Sukses

Dendam Kesumat Orang Bertopeng, Pembunuh Satu Keluarga di Banten

Satu keluarga di Bekasi itu dibunuh dengan sadis.

Liputan6.com, Jakarta - Hingga kini polisi belum mengetahui identitas orang bertopeng yang membunuh satu keluarga di Kampung Gegeneng, Desa Sukadalem, Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang, Banten. Meskipun polisi sudah menemukan titik terang dengan menemukan motif pembunuhan. Yaitu dendam. Satu keluarga itu dibunuh dengan sadis.

Hal ini berdasarkan pemeriksaan sejumlah saksi dan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) yang digelar bersama Polres Serang Kota, Polda Banten dan tim DVI Mabes Polri kemarin siang.

Bahkan beredar informasi, keluarga tersebut sempat mendapatkan teror sebelum peristiwa berdarah terjadi. Namun kebenarannya akan didalami oleh kepolisian, salah satunya melalui pemeriksaan alat komunikasi korban.

"Itu memang dapat kita simpulkan pembantaian ini serius dan ada motif dendam di belakangnya. Itu dapat saya nilai dari hasil otopsi," kata Kasatreskrim Polres Serang Kota, AKP Ivan Adhitira di kantornya, Rabu (14/08/2019).

Sembilan orang saksi telah diperika oleh Polres Serang Kota untuk menggali informasi pembantaian satu keluarga yang menewaskan Rustiadi (33) dan putranya berinisial A (4). Sedangkan istrinya, Siti Sa'diyah (24) selamat dengan tiga luka tusuk di punggung dan bibir robek.

"Sebelumnya saksi kita periksa enam, sekarang bertambah ada tiga saksi lagi yang kita periksa untuk dimintai keterangan pembunuhan ini," terangnya.

Berdasarkan hasil autopsi, dari lima tulang rusuk bagian kiri milik Rustiandi, empat di antaranya hancur. Sedangkan kepala anaknya, A (4) retak dan terdapat pendarahan di otak.

"Itu memang cukup sadis karena berdasarkan hasil analisa forensik, itu hasil benda tumpul cukup keras sehingga mengakibatkan retaknya tulang tengkorak kepala anak tersebut," katanya.

Kapolres Serang, AKBP Firman Affandi. Firman mengatakan, berdasarkan pengakuan saksi kunci, SS yang berhasil selamat. Pelaku diketahui berjumlah dua orang yang menggunakan topeng hitam.

"Menurut saksi korban, istrinya itu, sempat berbicara sedikit, menyampaikan bahwa pelaku yang mengetuk pintu depan sudah menggunakan penutup muka, sehingga sudah dipastikan ini pembunuhan berencana," kata Firman.

Saat ini, Polres Serang pun sedang memburu kedua pelaku. Guna mempercepat pencarian kedua pelaku, Polres Serang Kota dibantu oleh Polda Banten menerjunkan anjing pelacak ke lokasi kejadian.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pembunuhan Berencana

SS menjadi satu-satunya korban selamat yang berhasil melewati masa kritis dan mendapatkan perawatan intensif di RSUD Kota Cilegon, Banten.

SS mengalami luka robek di mulut dan tiga luka tusuk di punggungnya. Sementara suaminya bernama R (33) dan anaknya berinisial A (4) meregang nyawa dalam peristiwa itu.

Jika kedua pelaku berhasil ditangkap dan terbukti melakukan pembunuhan berencana, maka akan dikenakan Pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati.

Firman memaparkan, menurut SS, peristiwa terjadi sekitar pukul 02.00 WIB, Selasa 13 Agustus 2019. Saat kondisi perkampungan sepi, dua orang misterius itu langsung menyerang korban.

"(Pelaku) dua orang. Menggunakan topeng kupluk. Kemungkinan jam 2 pagi. Pintu diketok (pelaku), (pintu) dibuka (SS), pisaunya langsung mengenai bibir korban istrinya," terangnya.

SS kemudian berteriak hingga suaminya, R terbangun. Salah satu pelaku menusukkan tiga kali pisaunya ke punggung SS. Sedangkan sang anak yang diduga menangis, dihabisi nyawanya oleh pelaku. Begitu pula kepada R.

Dugaan sementara, R dan SS sempat membela diri dan bertarung dengan kedua pelaku. Salah satu pelaku pun di duga terluka. Hal ini terlihat dengan adanya jejak darah di luar rumah korban.

"Menurut saksi, sempat terjadi pertarungan. Di dalam rumah terdapat kotoran tinja, itu kemungkinan milik korban. Kemungkinan dicekik. Ada bercak darah di luar rumah, kemungkinan darah pelaku," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.