Sukses

Nestapa Warga Jonggol Bogor, Alami Krisis Air hingga Sawah Gagal Panen

Untuk mendapatkan sumber mata air, warga harus rela menempuh jarak sekitar lima kilometer.

Liputan6.com, Jakarta - Dampak kemarau panjang menyebabkan meluasnya kekeringan di Bogor, Jawa Barat. Bahkan daerah penyangga ibu kota itu masuk kondisi darurat. Salah satunya adalah Desa Weninggalih, Kecamatan Jonggol.

Kekeringan di daerah itu tidak hanya menyebabkan lahan pertanian mengalami gagal panen, tapi juga menyebabkan krisis air bersih semakin parah.

Warga terpaksa mencari air bersih hingga ke daerah perbukitan. Untuk mendapatkan sumber mata air, warga harus rela menempuh jarak sekitar lima kilometer.

"Kalau ngambil air di sumur bor harus ngantre lama karena setiap lima jam sekali air baru keluar. Sudah gitu ambil air dibatasi," kata Kusmayani (43), Minggu (21/7/2019).

Ia bersama suami dan anaknya sudah hampir dua pekan ini mengambil air di kawasan perbukitan. Hal tersebut karena sumur sebagai sumber mata air yang dimilikinya sudah kering kerontang akibat kemarau.

"Beli air isi ulang juga deponya jauh, jadi sama saja mendingan ke bukit, bisa ambil sepuasnya lagi," kata pinggiran desa itu.

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Weninggalih Engkos Kosasih menuturkan, kekeringan yang terjadi di desanya sudah berlangsung sejak dua bulan terakhir. Tak hanya sumur-sumur warga, debit air dari dua sumur bor yang dibangun pemerintah tahun 2016 silam pun terus menyusut dalam dua pekan terakhir ini.

"Sebetulnya ada 3 sumur bor, tapi satu lagi rusak. Sekarang debit air sumur bor mulai nyusut. Air baru bisa disedot 5 jam sekali. Makanya pengambilan air dibatasi," kata Engkos, Minggu (21/7/2019).

Sementara untuk kebutuhan mandi dan mencuci pakaian, warga kerap memanfaatkan air dari bendungan yang kondisinya kini sudah keruh.

"Itu juga jaraknya jauh, ada sekitar 5 km. Tapi biasanya tempat itu cuma buat mandi. Kalau cuci baju seminggu sekali di sana," terang Engkos.

Tak hanya krisis air bersih, ratusan hektare lahan sawah milik warga mengalami gagal panen akibat sejumlah saluran irigasi yang biasa mengairi lahan persawahan mengering.

"Debit air Sungai Cipamingkis yang jadi pemasok utama ke saluran irigasi sudah menyusut," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

1.500 KK Terdampak

Plt Kepala Desa Weninggalih, Samsu menyebutkan, ada sekitar 1.500 kepala keluarga (KK) atau 4.000 jiwa yang terdampak kekeringan karena musim kemarau panjang. Sumur warga sudah banyak yang mengering, begitu juga sumur bor mengalami penyusutan. Saat ini, mereka kesulitan mendapatkan air bersih.

"Mulai tadi ada bantuan 1 unit truk tangki air dari TNI, kalau dari pemerintah belum ada bantuan air bersih," ungkap Samsu.

Tak hanya itu, dampak kemarau panjang juga menyebabkan lahan tanaman padi milik para petani seluas kurang lebih 200 hektare mengalami kekeringan. Tanaman padi yang rata-rata masih berumur 2 bulan kekeringan kemudian mati akibat tidak teraliri air.

"Semua lahan persawahan milik warga mati karena kekeringan," ungkap Samsu.

Ia menyatakan, petani di wilayahnya menanam padi sesuai kalender yang dianjurkan pemerintah. Bahkan, para petani sudah berupaya agar sawah mereka bisa terselamatkan dari musim kemarau. Namun, mereka tidak bisa berbuat banyak karena ketiadaan sumber air.

"Ya mau bagaimana lagi, semua sudah berupaya maksimal. Kini paling utama yang diharapkan warga ada bantuan air bersih. Kalau untuk jangka panjang dibangun lebih banyak sumur bor atau embung," ujar Samsu. (Achmad Ssudarno)4 Lampiran

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini