Sukses

HEADLINE: Quick Count Pileg 2019, yang Melenggang dan Tersingkir Menuju Senayan

Ambang batas masuk parlemen sebesar 4 persen menjadi syarat wajib di Pemilu 2019 bila partai politik ingin menempatkan wakilnya di DPR RI.

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa lembaga survei menggelar quick count atau hitung cepat Pileg 2019 pada 17 April. Hasilnya, dari 16 parpol nasional peserta pemilu, ada yang lolos masuk parlemen dan ada pula yang gagal melenggang ke Senayan. 

Ambang batas masuk parlemen atau parliamentary threshold sebesar 4 persen menjadi syarat wajib bila partai politik ingin menempatkan wakilnya di DPR RI.

Dari hasil hitung cepat seperti dilakukan Indo Barometer, dengan data yang sudah masuk sebesar 80,92 persen, PDIP memperoleh 19,60 persen, Gerindra 13,45 persen, Golkar 11,63 persen, PKS 9,94 persen, PKB 8,51 persen, Nasdem 7,46 persen, Demokrat 7,46 persen, PAN 6,90 persen, dan PPP 4,34 persen.

Kemudian Perindo 2,65 persen, PSI 2,13 persen, Berkarya 2,12 persen, Hanura 1,61 persen, PBB 0,83 persen, Garuda 0,59 persen, dan PKPI 0,26 persen.

Peneliti dari Indo Barometer, Hadi Suprapto Rusli mengatakan, hasil perolehan suara parpol yang lolos dan tidak lolos masuk DPR secara real count tidak akan jauh berbeda dari hasil penghitungan cepat saat ini.

"Kalau perubahan paling masih di dalam margin of error. Jadi pengalaman kami selama ini melakukan quick count, paling plus minus sekitar 1 persen pergeseran suaranya," kata Hadi kepada Liputan6.com, Kamis (18/4/2019).

Hadi menjelaskan, ada sejumlah faktor yang membuat partai lolos ambang batas parlemen. Mulai dari pengaruh calon presiden hingga ketokohan dalam partai politik.

Dia mencontohkan PDIP yang mendapat efek 'ekor jas' (coattail effect) dari capres Joko Widodo atau Jokowi. Gerindra juga mendapat keuntungan dari sosok capresnya, Prabowo Subianto.

"Kalau Golkar, ini memang partai lama dan tidak mengandalkan satu tokoh figur. Dia mengenalkan banyak tokoh penting di daerah, tokoh lokal di daerah," kata dia.

Pemilih Golkar juga dinilainya stabil. Walaupun berbagai kasus menimpa kader partai ini, posisinya tetap berada di dua besar.

Hadi menuturkan, PKS bisa lolos masuk parlemen lebih karena programnya yang mungkin dianggap menarik bagi masyarakat, selain basis pemilih militan. PKS juga mendapat keuntungan dari tokoh-tokoh Islam yang mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga.

Menurut Hadi Suprapto, Demokrat masih mengandalkan sosok ketua umumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sedangkan figur anak sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masih belum mampu mengangkat elektabilitas partainya.

Hadi menilai Nasdem sebagai partai yang menarik. Sebab, parpol besutan Surya Paloh itu mampu bertahan dengan strategi pemenangan mirip seperti Golkar, yaitu mengandalkan tokoh-tokoh yang punya popularitas di daerah, terutama kepada daerah.

Sedangkan PKB dan PPP masih mengandalkan pemilih NU untuk bertahan di pemilu.

"Rata-rata mereka (parpol) yang mempunyai basis ideologi, kemudian programnya menarik masyarakat, dan partai lama. Makanya, mereka masih bertahan. Kalau problem partai baru lebih ke popularitas. Rata-rata partai baru itu popularitasnya masih rendah, agak sulit bersaing dengan partai lama," kata dia.

Sementara itu, untuk Hanura ada sejumlah faktor yang membuat partai ini gagal melenggang ke Senayan. Di antaranya ketokohan dan konflik internal di partai. "Kalau PKPI tokohnya tidak terlalu populer," kata dia.

Bagaimana dengan PSI? Hadi menuturkan, parpol yang dipimpin Grace Natalie itu sulit masuk DPR karena merupakan partai baru, demikian juga Perindo. "Kalau tidak kenal sulit. Partainya saja belum banyak yang kenal, belum nanti bicara program," kata dia.

"Harusnya partai yang berpeluang untuk bisa lolos parliamentary threshold adalah Perindo, karena punya faktor yang cukup, juga media promosi cukup, tapi kurang dimaksimalkan saja," kata Hadi.

Sementara itu, dari hitung cepat yang dibuat Poltracking mencatat, tujuh parpol diprediksi tidak dapat melenggang ke Gedung DPR RI. Mereka adalah Perindo, Berkarya, PSI, Hanura, PBB, Garuda, dan PKPI.

Koordinator Quick Count Poltracking Indonesia, Arya Budi mengatakan, perolehan suara ketujuh parpol pada perhitungan suara resmi nanti dapat berubah meskipun kecil.

Hasil quick count itu, disebut Arya, menegaskan presisi data hasil survei terakhir yang mereka lakukan. Survei itu memprediksi ada 9 partai yang lolos. Cocok dengan hasil quick count pasca-pemilu. 

"Jadi ada sisa 5% ini tentu tidak terlalu mengubah. Biasanya tren itu, kalau sudah separuhnya data masuk, itu tidak terlalu mengubah, apalagi ini data sudah 90% lebih"," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (18/4/2019).

Presentase perubahan suara yang akan terjadi, dinilai Arya, tidak akan terlalu signifikan. Besaran persentasenya tidak akan lebih dari 2 persen.

"Nol koma sampai satu, prediksi saya kalaupun berubah nggak mungkin sampai jauh di atas 2 misalnya Gerindra nanti tiba-tiba berubah jadi 4%, terus PPP jadi nggak lolos, paling hitungan koma, maksimal 1%," ucap Arya.

Dia mengatakan, penyebab tidak lolosnya ketujuh partai ini melenggang ke Gedung DPR RI disebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah status mereka sebagai partai baru. Mereka pun tidak mempunyai basis masssa yang cukup solid.

Kedua, partai-partai baru ini kurang mempunyai representasi personal dari para capres seperti partai yang sudah-sudah.

"Partai-partai baru ini lahir tanpa representasi personal dari capres. SBY itu banyak mendongkrak suara (Demokrat) baik di 2004 dan 2009. Kemudian Prabowo itu terhadap Gerindra. Sementara Hanura anjlok kan karena Wiranto tidak lagi memegang kendali penuh," jelasnya.

Menurut Arya, faktor-faktor itulah yang menjadi penyebab perolehan suara melemah. Meski begitu perolehan suara parpol tersebut tidak akan berubah banyak, sebab hasil quick count yang ada cenderung sama dengan exit poll.

 

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mereka yang Melenggang ke Senayan

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersyukur atas perolehan suara partainya di Pemilu 2019. Menurut dia, penyumbang terbanyak berasal dari wilayah Jawa Tengah.

"Kalau kita melihat ini (keunggulan PDIP) senapas dengan dukungnya ke Jokowi. Sebagaimana kita lihat semisal Bali, Jateng, Jatim, seluruh Kalimantan, Sulut, NTT, Papua itu kan sangat kuat Jokowi dan PDIP dan die hard-nya itu Jateng," kata Hasto di Kebagusan IV Jakarta Selatan, Rabu 17 April 2019.

"Dan ini memberikan korelasi positif bagi kemenangan Jokowi dan Ma'ruf Amin," sambung dia.

Menurut dia, banyak hal yang membuat perolehan suara partainya menanjak. Salah satunya karena tidak menolerir kadernya yang korupsi.

Selain itu, PDIP memperkuat kualitas kader melalui sekolah dan psikotes, serta menyempurnakan manajemen partai agar menjadi lebih baik lagi.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Andre Rosiade bersyukur parpolnya bisa lolos masuk parlemen. Walaupun suara yang diperoleh dari hasil quick count masih di bawah ekspektasi.

"Mudah-mudahan hasil real count yang akan selesai dalam beberapa hari ke depan suara kita bisa di atas 15 persen, 16 persen harapan kami," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (18/4/2019).

Gerindra, kata Andre, mengapresiasi masyarakat yang terus memberi kepercayaan menjadi salah satu partai besar dalam beberapa kali mengikuti pemilu.

"Jadi insyaallah dengan dukungan rakyat dan izin rakyat, 2024 kami bisa jadi yang pertama," kata dia.

Andre mengatakan, pada Pemilu 2019, kader dan calegnya di lapangan bergerak di berbagai daerah dan bekerja keras. Mereka, tidak sekedar memasang alat peraga kampanye (APK) tetapi juga dialog dengan warga.

"Jadi saya rasa caleg-caleg sudah sangat kompeten, tidak kalah dengan caleg partai besar," ucap dia.

Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman (tengah) mendapatkan nomor 8 sebagai peserta pemilu 2019 saat pengundian nomor urut parpol di kantor KPU, Jakarta, Minggu (19/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan, pihaknya mengapresiasi dukungan para ulama dan habib, kader, dan pendukungnya. "Kami percaya politik gagasan punya tempat di Indonesia," kata dia.

Mardani mengatakan, PKS mengangkat isu dan masalah seperti SIM seumur hidup, STNK gratis, pajak penghasilan di bawah 8 juta dihapus, selain branding #2019 ganti presiden. "Itu semua adalah kombinasi yang mendapatkan kepercayaan publik, alhamdulilah," kata dia kepada Liputan6.com.

Dia mengatakan, PKS belum bisa menentukan daerah yang menjadi suara kantong PKS. Sebab PKS masih merapikan rekap suara di daerah. "Mudah-mudahan besok ketahuan, tapi rata-rata kita bagus seperti di DKI, lalu di Bandung juga, kalau tidak salah nomor satu, mulai masuk data-datanya," kata dia.

Mardani mengatakan, di DPR nanti, PKS akan merevisi paket UU politik dan memperkuat KPK, karena korupsi adalah masalah dasar yang belum tuntas.

Sementara itu, Wasekjen DPP PAN Benny Suharto mengatakan, hasil hitung internal, perolehan suaranya mencapai 5,49 persen.

"Catatan khusus kami, PAN itu kan selalu di survei umum, karena partai kami ini partai kader, jadi kalau di survei umum tidak maksimal. Tapi kalau kader di bawah itu kami gerak semua," kata dia.

Benny pun menjelaskan, sejak 2004, 2009, 2014, hampir seluruh kader PAN melakukan kampanye secara door to door untuk meraih kepercayaan publik untuk pemilu. "Paling maksimal tingkat kecamatan kita kumpulin," kata dia.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (tengah) mendapatkan nomor 1 sebagai peserta pemilu 2019 saat pengundian nomor urut parpol di kantor KPU, Jakarta, Minggu (19/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, Wasekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan mengaku bersyukur dengan hasil hitung cepat atau quick count Pileg 2018 berbagai lembaga survei yang menyebut partainya lolos ambang batas parlemen atau parliamentary threshold 4 persen.

"Sejauh ini PKB sangat bersyukur karena dari C1 yang sudah masuk dan terdata, PKB konsisten antara di posisi ketiga dan keempat. Target kami bisa duduk sebagai partai ketiga terbesar," tutur Daniel kepada Liputan6.com, Kamis (18/4/2019).

Faktor pendongkrak elektabilitas PKB, kata dia, karena kerja keras para kader yang konsisten dekat dengan rakyat dan bersama-sama memperjuangkan harapan, termasuk petani dan nelayan.

"Dan yang juga sangat menentukan adalah doa dan dukungan para kiai dan nahdliyin, karena solid dan menyatunya orangtua kami, NU bersama PKB. Juga dukungan yang semakin kuat dari masyarakat nonmuslim karena mereka melihat PKB adalah jalan keluar untuk Indonesia -- sebagai partai yang memiliki akar keislaman yang kuat sekaligus kekuatan nasionalis bangsa," jelas dia.

Sejauh ini, data internal partai menunjukkan, sumbangan suara terbesar yang diperoleh PKB berasal dari Pulau Jawa. Kampanye ke pelosok dan desa-desa menjadi tombak utama meraih kepercayaan pemilih.

Sementara, Ketua DPP Nasdem Taufiqulhadi menyampaikan, partainya dapat lolos ke DPR lantaran upaya para kader yang militan turun ke masyarakat dan sosok dari sang Ketum Surya Paloh.

"Di bawah Pak Surya, partai berhasil menerapkan berbagai strategi penting, seperti penyebaran kader-kader partai utama ke semua dapil. Sehingga semua dapil menjadi kuat," tutur Taufiqulhadi kepada Liputan6.com, Kamis (18/4/2019).

Lolosnya Nasdem ke DPR, lanjutnya, besar kemungkinan lantaran tingginya suara yang diperoleh dari wilayah Jawa.

"Di bawah Pak Surya juga, partai mampu membangun soliditas dan solidaritas karena gaya kepemimpinan Pak Surya yang egaliter dan tidak memiliki interest pribadi. Faktor itulah yang telah membuat Nasdem menguat," jelas dia.

Saat nanti masuk ke DPR, Nasdem akan menguatkan gagasan antikorupsi yang lebih komprehensif. "Politik tanpa mahar akan kami jadikan spirit perjuangan partai kami ke depan," Taufiqulhadi menandaskan.

3 dari 3 halaman

Mereka yang Tersingkir

Sementara itu, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menanggapi hasil quick count untuk partainya. 

"Menurut quick count, PSI mendapat 2%. Dengan perolehan itu, PSI tidak akan berada di Senayan lima tahun ke depan. Kami telah berjuang dengan apa yang kami bisa. Tidak, kami tak akan menyalahkan siapa-siapa. Kader kami, pengurus PSI, caleg kami, telah bekerja keras siang dan malam meyakinkan rakyat. Tapi inilah keputusan rakyat melalui mekanasime demokrasi yang harus kami terima dan hormati," kata Grace di Jakarta, Rabu (17/4/2019).

Ia menegaskan, tidak ada penyesalan. "Sama sekali tidak ada penyesalan atas setiap tetes keringat dan air mata yang jatuh selama membangun partai ini. Kami, anak-anak muda PSI, telah terlibat dalam sebuah perjuangan yang bagi kami sangat luar biasa."

Grace pun mengucapkan kasih karena di tengah apatisme politik, telah berhasil membuktikan bahwa orang mau berkontribusi dengan menyumbang uang, membantu mencetak alat peraga kampanye, menyumbang tenaga, pikiran, bahkan meninggalkan pekerjaan mereka demi berjuang bersama PSI.

Grace meminta para pengurus dan caleg tidak putus asa dan tetap menjaga suara PSI. Meskipun kandas melewati parliamentary threshold di level nasional, ia yakin akan banyak kawan-kawan yang berpeluang mendapatkan kursi di DPRD provinsi dan kabupaten kota. "Ini adalah modal politik yang harus kita rawat," katanya.

Perlu dicatat, kata dia, perolehan PSI 2% atau sekitar 3 juta suara adalah suara rakyat yang harus diperhitungkan.

"Meskipun PSI tidak masuk parlemen, suara kalian akan tetap diperjuangkan. Kami akan bekerja sama dengan civil society dan teman-teman media untuk memperjuangkan aspirasi kalian."

Sementara, Ketua Bidang Pemenangan PBB Sukmo Harsono mengatakan, pihaknya saat ini tengah melakukan rekapitulasi suara. Hasilnya pun sangat tinggi dan jauh meninggalkan hasil quick count.

"Berdasarkan hasil rekapitulasi yang sudah masuk sekarang ini, kami akan menyentuh angka 6,5 juta. Nah kalau quick count ini bicara 1 persen lebih, quick count itu biasanya hasilnya dihitung margin of error 3 kalinya, artinya kalau murni saja mengikuti quick count itu suara PBB itu sudah tiga persen," kata Sukmo kepada Liputan6.com, Kamis (18/4/2019)

Sukmo mengatakan, hitung cepat saat ini hanyalah gambaran dari beberapa kabupaten yang diambil sampelnya.

Ketua Umum Perindo Harry Tanoesoedibjo (tengah) mendapatkan nomor 9 sebagai peserta pemilu 2019 saat pengundian nomor urut parpol di kantor KPU, Jakarta, Minggu (19/2). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sementara itu, Sekjen Perindo Ahmad Rofiq mengatakan, hitung cepat bisa menjadi salah satu sumber informasi, akan tetapi, hasil resmi tetap mengikuti aturan yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Maka kita tunggu hasil perhitungan KPU saja seperti apa, karena kami secara internal Partai Perindo juga terus mengamankan suara," kata dia kepada Liputan6.com.

Rofiq menegaskan, Perindo masih optimistis meraih suara hingga 4 persen, karena itu, pihaknya menunggu penghitungan KPU secara resmi. "Semua proses sudah dijalani, sekarang perhitungan harus diawasi dengan baik, diikuti, agar suara partai tidak tercerai berai," kata dia.

Sementara itu, Sekjen PKPI Verry Surya mengatakan, pihaknya mengapresiasi semua survei. Namun demikian, kata dia, PKPI juga memiliki versi internal yang hasilnya lebih baik.

"Kita tunggu rekapitulasi dan pengumuman dari KPU terkait hasil hitung manual," kata dia kepada Liputan6.com.

Verry mengatakan, kemungkinan partainya lolos masuk ambang batas parlemen sudah tipis. Namun, pihaknya tetap optimistis bisa menempatkan calegnya ke DPR. 

"Kita lebih fokus bagaimana ke depan supaya 2024 kita bisa saja lebih jauh baik dan tembus ke parliamentary threshold," kata dia.

Dihubungi terpisah, Sekjen Partai Berkarya, Andi Picunang mengatakan, pihaknya menghargai hasil quick count atau hitung cepat. Namun demikian, partai tetap menunggu pengumuman dari KPU.

"Apapun hasilnya kita pasti menghargai, itulah hasil kerja teman-teman di bawah," kata Andi.

Dia pun mengaku tetap optimistis, parpolnya bakal melenggang Senayan, karena berdasarkan laporan, baik caleg maupun strutur partai, masih ada peluang lolos ambang batas parlemen 4 persen. Keyakinan itu juga dimiliki sang ketua umum, Tommy Soeharto.

Andi mengatakan, dalam Pemilu, kalah menang merupakan hal yang biasa. Yang terpenting setelah itu adalah evaluasi. "Apalagi kan partai kita masih baru. Wajar mungkin belum maksimal," tambah dia. 

(Dewi Larasati)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.