Satpol PP telah meratakan 23 bangunan berupa vila, rumah, dan tempat penginapan di lokasi yang sama. Medan cukup berat sehingga proses eksekusi bangunan tidak cukup dilakukan satu hari.

"Ya ditunda karena ada giat lain. Jadwal digeser hari Rabu," kata Kabid Penegakkan Perundang-undangan Satpol Pp Kabupaten Bogor, Agus Rido, Senin (2/9/2019).

Disamping ada kegiatan lain, pihak Satpol PP memberikan kesempatan bagi pemilik bangunan untuk mengosongkan tempat tinggal mereka. Hingga kini masih tersisa 30 unit rumah penduduk yang belum dibongkar.

Kampung Naringgul berada di kawasan perkebunan teh yang dikelola PT Sumber Sari Bumi Pakuan. Saat ini, di lahan seluas 4 hektare itu dihuni sekitar 58 kepala keluarga (KK), yang kini mayoritas merupaka pendatang dari berbagai daerah, seperti Cianjur hingga Banjarnegara, Jawa Tengah.

Di tempat itu, warga membuka usaha mulai warung makan minuman hingga penginapan, vila maupun homestay, yang disinyalir dijadikan tempat praktik prostitusi.

"Persoalan disana cukup kompleks, bangunan liar yang dipakai hal-hal tidak baik. Naringgul kan terkenal sebutan blok anu (prostitusi)," ujar Bupati Bogor Ade Yasin beberapa hari lalu.

Karena itu, Pemkab Bogor membersihkan kegiatan maksiat dengan cara membongkar seluruh bangunan di Naringgul. Rencananya kawasan itu akan dikembalikan seperti keadaan semula sebagai daerah resapan air di kawasan Puncak serta rest area.

Pantauan Liputan6.com, Senin (2/9/2019) siang, beberapa warga tampak sedang mencari sisa material seperti besi bekas untuk dijual. Beberapa warga lainnya sedang sibuk mengeluarkan perabotan rumah tangga mereka untuk dibawa ke kampung halamannya masing-masing.

Tampak limat unit kendaraan pribadi terpakir di pinggir jalan yang akan membawa saudara mereka yang menjadi korban penggusuran pulang ke kampung halamannya masing-masing.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kondisi Warga

Di depan perkampungan tepat pinggir Jalan Raya Puncak terpampang sebuah banner bertuliskan "Terima Kasih Telah Merenggut Rumah Kami & Masa Depan Anak-anak Kami. Semoga Bupati Bogor Jajaran Ada Kebanggaan Tersendiri".

Evi Sopiah mengaku sudah memindahkan perabotan rumah tangganya ke rumah orangtuanya di Cimande, Caringin, Bogor, supaya pada saat pembongkaran harta bendanya bisa diselamatkan.

"Dikira hari ini jadi dibongkar, padahal kami sudah membawa perabotan ke rumah orangtua di Cimande," kata Evi Sopiah, salah satu korban penggusuran di Kampung Naringgul.

Meski demikian, ia dan anaknya sementara waktu akan tinggal bersama mertuanya di mess milik perusahaan perkebunan teh tak jauh dari Kampung Naringgul.

"Kan anak kami masih sekolah (SD) disini. Anak-anak di kampung ini memang banyak yang sekolah disini. Ketika rumah dibongkar, ya kita semua bingung," ucap Evi.

Sejak pembongkaran pada Rabu kemarin, warga yang rumahnya belum dibongkar, hidup tanpa penerangan. Sebab, aliran listrik di Kampung Naringgul telah diputus oleh pihak PLN.

"Selama 4 malam penerangan kita pakai lilin dan lampu petromaks," kata Uyo warga lainnya.

Warga mengaku hanya bisa pasrah dan merelakan tempat tinggal dan usahanya dibongkar pasukan Penegak Perda itu.

"Ya mau gimana lagi, kita sadar ini tanah bukan milim kami," tutur Uyo mengaku akan kembali ke kampung istrinya di Sindang Barang, Kabupaten Cianjur. (Achmad Sudarno)2 Attachments

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.