Sukses

Deretan Barang Mewah Kepala Daerah yang Terjerat Korupsi

Beragam barang mewah dikoleksi para kepala daerah yang terjerat kasus korupsi. Siapa saja mereka?

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap praktik nakal Bupati Kapulauan Talaud Sri Wahyuni Maria Manalip. Orang nomor satu di Kepualauan Talaud itu kerap meminta barang mewah kepada pengusaha yang menginginkan proyek di Kepulauan Talaud.

Tak hanya meminta barang mewah, Sri Wahyuni juga pilah pilah jika diberikan barang mewah. Sri Wahyuni tak mau barang mewah yang diberikan kepadanya serupa dengan milik pejabat lainnya.

Berikut deretan barang mewah milik Bupati Sri Wahyuni yang disita lembaga antirasuah:

1. Handbag Channel seharga Rp 97.360.000,

2. Tas Balenciaga Rp 32.995.000

3. Jam tangan Rolex Rp 224.500.000,

4. Anting berlian Adelle Rp 32.075.000,

5. Cincin berlian Adelle Rp 76.925.000.

Sebelum Bupati Sri Wahyuni, pejabat yang kerap mengumpulkan barang mewah adalah Bupati Hulu Sungai Tengah Abdul Latief. Abdul Latief diketahui memiliki puluhan kendaraan mewah, 23 di antaranya disita lembaga antirasuah.

Abdul Latief sendiri sempat mengklaim 23 kendaraan mewahnya yang disita KPK tidak terkait korupsi dan pencucian uang. Dia mengaku kendaraan mewah tersebut dibeli sebelum menjabat sebagai Bupati.

"Ya pastilah, menurut saya begitu (tidak terkait korupsi dan pencucian uang). Kalau aku menjabat dari 2016, kalau pembelian sebelum tahun 2016, ya logikanya seperti apa," ujar Abdul Latif di Gedung KPK Kuningan Jakarta Selatan, Selasa 3 April 2018.

Latief mengatakan alasan dirinya memiliki puluhan kendaraan mewah itu dikarenakan latar belakangnya sebagai pengusaha kontraktor. "Aku pengusaha mas, kontraktor. Kalau untuk beli mobil segitu enggak terlalu susah lah," katanya.

23 kendaraan mewah milik Abdul Latief di antaranya dua unit Jeep Wrangler Rubicon, dua unit Hummer, satu unit Cadillac Escalade, satu unit Toyota Vellfire, satu unit BMW Sport, dan satu unit Lexus SUV. Sementara itu motor yang disita adalah, empat unit Harley-Davidson, satu unit BMW, satu unit Ducati, dan dua unit Trail KTM.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Barang Mewah Lepas Lelah

Jauh sebelum Abdul Latief, pejabat yang dikenal suka mengoleksi barang mewah adalah mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Atut sempat buka suara soal hobinya berbelanja barang mewah. Menurut Atut, ia berbelanja barang mewah untuk melepas lelah.

"Kita bekerja, cape ya. Terus lelah perlu baju enggak, Apa mesti telanjang? Jadi begini kita sesuaikan. Sekali-kali boleh dong (belanja). Masa enggak boleh," kata Atut dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (17/11/2013).

Kegemaran belanja barang mewah itu diketahui dari penggunaan kartu kreditnya yang diduga terlacak transaksi ratusan juta hingga lebih dari Rp 1 miliar.

Pada Januari 2012 lalu, Atut membeli sepatu, baju anak-anak dan berbelanja di sebuah butik di Swiss. Ia juga tercatat berbelanja ke Korea dan Singapura. Pada Februari 2012, tagihan sebesar Rp 1 miliar dibayar lunas.

Memang, Atut memiliki kekayaan fantastis. Dari laporan harta kekayaan penyelenggara negara, Atut tercatat memiliki harta lebih dari Rp 41 miliar pada 2013 lalu. Harta tersebut dalam bentuk rumah, tanah, dan harta lain yang tersebar di sejumlah kota seperti di Jakarta, Serang, dan Bandung. Salah satunya Hotel Ratu Bidakara di Jalan Abdul Hadi, Serang, Banten.

Sah-sah saja Ratu Atut berbelanja barang mewah untuk melepas lelah. Namun terasa kesenjangan jika melihat kehidupan 600 ribu rakyat Banten yang masih berada di bawah garis kemiskinan.

Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan meminta agar para kepala daerah untuk membiasakan diri hidup sederhana. Hal tersebut merupakan salah satu cara menghindari praktik rasuah.

"KPK mengajak para agen SPAK (Saya Perempuan Anti Korupsi) di seluruh Indonesia, baik yang menjabat sebagai kepala daerah, Polri, TNI, PNS/ASN atau masyarakat sipil untuk membiasakan hidup sederhana dan berperilaku antikorupsi," ujar Basaria saat jumpa wartawan pada Selasa 30 April 2019 malam.

"Gaya hidup dan kebiasaan menggunakan barang bermerek dan mahal tidaklah sejalan dengan semangat kesederhanaan dalam upaya pencegahan korupsi," Basaria menambahkan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.