Sukses

Puncak Kemarau Hingga September, Krisis Air di Bogor Berpotensi Meluas

Dampak kemarau panjang menyebabkan wilayah itu mengalami krisis air dan lahan padi gagal panen.

Liputan6.com, Bogor - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga memperkirakan puncak musim kemarau di wilayah di Bogor, Jawa Barat akan terjadi hingga dua bulan mendatang.

Selama puncak musim kemarau, matahari akan lebih terik, kering, dan temperatur udara akan naik. Kondisi tersebut diperkirakan membuat daerah yang berpotensi mengalami krisis air di Bogor bertambah luas.

"Puncak musim kemarau di Bogor berlangsung Agustus-September. Tapi potensi kemarau diperkirakan sampai November," kata Hadi, Jumat (2/8/2019).

Meskipun baru memasuki puncak musim kemarau, BMKG menyebutkan sudah terdapat hari tanpa hujan (HTH) dengan kategori ekstrem (lebih 60 hari) yang terpantau di beberapa wilayah Timur Kabupaten Bogor, di antaranya Kecamatan Jonggol dan Tanjungsari.

Wilayah Jonggol misalnya, kurang lebih dua bulan terakhir mengalami kekeringan. Dampak kemarau panjang menyebabkan wilayah itu mengalami krisis air dan lahan padi gagal panen.

"Sementara daerah lainnya masih dalam kategori di bawah wilayah timur Kabupaten Bogor," kata Hadi.

Berdasarkan pengamatan Stasiun Klimatologi Dramaga, Kota Hujan akan mengalami suhu panas hingga mencapai 33,7 derajat Celsius. Gelombang panas itu diperkirakan akan berlangsung sepanjang Agustus ini.

"Temperatur udara di angka 33,7° C juga pernah terjadi beberapa hari di bulan Juli. Sementara normalnya 22-28° C," ujar Hadi.

Meski demikian, gelombang panas dengan 33° C yang sedang menerpa wilayah Bogor masih dianggap normal. Baru dikatakan ekstrem jika gelombang penas melebihi 3° di atas normal.

"Masih batas normal, tapi untuk wilayah Bogor ya termasuk sudah panas," terang Hadi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hemat Air Bersih

Mengingat musim kemarau masih berlangsung hingga dua bulan kedepan, masyarakat diimbau agar lebih irit menggunakan air bersih.

Beberapa dampak kemarau yang dapat ditimbulkan seperti kekeringan, kekurangan air bersih dan potensi kebakaran lahan, khususnya di wilayah rawan kekeringan dan daerah dengan HTH di atas 60 hari.

"Masyarakat harus bijak dalam penggunaan air karena kemarau masih panjang," imbaunya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.