Sukses

Warganet Dukung Yuliandre KPI Jadi Menteri dari Kalangan Milenial

Yuliandre mengaku bahagia karena masih ada orang yang berpikir bahwa dia masih bisa bermanfaat bagi orang banyak.

Liputan6.com, Jakarta - Nama Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Yuliandre Darwis masuk dalam bursa calon menteri milenial kabinet Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Dari latar belakang, kapasitas dan pengalamannya, kementerian yang dianggap cocok dipimpin mantan Presiden Komisi Penyiaran Dunia (IBRAF) ini adalah Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Dia dinilai layak menjadi menteri oleh para netizen dan pegiat media sosial. Banyak juga yang mendukungnya jadi menteri karena komitmen kebangsaannya, pengalaman, dan dinilai sukses memimpin KPI Pusat.

Salah satunya Iwan Piliang, pegiat citizen journalism yang juga wartawan. Iwan menyebutkan, Yuliandre merupakan sosok milenial yang punya komitmen kebangsaan dan mumpuni di bidangnya.

"Jika ada kandidat menteri milenial, ia salah satu unggulan menurut saya. Semoga pengabdian berikutnya bung Andre (panggilan akrab Yuliandre Darwis), di kursi menteri. Aamiin ya Rabb," ungkap pria yang bernama lengkap Narliswandi Piliang dalam komentarnya di akun Instagram @yuliandredarwis.

Yuliandre yang pernah menjabat Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia ini, dinilai sebagai sosok milenial yang matang pengalamannya. Sosok pemimpin muda, energik dan kreatif.

"Kalau ini saya setuju (jadi menteri). Milenialnya udah matang pengalaman," tulis @m.fathan.mubina.

"Kami para milenial mendukung Uda buat jadi menteri," sambung @heavenlystories.

Netizen lainnya juga berharap dan mendoakan agar doktor yang pernah menjabat Ketua Program Studi Magister Komunikasi FISIP Universitas Andalas tersebut jadi menteri sekaligus bisa mewakili putra Minang di kabinet.

"Kapan lagi putra Minang bisa di parlemen menteri. Semoga membawa perubahan dan sumbangsih bagi kemajuan bangsa," komen @sosmiadirasyid.

"Semoga milenial seperti Uda banyak di kabinet sekarang. Sebagai orang Minang, saya ikut bangga," imbuh akun @susi.marni.

Selama di bawah kepemimpinan Yuliandre, KPI dinilai semakin baik. Apalagi selama ini mantan duta muda UNESCO ini dikenal kritis dan intens dalam mengampanyekan perang melawan informasi hoaks yang digencarkan pemerintah dan media bertema "Saring sebelum Sharing".

Para netizen berharap Yuliandre tetap selalu bisa menyaring konten penyiaran yang bisa merusak mental generasi bangsa. "Tetap menjadi public figure yang menginspirasi dengan kinerja," tulis @rafiqsyauqi99.

Menyikapi berbagai respons dan dukungan terhadap dirinya untuk jadi menteri, Yuliandre ketika dikonfirmasi menyampaikan terima kasih dan apresiasi. Dia mengaku bahagia karena masih ada orang yang berpikir bahwa dia masih bisa bermanfaat bagi orang banyak.

"Mau jadi apa saja, bagi saya semuanya sama. Terpenting, apakah kita bisa bermanfaat bagi orang banyak. Maka, selalulah jadikan hidup ini punya value (nilai) bagi banyak orang dan bangsa ini," ungkap pria yang pernah menjadi Presiden Mahasiswa Universitas Padjadjaran ini, kemarin.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Media Baru yang Sehat

Terkait saat ini banyak 'serangan' dari para pegiat media sosial terhadap lembaga KPI yang berencana mengawasi konten siaran seperti YouTube dan Netflix, Yuliandre mengatakan bahwa saat ini hal itu masih dalam kajian.

"Kebijakan yang dilahirkan nantinya tentu saja tidak akan merugikan orang atau pihak yang menyiarkan konten atau program siaran mendidik serta menginspirasi. Jadi, ini yang harus dipahami semua pihak. Tak ada niat sama sekali untuk mengekang siapa saja untuk berekspresi selagi itu dalam lingkup aturan atau menjunjung tinggi norma kita sebagai anak bangsa Indonesia yang berdaulat," ujarnya.

Sama halnya dengan media penyiaran televisi konvesional maupun berjaringan yang telah ada, pihaknya juga hanya akan memberikan peringatan dan sanksi terhadap konten-konten atau program siaran media baru yang tidak sehat atau bisa merusak mental masyarakat, seperti pornografi, pornoaksi, hiburan tak mendidik, tidak ramah anak, penyebar hoaks, teror serta permusuhan, dan sebagainya.

"Saya haqul yakin, siapapun di negeri ini bakal menolak konten-konten negatif semacam itu," imbuhnya.

Yuliandre menambahkan, KPI tidak menutup mata bahwa banyak sekali konten-konten atau program yang disiarkan media baru seperti YouTube yang justru memberikan edukasi dan menginspirasi orang-orang yang menyaksikannya. Nah, terhadap konten semacam itu KPI bahkan akan memberikan apresiasi atau reward.

"Jadi, kalau konten atau siarannya bagus dan bermanfaat seperti itu, justru KPI akan mengapresiasinya. Buktinya, kita baru saja memberikan award terhadap program siaran yang ramah anak. Sebelumnya ada juga apresiasi kita terhadap lembaga penyiaran yang menayangkan program dan siaran yang menginspirasi selama Ramadan," kata dia.

"Sebaliknya, sanksi juga telah banyak dilayangkan terhadap program siaran yang tidak sesuai aturan. Rekam jejak digitalnya bisa sama-sama dilihat di dunia maya, termasuk website KPI," kata Yuliandre.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.