Sukses

Kemenkominfo Beri Tips Generasi Muda Maluku-Papua Bisa Berselancar di Medsos dengan Aman

Pada Rabu (2/11/2022), Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI) memberikan pelatihan pada generasi muda Papua-Maluku tentang 'Berselancar di Dunia Digital dengan Aman'.

Liputan6.com, Jakarta - Pada Rabu (2/11/2022), Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI) memberikan pelatihan pada generasi muda Papua-Maluku tentang 'Berselancar di Dunia Digital dengan Aman'.

Pelatihan secara daring itu menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu Operation Director TC Invest M Deddy Gunawan, Founder Indopinups sekaligus Comprehensive SRE Educator Descha Muchtar, serta Influencer Adelita.

Dalam kesempatan tersebut, Operation Director TC Invest M Deddy Gunawan menjelaskan terkait banyaknya yang bisa anak muda ketahui dari media sosial (medsos).

"Banyak yang bisa kita jelajahi dalam dunia digital, dari pelajaran dasar sampai pengetahuan yang luar biasa. Namun kita pun harus cerdik memilih konten yang berhak kita terima dan simpan untuk kebutuhan kita. Berdasarkan kebutuhan dan umur kita, jangan sampai merusak privasi dan ketenangan orang lain serta diluar batas umur kita," ujar Deddy melalui keterangan tertulis, Rabu (2/11/2022).

Kemudian, Founder Indopinups sekaligus Comprehensive SRE Educator Descha Muchtar memaparkan, selama merebaknya pandemi Covid-19 selama kurang lebih 2 tahun belakangan, Kemenkominfo mencatat data penggunaan aplikasi online melesat mencapai 442 persen, terutama untuk keperluan belajar, bekerja, dan konsultasi kesehatan.

"Aplikasi seperti GogleMeet dan Zoom menjadi yang paling melesat pemanfaatannya. Dari data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, ada sebanyak 68.729.037 siswa belajar dari rumah dengan memakai kedua aplikasi tersebut. Sementara untuk keperluan edukasi dan bisnis di mana ada sebanyak 16,83% masyarakat tercatat menggunakan internet untuk melakukan aktivitas perdagangan (e-commerce)," terang Descha.

Sebanyak 37 persen lainnya, menurut Descha, digunakan bagi kelancaran pekerjaan. Berdasarkan data tersebut, Descha mengingatkan tetap adanya bahaya yang mengintai.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tetap Berhati-hati

Descha menyebut, tidak ada 100 persen yang aman ketika kita menggunakan media sosial (medsos) atau media digital.

"Di samping kemudahan yang sudah kita rasakan bersama dari internet, tentu ada resiko yang mengikuti dan bahaya yang menyertai. Tidak ada yang aman 100 persen di dunia digital, namun kita bisa meminimalisir resikonya sedini mungkin, dengan berfikir sebelum memposting dan mencari sesuai dengan kebutuhan dan umur," kata dia.

"Karena maraknya bahaya yang menyertai di dunia digital, berawal dari kita mencari atau menggunakan aplikasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan umur kita saat ini," sambung Descha.

Dia menjabarkan, bahaya dalam dunia digital itu beragam jenis, seperti penipuan, perjual belian data pribadi yang akhirnya disalah gunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab, informasi mengganggu yang memapar terlalu sering, dan pencurian data pribadi.

"Selain untuk belajar dan bekerja, dunia digital juga bisa menjadi wadah masyarakat berkarya. Mudah dan praktis yang dirasakan kebanyakan masyarakat dalam mengakses karyanya, membuat masyarakat sering lalai kalau banyak bahaya yang mengancam, jejak digital itu jelas nyata manfaat dan bahayanya. Di kondisi tertentu, jejak digital menjadi bukti dan solusi paling jitu namun di beberapa kondisi jejak digital juga berbahaya," jelas Descha.

 

3 dari 4 halaman

Jejak Digital Mudah Diakses

Influencer Adelita menambahkan, saat ini, jejak digital bisa diakses oleh siapa pun, sehingga mudah untuk disalahgunakan orang yang tidak bertanggungjawab.

"Walau pun sampai saat ini, masih terbagi dua antara jejak digital pasif dan aktif. Pasif di mana berupa riwayat penelusuran, alamat IP, dan lokasi. Semetara jejak digital aktif dimana berupa postingan, like, retweet, komentar.

"Bahayanya jika jejak digital tersebut tersimpan, baik aktif maupun pasif adalah pencurian identitas melalui halaman yang kita kunjungi di media sosial, beberapa perusahaan melacak calon karyawan dari jejak digital pelamar, pencemaran nama baik, dan yang paling parah orang lain bisa mengakses data pribadi kita tanpa kita ketahui," kata Adelita.

Dia pun memberikan sejumlah tips kepada anak muda Maluku-Papua agar bisa bijak menggunakan media digital.

"Ada beberapa tips agar kita aman berselancar di dunia digital, diantaranya tetap waspada terhadap pesan yang meminta informasi pribadi, jangan pasang aplikasi berbahaya pada perangkat yang kita gunakan, perbaharui software, waspadai peniru identitas, gunakan sandi yang kuat, dan lakukan verifikasi 2 langkah," jelas Adelita.

 

4 dari 4 halaman

Tujuan Kemenkominfo

Seperti sudah diketahui, perkembangan teknologi mempengaruhi jumlah pengguna internet. Kini, internet dapat memberikan kemudahan di hampir semua bentuk kegiatan mulai dari belajar, bekerja, berbisnis, maupun tujuan lainnya.

Dunia digital saat ini sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat, berbagai fasilitas dan aplikasi yang tersedia memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi bahkan solusi dari permasalahan sehari-hari.

Selama pandemi Covid-19, mayoritas masyarakat Iindonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola hidup baru dalam belajar dan bekerja menggunakan internet, membentuk perilaku masyarakat berinternet.

Oleh karena itu, Kemenkominfo merasa penting memberikan edukasi kepada generasi muda Maluku-Papua.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.