Sukses

Kisah Haru Orang Bawa Jenazah Usai Ditolak Rumah Sakit, Pakai Ojek hingga Digendong

Yang terbaru, Supriyadi nekat menggendong jenazah keponakannya setelah ambulans dari Puskesmas Cikokol menolak.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus warga tak mampu untuk membayar sewa ambulans pernah beberapa kali terjadi. Padahal, ada beberapa wilayah di Indonesia yang menyediakan ambulans gratis.

Layanan ambulans gratis itu khusus bagi warga yang akan membawa jenazah atau dalam keadaan darurat seperti sakit. Namun rupanya, masih ada beberapa rumah sakit yang enggan memberikan fasilitas ambulans gratis ini.

Alhasil, warga harus menggunakan transportasi lain untuk membawa jenazah ke rumah duka. Yang terbaru, Supriyadi nekat menggendong jenazah keponakannya yang meninggal dunia dan berada di Puskesmas Cikokol, Tangerang.

Supriyadi melakukan hal tersebut setelah Puskesmas Cikokol tak memberikan pinjaman ambulans. Alasannya, ambulans hanya diperuntukkan bagi orang sakit.

Berikut cerita haru warga yang ditolak rumah sakit atau puskesmas untuk menggunakan ambulans:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Pakai Ojek

Salah satu terjadi pada warga Desa Waro, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia terpaksa membawa jenazah bayinya menggunakan ojek motor karena keluarga tak mampu membayar biaya sewa ambulans.

Bayi perempuan ini meninggal dunia di RSUD Bima. Namun saat hendak dibawa pulang, pihak rumah sakit justru tidak menyediakan ambulans gratis untuk mengantar jenazah tersebut.

"Bukan karena tidak bersedia mengantar, mobil ambulans ada, namun pihak rumah sakit meminta biaya agar bisa menggunakan jasa ambulans," ujar Kepala Desa Waro, M Ali.

 

3 dari 5 halaman

Gunakan Angkutan Kota

Sama seperti kasus di NTB, salah satu warga di Lampung Utara terpaksa membawa jenazah bayinya dengan menggunakan angkutan kota atau angkot.

Jenazah bayi bernama Berlin dibawa oleh orangtuanya dari dari Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) di Jalan Rivai menuju Bundaran Radin Inten di Hajimena, dengan jarak sekitar 7,1 kilometer.

Awalnya, mereka membawa jenazah Berlin menggunakan bus. Namun warga langsung menelepon bantuan ambulans gratis pemkot Bandar Lampung.

Kasus ini berawal karena kesalahpahaman antara pihak rumah sakit dengan orangtua Berlin. Saat itu, nama saat pendaftaran dengan di BPJS berbeda.

"Nama yang tertera saat pendaftaran adalah Delpasari, sementara di kartu BPJS tertera Berlin Istana," kata salah satu petugas rumah sakit.

Petugas rumah sakit itu mengatakan jika terjadi hal demikian, harus diurus ulang dan memakan waktu lama. Di sela negosiasi, oknum sopir ambulans meminta uang Rp 2 juta untuk memperpendek urusan.

 

4 dari 5 halaman

Pakai Taksi Online

Satu keluarga di Kecamatan Banjarwangi, Garut Selatan, Jawa Barat membawa jenazah keluarganya dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dokter Slamet ke rumah duka menggunakan jasa transportasi online.

Seorang driver taksi online Yuny Anggraeni mengaku sebagai orang yang mengantar jenazah itu menuju Banjarwangi.

"Saat itu saya sempat ada perasaan takut namun saya beranikan bertanya apa penyebab meninggalnya. Ternyata jenazah tersebut adalah ibu dari yang mengorder dan meninggal sekitar pukul 03.00 WIB, akibat penyakit liver," kata Yuny.

Ia mengaku jika jenazah yang harus ia bawa adalah korban dari kecelakaan, maka bukan tidak mungkin orderan tersebut akan ditolaknya karena takut.

Setelah mengetahui yang akan diantar adalah jenazah yang meninggal akibat sakit, meski ada rasa takut akhirnya ia pun memberanikan diri untuk berangkat ditemani suaminya, Gimin dengan tujuan menolong.

 

5 dari 5 halaman

Menggendong Jenazah

Yang terbaru terjadi pada Supriyadi. Hanya satu hal yang terbesit di benaknya kala itu, yaitu bagaimana caranya membawa jenazah keponakannya ke rumah sebelum azan magrib setelah Puskesmas Cikokol tak memberikan pinjaman ambulans.

Dia kemudian memutuskan untuk membopong jenazah keponakannya, Muhammad Husein (8) yang sudah terbujur kaku tersebut dan berjalan kaki ke rumah. Terlebih, kampungnya berada di seberang jalan Puskesmas Cikokol.

Tak ayal, aksinya membuat kaget warga sekitar. Ada yang menyingkir, ada pula yang mendekat ketika dia berjalan kaki menuju jembatan penyeberangan.

Seorang pengendara yang bersimpati kemudian menghentikan laju mobilnya dan memberikan Supriyadi tumpangan.

 

Reporter : Fellyanda Suci Agiesta

Sumber : Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.