Sukses

Pengamat: Kalau Hanya Estetika, Getih Getah Harusnya Cepat Dibongkar Usai Asian Games

Pengamat tata kota, Yayat Supriyatna, menjelaskan instalasi bambu Getih Getah di Bundaran HI, Jakarta yang baru saja dibongkar memang tidak pernah dimaksudkan sebagai hiasan permanen.

Liputan6.com, Jakarta - Instalasi bambu Getih Getah yang ditempatkan di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat pada Agustus 2018 akhirnya dibongkar. Sejak awal, pembuatan instalasi seni bambu tersebut memang ditujukan untuk mempercantik Ibu Kota saat penyelenggaraan Asian Games 2018 dan HUT RI ke-73.

Pengamat tata kota, Yayat Supriyatna, menjelaskan instalasi bambu Getih Getah di Bundaran HI, Jakarta yang baru saja dibongkar memang tidak pernah dimaksudkan sebagai hiasan permanen. Menurut dia, instalasi itu sejak awal dibangun hanya untuk memeriahkan acara Asian Games 2018.

Dia pun menilai pembongkaran itu sebagai suatu hal yang wajar dilakukan. Sebab, banyak negara lain di dunia yang juga memasang instalasi temporer hanya untuk memeriahkan suatu acara.

“Banyak, untuk festival-festival (di negara lain) tertentu ada yang dikeluarin (instalasi temporer). Jadi, dia hanya habis anggaran festival saja, ya kalau memang dijalankan hanya untuk Asian Games,” ucap Yayat saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (19/7/2019).

Warga beraktivitas dekat karya seni bambu bernama

“Jadi hanya nilai estetika, untuk itu saja, tidak untuk permanen ya. Jadi uang habis, uang terpakai untuk kebutuhan Festival Asian Games,” lanjutnya.

Yayat menyatakan, instalasi Getih Getah sejak awal direncakanan memang tidak akan bertahan lama. Pemilihan bahan bambu pun sudah menunjukkan maksud tersebut. Namun, meski pembongkaran wajar dilakukan, Yayat menilai pihak Pemerintah Provinsi DKI harusnya melakukan hal itu lebih awal, sehingga kesalahpahaman tidak terjadi di masyarakat.

“Harusnya semenjak selesai Asian Games langsung dibongkar, tidak dibiarkan terlalu lama di situ sehingga seakan-akan itu abadi,” jelas dia.

Pengunjung Car Free Day berfoto dekat instalasi bambu

Yayat menambahkan, soal pembongkaran itu mubazir atau tidak, hal itu tergantung dari penilaian masing-masing pihak. Sebab, sebuah karya seni sulit bisa ditentukan harganya. Penentuan harga juga tergantung dari kesepakatan antara Pemprov DKI dengan seniman yang bersangkutan.

"Tapi untuk saya sih mari kita hitung sama-sama saja, wajar enggak angka segitu. Tapi kalau misalnya ini uang habis, artinya uang kepakai untuk habis, ya memang uang dipakai sampai bahannya untuk habis gitu kan,” ujar Yayat.

Dia menegaskan, persoalan rugi atau tidak juga bisa ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Artinya, bisa jadi hal tersebut dinilai tidak boros bila untuk tujuan memeriahkan festival.

"Jadi kalau ukuran nilainya dengan nilai berdampak secara langsung, itu ya memang enggak memberikan apa-apa. Tapi kalau secara kualitatif, pakai perasaan, itu kan senangnya gubernur di situ,” kata Yayat.

“Menurut saya seperti itu ya nilai tambahnya hanya tergantung penafsiran kita, hanya menambah, mengisi ruang kota ketika ada Asian Games saja,” dia mengakhiri.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terinspirasi Pasukan Majapahit

 

Pembuatan instalasi Getah Getih berawal dari pertemuan Anies Baswedan dengan Joko Avianto di Frankfurt Book Fair pada Oktober 2015. Saat itu, salah satu instalasi bambu karya Joko mendapat apresiasi dan dipasang selama satu tahun di Frankfurt.

Dalam pertemuan itu, Anies menantang Joko untuk membuat instalasi bambu tersebut di Jakarta. Alasannya, ada puluhan ribu orang datang ke Jakarta hingga mata menuju ke Jakarta. Ia ingin orang Indonesia bangga dengan bambu Indonesia.

Pada 1 Agustus 2018, Joko bertemu dengan Anies Baswedan di Jakarta. Saat itu ia diminta untuk buat instalasi bambu untuk Hari Kemerdekaan dan Asian Games.

Usai pertemuan itu, seperti dilansir dari Sarasvati.co.id, Joko langsung turun ke lapangan untuk melihat kebutuhan yang diperlukan. Setelah itu, ia pulang dan membuat sketsa.

Joko terinspirasi dari cerita sejarah dari kerajaan Hindu terbesar di Nusantara, yakni Majapahit. Majapahit memiliki Getah Getih, pasukan tentara yang ditakuti banyak orang.

Getah bermakna putih, sedangkan Getih makna merah.  Jadi, Getah Getih bermakna merah putih, seperti warna bendera Indonesia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.