Sukses

Jakarta Terancam Tenggelam 95 Persen pada 2050?

Berdasarkan riset tim peneliti geodesi ITB, Jakarta Utara, setiap tahunnya telah terjadi penurunan permukaan tanah dengan kedalaman hingga lebih dari 15 sentimeter.

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta boleh saja membangun gedung-gedung yang menjulang tinggi. Namun di permukaan bawahnya, ada yang kian tergerus turun. Dalam setahun, permukaan tanah di Jakarta bisa turun hingga 15 sentimeter. Kalau dibiarkan, sebagian wilayah Jakarta akan tenggelam.  

Seperti ditayangkan Liputan6 SCTV, Selasa (18/6/2019), bangunan yang sedianya digunakan sebagai kantor di kawasan Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan Jakarta Utara, kini terlantar.

Bangunan tersebut tak lagi bisa digunakan karena permukaan tanahnya turun drastis. Jangankan saat hujan dan pasang air laut, saat cuaca terikpun air menggenangi di sekeliling bangunan.  

Pemompaan air tanah dalam jumlah besar, pembangunan gedung bertingkat, hingga laju infrastruktur, ikut andil membuat penurunan permukaan tanah Jakarta setiap tahun.  

Perusahaan air minum memenuhi sebagian kebutuhan air bersih warga. Sementara, sebagian sisanya dipenuhi dengan pemanfaatan air dari dalam tanah menggunakan sumur ataupun pompa. Penurunan permukaan tanah menjadi pekerjaan rumah besar yang masih harus dihadapi Jakarta.  

Berdasarkan riset tim peneliti geodesi ITB, Jakarta Utara, setiap tahunnya telah terjadi penurunan permukaan tanah dengan kedalaman hingga lebih dari 15 sentimeter. Jika dibiarkan bukan tidak mungkin tanah Jakarta akan terakumulasi dan di 2050 dampak penurunan tanah semakin meluas hingga membuat Jakarta tenggelam hingga 95 persen. 

Upaya penghentian total pengambilan air tanah tentu harus diikuti ketersediaan sumber air bersih pengganti. Sebagai kota yang dialiri 13 sungai, harusnya Jakarta memiliki ketersediaan air bersih yang melimpah.  

"Kami berupaya menghadirkan air pada masyarakat menggunakan pipa sehingga warga tidak mengambil air di dalam tanah. Ini yang sedang kita kerjakan dengan PDAM," ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.